Kamis, 21 Agustus 2025 11:43 WIB

Tulang Sehat di Masa Tua: Cegah Osteoporosis dengan Cara Ini!

Ditinjau oleh : admin pusat

picture-of-article

Osteoporosis adalah kondisi di mana tulang menjadi keropos, ditandai oleh rendahnya massa tulang dan rusaknya struktur mikro tulang, menyebabkan tulang mudah patah. Di seluruh dunia, termasuk Indonesia, osteoporosis merupakan masalah kesehatan masyarakat terutama di kalangan lansia. Di Amerika Serikat, sekitar 20–25 juta orang terkena osteoporosis, terutama wanita pasca-menopause dan lebih dari setengah populasi usia 75–80 tahun. Sekitar 80 % penderita merupakan wanita. Di Indonesia, prevalensi osteoporosis sangat tinggi—menurut data, negara kita menjadi yang kedua terbesar setelah Tiongkok dalam jumlah penderita.

Menurut WHO, osteoporosis adalah kondisi yang menyebabkan rendahnya massa tulang disertai perubahan struktur mikro, yang meningkatkan risiko patah tulang. Diperkirakan setiap 20 detik terjadi fraktur akibat osteoporosis di seluruh dunia, dan angka ini diproyeksikan meningkat dari 1,7 juta menjadi 6,3 juta kasus pada tahun 2050. Osteoporosis menjadi masalah kesehatan global terbesar kedua setelah penyakit jantung.

Beberapa faktor risiko utama osteoporosis pada lansia meliputi:

  1. Usia – setelah 30 tahun, pembentukan tulang berkurang dan kerusakan makin tinggi. Lansia lanjut (65–85 tahun) memiliki risiko lebih besar daripada yang masih dini (55–65 tahun).
     
  2. Jenis kelamin – wanita memiliki risiko jauh lebih tinggi (rasio sekitar 4–5 : 1 dibanding pria). Pria rentan osteoporosis sekunder karena kondisi tertentu seperti penggunaan kortikosteroid.
     
  3. Ras – ras tertentu (misalnya Afrika-Amerika) memiliki massa tulang lebih tinggi dibanding ras Kaukasia atau Asia.
     
  4. Riwayat keluarga – memiliki orang tua yang menderita osteoporosis meningkatkan risiko genetik.
     
  5. Indeks massa tubuh (IMT) – berat badan rendah dan IMT rendah berkaitan erat dengan massa tulang lebih rendah, karena lemak turut menghasilkan estrogen yang melindungi tulang.
     
  6. Aktivitas fisik – olahraga beban memperkuat tulang. Lansia yang tidak aktif cenderung kehilangan massa tulang lebih cepat.
     
  7. Penggunaan kortikosteroid – konsumsi jangka panjang (≥ 7,5 mg/hari lebih dari 3 bulan) dapat mengganggu penyerapan kalsium, menekan hormon gonad, dan memperlambat pembentukan tulang.
     
  8. Menopause – penurunan estrogen menyebabkan peningkatan resorpsi tulang dan mempercepat kehilangan massa tulang, terutama tulang trabekular.
     
  9. Merokok – bahan kimia tembakau merusak tulang dan menurunkan estrogen, mempercepat menopause dan menyebabkan massa tulang lebih rendah.
     
  10. Konsumsi alkohol berat – konsumsi > 750 ml/minggu selama bertahun‑tahun dapat mengurangi massa tulang baik secara langsung maupun karena kekurangan nutrisi, dan gangguan metabolisme vitamin D akibat kerusakan hati.
     
  11. Riwayat fraktur – pernah mengalami patah tulang meningkatkan kemungkinan terjadi fraktur kembali, meski sulit dicegah sepenuhnya.

Pencegahan

Meski sulit sepenuhnya menghindari osteoporosis pada lansia, sejumlah langkah dapat mengurangi risikonya:

  • Berhenti merokok dan konsumsi alkohol,
     
  • Melakukan pemeriksaan kepadatan tulang secara berkala setelah menopause,
     
  • Rutin berolahraga terutama latihan pembebanan,
     

Mengonsumsi cukup kalsium dan vitamin D lewat makanan seperti susu sapi atau susu kedelai, serta suplemen sesuai rekomendasi dokter.

Baca juga : Banyak Kasus Tak Terdiagnosa, Ini yang Perlu Diketahui Soal Penyakit Asma

0 Disukai

34 Kali Dibaca