• icon-phone Contact Center Yakes Telkom : 022 - 4521405
  • Contact Center Yakes Telkom : 022 - 4521405

Info Terbaru

image-newest
Info Kesehatan

Mengenal Lebih Dekat Osteoarthritis Genu (Pengapuran Sendi Lutut) Kamis, 24 April 2025 09:46 WIB Musculoskeletal Disorder (MSD) merupakan istilah medis untuk gangguan yang mempengaruhi sistem otot dan rangka tubuh, termasuk otot, tulang, sendi, ligamen, tendon, serta jaringan ikat lainnya. Kondisi ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup penderitanya. Jenis-Jenis Musculoskeletal Disorder (MSD) Beberapa bentuk gangguan MSD yang umum dijumpai antara lain: Arthritis: termasuk osteoarthritis, rheumatoid arthritis, dan gout (asam urat). Low Back Pain: nyeri pada area punggung bawah. Rotator Cuff Syndrome: nyeri atau gangguan pada bahu. Trigger Finger: jari terasa kaku atau terkunci saat digerakkan. Tennis Elbow: nyeri pada siku akibat aktivitas berulang. Apa Itu Osteoarthritis Genu? Osteoarthritis Genu adalah bentuk arthritis degeneratif yang menyerang sendi lutut. Penyakit ini disebabkan oleh kerusakan tulang rawan yang berfungsi sebagai bantalan antara tulang-tulang di sendi. Seiring waktu, tulang rawan ini akan menipis hingga akhirnya menimbulkan gesekan antar tulang yang menyebabkan nyeri, kaku, dan pembengkakan. Kondisi ini juga dikenal sebagai pengapuran sendi lutut dan bersifat kronis serta tidak dapat disembuhkan sepenuhnya. Namun, gejalanya masih bisa dikelola dengan terapi yang tepat. Faktor Risiko Osteoarthritis Genu Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya osteoarthritis pada lutut meliputi: Usia lanjut Wanita Obesitas atau kelebihan berat badan Aktivitas fisik berlebihan atau justru kurangnya aktivitas Riwayat cedera sendi sebelumnya Pekerjaan dengan aktivitas fisik berat dan berulang Faktor genetik atau riwayat keluarga Gejala yang Perlu Diwaspadai Penderita Osteoarthritis Genu biasanya merasakan: Nyeri lutut yang muncul saat bergerak Kekakuan sendi, terutama di pagi hari atau setelah duduk lama Pembengkakan pada lutut Sensasi hangat saat menyentuh sendi Bunyi ‘krek’ atau gesekan saat menggerakkan lutut     Bagaimana Diagnosisnya Ditegakkan? Untuk mendiagnosis Osteoarthritis Genu, dokter akan melakukan wawancara medis (anamnesis) dan pemeriksaan fisik. Jika diperlukan, dokter akan menyarankan pemeriksaan penunjang seperti rontgen atau MRI untuk melihat kondisi tulang dan jaringan lunak di sekitar lutut secara lebih detail. Pilihan Terapi Osteoarthritis Genu 1. Terapi Non-Medikamentosa Edukasi: Memberikan pemahaman kepada pasien mengenai kondisi penyakit, cara mengelola gejala, dan pentingnya menjaga gaya hidup sehat. Fisioterapi dan latihan fisik: Dirancang untuk menguatkan otot sekitar sendi lutut, meningkatkan fleksibilitas, dan mengurangi nyeri. 2. Terapi Medikamentosa (Pengobatan) Obat pereda nyeri: Seperti parasetamol (PCT) atau obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) seperti diclofenac dan etoricoxib. Obat oles (topikal): Misalnya gel diclofenac untuk mengurangi nyeri lokal. Injeksi: Hyaluronic Acid (HA): Digunakan untuk menambah pelumasan pada sendi. Kortikosteroid (KS): Untuk mengurangi peradangan secara cepat pada sendi yang mengalami flare-up 3. Operasi Jika terapi Non-Medikamentosa dan Medikamentosa tidak memberikan hasil yang memadai, dan fungsi sendi semakin menurun, maka operasi menjadi pilihan. Tindakan ini biasanya dilakukan setelah melalui banyak pertimbangan dari dokter dan pasien.   Pentingnya Edukasi bagi Penderita Osteoarthritis Genu Osteoarthritis Genu adalah kondisi kronis, artinya tidak dapat sembuh total, namun dapat dikendalikan agar tidak semakin parah. Tujuan pengobatan adalah untuk meringankan nyeri, mencegah kerusakan lebih lanjut, dan membantu pasien tetap aktif dan mandiri. Penurunan berat badan dan olahraga teratur sangat penting, khususnya bagi penderita yang mengalami obesitas. Tetap aktif secara fisik dan menjaga berat badan ideal adalah langkah utama dalam pengendalian penyakit ini. Ayo Lakukan Latihan Fisik Secara Teratur! Latihan fisik yang ringan namun konsisten sangat bermanfaat untuk mengurangi kekakuan, memperkuat otot sekitar lutut, dan meredakan nyeri. Konsultasikan jenis latihan yang sesuai dengan kondisi anda pada fisioterapis atau dokter agar tetap aman dan efektif.

image-newest
Info Kesehatan

Hipertensi: Si Pembunuh Diam-Diam yang Sering Terabaikan Senin, 21 April 2025 11:56 WIB Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, merupakan kondisi medis saat tekanan darah sistolik mencapai ≥140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik mencapai ≥90 mmHg. Penyakit ini sering dijuluki “Silent Killer” atau pembunuh diam-diam karena dapat berkembang tanpa gejala yang jelas namun menimbulkan kerusakan serius pada tubuh. Mengapa Disebut Pembunuh Diam-Diam? Ada beberapa alasan mengapa hipertensi mendapat julukan tersebut: Sering tidak menunjukkan gejala Banyak penderita tidak menyadari bahwa mereka mengidap hipertensi. Kerusakan organ terjadi perlahan Dampaknya baru terlihat setelah organ vital seperti jantung, ginjal, dan mata mengalami gangguan. Diagnosa yang terlambat Gejala yang minim menyebabkan hipertensi sering baru terdeteksi saat sudah parah. Berisiko menyebabkan komplikasi mematikan Sama seperti serangan jantung, stroke, dan gagal ginjal. Gejala yang Bisa Muncul Meskipun sering tanpa gejala, beberapa penderita hipertensi dapat mengalami: Pusing atau sakit kepala Nyeri dada Kegelisahan Penglihatan menjadi kabur Mudah merasa lelah Detak jantung tidak teratur atau berdebar Jenis-Jenis Hipertensi Hipertensi dibagi menjadi dua kategori: Hipertensi Primer  Tidak diketahui penyebab pastinya dan mencakup sekitar 90% kasus. Hipertensi Sekunder Disebabkan oleh kondisi medis lain, seperti kelainan ginjal, gangguan kelenjar tiroid atau adrenal, serta masalah pada pembuluh darah. Cara Mengetahui Tekanan Darah Diagnosis hipertensi biasanya ditetapkan setelah melakukan pengukuran tekanan darah setidaknya dua kali dengan selang waktu satu minggu. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII (2003): Kategori Sistolik (MMHg)   Diastolik (mmHg) Normal <120 dan <80 Pra-hipertensi 120 – 139 atau 80 – 89 Hipertensi tingkat 1 140 – 159 atau 90 – 99 Hipertensi tingkat 2 >160 atau >100 Hipertensi Sistolik Terisolasi >140 dan <90 Faktor Risiko Hipertensi Faktor risiko terbagi menjadi dua: Tidak dapat diubah: Usia, jenis kelamin, dan riwayat keluarga/genetik. Dapat diubah: Gaya hidup yang tidak sehat seperti: Merokok Konsumsi garam berlebih Berat badan berlebih/obesitas Kurangnya konsumsi serat Kurang olahraga Konsumsi alkohol Kolesterol tinggi (dislipidemia) Stres berlebihan Pencegahan dan Pengendalian Hipertensi Agar tekanan darah tetap terkontrol, berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan: Pilih makanan sehat: batasi konsumsi garam, tingkatkan konsumsi buah, sayur, dan makanan berserat. Aktif bergerak: lakukan olahraga ringan hingga sedang minimal 30 menit per hari (contoh: berjalan kaki, berenang, bersepeda). Pertahankan berat badan ideal. Kelola stres dengan baik. Hindari alkohol dan berhenti merokok. Jika sudah didiagnosis hipertensi, minum obat secara rutin sesuai anjuran dokter. Komplikasi Serius Akibat Hipertensi Jika tidak ditangani dengan baik, hipertensi dapat menimbulkan berbagai komplikasi: Gangguan jantung Seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan pembesaran jantung. Stroke Kerusakan ginjal Masalah pada penglihatan Komplikasi lainnya Termasuk aneurisma, penyakit arteri perifer, demensia vaskular, dan sindrom metabolik. Mari kita mulai gaya hidup sehat dari sekarang agar terhindar dari bahaya hipertensi. Menjaga pola makan, rutin berolahraga, mengelola stres, dan menghindari kebiasaan buruk seperti merokok atau konsumsi alkohol bukan hanya membantu mengontrol tekanan darah, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Ingat, mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Jaga tekanan darahmu, jaga hidupmu!

image-newest
Info Kesehatan

Kenali dan Cegah Penyakit Kanker Sedari Dini Kamis, 17 April 2025 09:01 WIB Jenis jenis kanker yang paling sering muncul Ada berbagai jenis kanker yang sering ditemukan, seperti kanker paru-paru, kanker usus, kanker payudara, kanker prostat, dan kanker serviks. Selain itu, kanker darah, getah bening, hati, ovarium, dan tenggorokan juga termasuk yang umum terjadi. Masing-masing jenis kanker ini menyerang organ yang berbeda dan bisa menimbulkan dampak serius jika tidak ditangani sejak dini. Menjaga gaya hidup sehat dan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan bisa membantu menurunkan risiko terkena kanker. Adapun beberapa faktor resiko kanker, di antaranya: Paling sering terjadi pada usia 55 tahun ke atas Lebih dari setengah kasus kanker terjadi pada orang yang sudah lanjut usia, yaitu di atas 55 tahun. Tapi jangan khawatir, karena seseorang bisa terkena kanker bukan hanya karena faktor usia, tapi juga karena berbagai hal lainnya. Kelebihan berat badan atau obesitas. Kelebihan berat badan atau obesitas bisa meningkatkan risiko terkena berbagai jenis kanker, seperti kanker usus besar, payudara, rahim, ginjal, dan kerongkongan. Jadi, kalau kamu termasuk orang yang obesitas, sebaiknya mulai turunkan berat badan dari sekarang dan jangan ditunda-tunda. Merokok Rokok mengandung hampir 4.000 zat kimia, dan lebih dari 40 di antaranya bisa menyebabkan kanker. Setiap kali kamu merokok, racun-racun berbahaya itu masuk ke dalam tubuh dan lama-lama bisa menumpuk. Kalau kebiasaan ini terus berlanjut, risiko terkena penyakit serius, terutama kanker, jadi makin tinggi. Merokok bisa menyebabkan berbagai jenis kanker, seperti kanker paru-paru, mulut, tenggorokan, kerongkongan, kandung kemih, lambung, ginjal, leher rahim, dan pankreas. Faktor genetik atau keturunan Faktor keturunan merupakan salah satu hal yang sulit untuk dicegah. Jika dalam satu keluarga terdapat gen yang bisa memicu kanker, maka anggota keluarga tersebut punya risiko lebih tinggi terkena kanker. Tetapi tidak perlu khawatir, banyak penelitian menunjukkan bahwa risiko dari faktor genetik ini bisa dicegah apabila kita menjaga lingkungan dan gaya hidup dengan baik. Faktor hormonal Kadar hormon estrogen yang tinggi pada wanita bisa meningkatkan risiko terkena kanker payudara dan kanker rahim. Wanita yang menstruasi pertama kali di usia sangat muda biasanya punya kadar estrogen lebih tinggi, sehingga risikonya terkena kanker payudara juga lebih besar. Hal yang sama berlaku untuk wanita yang mengalami menopause di usia lebih tua dari biasanya, karena kadar estrogennya cenderung tetap tinggi lebih lama. Jenis Stadium kanker Stadium 0: Gejala awal dari stadium 0 pada kanker biasanya ditunjukkan dengan adanya ketidaknormalan sel pada bagian tubuh tertentu. Stadium I: Sel-sel yang tidak normal mulai berkumpul membentuk jaringan yang bersifat kanker. Hal tersebut merupakan tanda dari stadium I pada kanker yang biasanya masih bisa disembuhkan. Stadium II: Kanker stadium II ditandai dengan adanya jaringan yang berkembang menjadi benjolan kecil, tetapi biasanya stadium II pada kanker belum terlalu menyebar pada organ di tubuh pasien. Stadium III: Setelah tumor berkembang dan bersifat ganas, maka pasien didiagnosis telah terserang kanker stadium III. Stadium IV: Stadium akhir pada kanker ini ditandai dengan adanya beberapa bagian organ dalam tubuh yang telah teserang sel kanker dan kanker stadium IV biasanya paling susah disembuhkan. Ciri-ciri kanker secara umum: Perubahan pada kulit (terutama terdapat benjolan yang makin lama membesar, luka, dan bau busuk) Perubahan payudara (ada benjolan, putting melesak ke dalam, kulit payudara berkerut/kemerahan, keluar cairan Perut kembung (disertai perdarahan vagina) Rasa sakit saat menelan (dalam jangka waktu lama) Berat badan turun drastic dalam waktu singkat Perubahan pada mulut (bercak kemerahan dan keputihan di mulut dan lidah) Demam berkepanjangan Kelelahan berkepanjangan Batuk darah Rasa sakit pada bagian tubuh tertentu Pentingnya deteksi dini kanker Kanker biasanya dimulai dari satu organ saja dan butuh waktu lama sebelum menyebar ke bagian tubuh lain. Lebih dari 75% kasus kanker muncul di bagian tubuh yang sebenarnya mudah diperiksa, jadi seharusnya bisa diketahui sejak awal. Penderita kanker umumnya baru datang ke dokter sesudah penyakitnya dalam stadium lanjut. Penyembuhan kanker secara spontan hampir tidak pernah terjadi. Jika sudah masuk stadium III atau IV biasanya pengobatan jadi lebih sulit dan kemungkinan untuk sembuh pun menurun. Faktor keterlambatan penderita tidak menyadari bahwa dirinya terkena kanker Fase stadium I dan II pasien merasa sehat Kurang memperhatikan diri sendiri Tidak mengerti atau kurang menyadari akan bahaya kanker Ada rasa takut Tidak mempunyai biaya Keluarga tidak mengizinkan ke dokter Jenis skrining kanker Kanker mulut Rahim: IVA test (ada di puskesmas) Kanker payudara: SADARI, USG Kanker kulit dan mulut: dapat dilihat dengan mata dan pemeriksaan jaringan Kanker paru: pemeriksaan Xray dan pemeriksaan dahak Kanker lambung: foto lambung dan pemeriksaan jaringan Kanker usus: periksa bagian dubur, teropong usus, dan pemeriksaan jaringan Pencegahan Kanker Memeriksa resiko karena keturunan Kanker bisa diturunkan dari keluarga. Jika ada orangtua atau saudara yang pernah terkena penyakit kanker, sebaiknya anda lebih waspada dan mulai melakukan pemeriksaan dini untuk mencegahnya. Menghindari makanan yang diasap dan dibakar Penyebab kanker lainnya adalah makanan yang diasap dan dibakar, contohnya seperti ikan asap. Makanan tersebut beresiko menimbulkan kanker. Oleh karena itu menghindari atau mengurangi frekuensi mengonsumsi makanan tersebut menjadi sebuah keharusan untuk mencegah kanker. Menjauhi alkohol Minuman beralkohol sudah lama diketahui bisa menyebabkan kanker. Menghindarinya adalah langkah bijak untuk menjaga kesehatan. Menghindari makanan dengan zat pewarna Banyak makanan saat ini dicampur dengan zat pewarna agar terlihat menarik. Faktanya, kandungan zat pewarna itu sangat berbahaya untuk tubuh dan dapat memicu kanker. Untuk mencegah kanker, sebaiknya menghindari makanan yang menggunakan zat pewarna. Makanan yang menggunakan zat pewarna dapat diketahui dari warna makanan yang terlihat jauh lebih menarik dibandingkan warna aslinya. Menghindari rokok Rokok menjadi sumber penyebab berbagai penyakit tak terkecuali untuk penyakit kanker. Bahkan jadi perokok pasif (menghirup asap rokok dari orang lain) juga bisa berisiko. Meninggalkan kebiasaan merokok atau berupaya menjauh dari orang yang sedang merokok adalah upaya baik untuk mencegah kanker. Menghindari makanan berlemak Makanan tinggi lemak bisa menimbulkan banyak gangguan kesehatan, termasuk kanker. Maka dari itu, untuk mencegah kanker, hindarilah makanan-makanan berlemak tinggi Makan makanan kaya serat Buah-buahan dan sayuran merupakan makanan kaya serat. Memperbanyak konsumsi makanan tersebut sangat baik untuk mencegah kanker. Rutin olahraga Berolahraga merupakan cara yang baik untuk mencegah kanker. Sebab saat berolahraga, lemak dalam tubuh akan terbakar dan mempercepat metabolisme. Hal itu akan mencegah terjadinya kanker. Tidak harus berupa olahraga berat, olahraga ringan seperti jalan sehat atau lari pagi juga bisa membantu mencegah kanker. Konsumsi vitamin A, C dan E Vitamin-vitamin ini mengandung antioksidan yang bisa melindungi tubuh dari risiko kanker. Kamu bisa mendapatkannya dari makanan sehat atau suplemen bila diperlukan. Jaga pola hidup seksual yang sehat Hindari berganti-ganti pasangan karena bisa meningkatkan risiko terkena kanker tertentu, seperti kanker serviks. Setia pada satu pasangan dan menjaga kebersihan organ intim sangat penting untuk pencegahan. Saksikan juga Webinar Kesehatan Yakes Telkom tentang penyakit Kanker pada link berikut : Webinar Kesehatan Spesial HUT Yakes-Telkom - Kenali & Cegah Penyakit Kanker Sedari Dini

image-newest
Info Kesehatan

Deteksi Dini Depresi: Mengenali dan Mengelola Gejala Sejak Awal Senin, 14 April 2025 15:03 WIB Depresi adalah gangguan suasana hati yang ditandai dengan perasaan sedih berkepanjangan dan hilangnya minat terhadap aktivitas yang biasanya disukai, sehingga mengganggu kemampuan seseorang dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Berikut adalah 4 jenis depresi yang biasanya terjadi: Depresi Klinis: Jenis yang paling umum, ditandai dengan kesedihan mendalam dan hilangnya minat selama setidaknya 2 minggu. Depresi Persisten: Depresi ringan hingga sedang yang berlangsung lama, minimal 2 tahun. Gangguan Disregulasi Mood: Umumnya terjadi pada anak-anak, ditandai dengan ledakan emosi berupa marah dan mudah kesal. Gangguan Disforia Pramenstruasi: Kondisi emosional seperti gelisah, sedih, marah, dan cemas yang muncul menjelang menstruasi. Depresi bukan hanya sekedar perasaan sedih, tetapi merupakan gangguan yang kompleks dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang. Gejalanya bisa muncul dalam berbagai bentuk, baik secara emosional, perilaku, fisik, maupun cara berpikir. Pemahaman mengenai jenis-jenis gejala ini penting untuk mengenali kondisi depresi secara menyeluruh, karena setiap orang bisa mengalami kombinasi gejala yang berbeda. Ada 4 gejala depresi yang dikategorikan dalam kondisi berbeda-beda: Emosional Sedih mendalam, merasa hampa, frustasi Kehilangan minat secara signifikan dari hobi dan kegiatan sehari-hari Tidak merasakan kepuasan atau kesenangan Keinginan bunuh diri Perilaku Menarik diri dari teman dan keluarga Menghindar dari tanggung jawab Melakukan perilaku berisiko (penyalahgunaan obat terlarang atau penyalahgunaan alkohol) Fisik Kelelahan terus menerus Pola tidur berubah Perubahan nafsu makan Kognitif Kesulitan fokus dan berpikir jernih Sulit mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah Pikiran negatif mengenai diri, masa depan, dan lingkungan Mengingat berulang kegagalan Menghadapi gejala depresi di tahap awal bisa menjadi tantangan, tetapi penting untuk segera mengambil langkah sebelum kondisinya memburuk. Ketika gejala masih tergolong ringan, ada berbagai cara sederhana yang bisa dilakukan untuk membantu mengelola perasaan tersebut dan menjaga kesehatan mental tetap stabil. Langkah-langkah ini tidak hanya membantu meredakan gejala, tetapi juga dapat menjadi bagian dari upaya pencegahan agar depresi tidak berkembang lebih jauh. Berikut beberapa cara mengelola gejala depresi awal yang masih ringan: Berikut adalah cara mengelola gejala depresi ringan beserta penjelasan singkat untuk tiap poinnya: Mengakui dan menerima emosi Mengakui perasaan sedih, cemas, atau hampa adalah langkah awal yang penting. Dengan menerima emosi, kamu memberi ruang untuk mulai memahami kondisi diri dan mencari solusi yang tepat. Berbagi cerita dengan orang terpercaya Menceritakan apa yang dirasakan kepada orang lain, seperti teman atau keluarga, bisa meringankan beban pikiran dan membantu mendapatkan dukungan emosional yang dibutuhkan. Tetap bergerak dan aktif secara fisik Aktivitas fisik seperti berjalan kaki, yoga, atau berenang bisa membantu melepaskan hormon endorfin yang membuat perasaan jadi lebih baik dan mengurangi stres. Menjaga pola makan sehat Asupan makanan yang bergizi dapat mempengaruhi suasana hati. Konsumsi makanan seimbang membantu menjaga energi dan kestabilan emosi. Membuat rutinitas harian Menyusun jadwal kegiatan harian bisa memberikan rasa teratur dan kontrol dalam hidup, sehingga membantu mengurangi kekacauan dalam pikiran. Mencoba hal baru Melakukan aktivitas baru atau mengeksplorasi hobi yang berbeda dapat memberi semangat dan perasaan pencapaian, serta membantu mengalihkan pikiran negatif. Berlatih mindfulness Teknik seperti meditasi, pernapasan dalam, dan relaksasi dapat membantu menenangkan pikiran, mengelola emosi, serta mengurangi kecemasan. Mencari bantuan profesional Jika perasaan sedih atau tidak berdaya mulai mengganggu aktivitas sehari-hari, penting untuk berkonsultasi dengan psikolog atau tenaga kesehatan mental agar mendapat penanganan yang tepat. Dalam beberapa kasus, gejala depresi yang ringan bisa membaik dengan perubahan gaya hidup. Namun, ketika depresi mulai mengganggu keseharian atau berlangsung cukup lama, diperlukan penanganan lebih lanjut. Pendekatan profesional seperti terapi dan pengobatan bisa sangat membantu untuk memahami akar masalah, mengubah pola pikir negatif, serta membangun kembali kesehatan mental secara menyeluruh. Berikut beberapa jenis penanganan yang umum digunakan untuk membantu mengelola depresi: Terapi Perilaku: Terapi ini menitikberatkan pada kaitan antara tindakan dan suasana hati. Tujuannya adalah mengurangi gejala depresi dengan mengubah kebiasaan atau perilaku yang tidak sehat.   Terapi Kognitif: Fokus pada mengidentifikasi dan mengganti pola pikir negatif dengan cara berpikir yang lebih sehat dan realistis.   Terapi Kognitif-Perilaku (CBT): Gabungan dari terapi kognitif dan perilaku, yang membantu mengenali hubungan antara pikiran, emosi, dan tindakan. Terapi ini membantu membentuk pola pikir dan perilaku yang mendukung pemulihan.   Terapi Interpersonal: Mengutamakan perbaikan dalam hubungan sosial dan mengatasi masalah yang berhubungan langsung dengan munculnya depresi.   Terapi Mindfulness: Menggabungkan teknik meditasi dengan pendekatan kognitif untuk membantu menghadapi pikiran negatif dan membentuk hubungan yang lebih baik dengan diri sendiri.   Penggunaan Obat-obatan: Biasanya diberikan pada penderita depresi tingkat sedang hingga berat, dengan tujuan membantu menyeimbangkan zat kimia dalam otak. Masing-masing metode ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan individu dan tingkat keparahan depresi yang dialami. Simak Informasi Lengkap Terkait Deteksi Depresi di Webinar Yakes Telkom Webinar Kesehatan "Deteksi Dini Depresi : Mengenali & Mengelola Gejala Sejak Awal di https://www.youtube.com/live/DSTeZVdfwms?si=RF5IqDNfsGSBoglA

image-newest
Info Kesehatan

Jangan Anggap Sepele! Cara Mengatasi GERD dan Mencegah Kambuh Senin, 14 April 2025 14:39 WIB GERD atau Gastroesophageal Reflux Disease adalah kondisi saat asam lambung naik ke kerongkongan, saluran yang menghubungkan mulut ke lambung. Ini bisa terjadi karena klep atau tutup antara lambung dan esofagus melemah, sehingga tidak bisa menutup dengan baik. Akibatnya, asam dari lambung bisa mengalir balik ke atas. Asam lambung sebenarnya penting untuk mencerna makanan, tetapi karena sifatnya sangat asam, hanya lambung yang punya perlindungan khusus untuk menahannya. Kerongkongan tidak punya perlindungan seperti itu, jadi jika terus-menerus terkena asam lambung, bisa terjadi iritasi, peradangan, bahkan luka. Asam lambung yang naik ini tidak hanya mengganggu kerongkongan, tetapi juga bisa mencapai tenggorokan dan mulut. Ini bisa menyebabkan batuk, suara serak, rasa tidak nyaman di tenggorokan, bahkan merusak gigi kalau dibiarkan. Dalam beberapa kasus, asam ini bisa sampai ke saluran pernapasan dan bikin sesak atau memperburuk asma. Dengan kata lain, GERD bukan hanya menyebabkan rasa panas di dada (heartburn), tapi juga bisa berdampak serius jika tidak ditangani dengan baik. Gejala GERD Gejala utama GERD biasanya meliputi: Heartburn: rasa panas atau terbakar di dada. Regurgitasi: isi lambung yang naik ke mulut, sering terasa asam atau pahit. Nyeri ulu hati dan nyeri dada: rasa sakit di bagian tengah perut atas atau dada, sering disalahartikan sebagai sakit jantung. Penyebab GERD Penyebab dari GERD adalah akibat kerusakan cardiac sphincter (klep atau tutup antara lambung dan esofagus) sehingga tidak dapat menutup dengan sempurna. Gangguan asam lambung bisa disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur, sering telat makan, atau mengonsumsi makanan dan minuman yang merangsang seperti kopi, makanan asam, pedas, serta alkohol dan rokok. Beberapa jenis obat, seperti pereda nyeri dan pengencer darah yang bersifat asam, juga bisa memicu gangguan ini. Selain itu, faktor psikologis seperti stres, kecemasan berlebih, dan gangguan emosional dapat meningkatkan produksi asam lambung. Infeksi dan beberapa penyakit lain juga bisa menjadi pemicu. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat menyebabkan asam lambung berlebih yang akhirnya merusak dinding lambung. Pengobatan GERD Pengobatan GERD bertujuan untuk meredakan gejala, menyembuhkan gangguan, dan mencegah komplikasi. Diagnosis bisa dilakukan melalui pemeriksaan fisik, tes penunjang (seperti lab, rontgen, USG), dan endoskopi untuk melihat kondisi esofagus dan lambung secara langsung. Setelah diagnosis, pasien akan diberikan obat untuk menurunkan asam lambung. Namun, yang paling penting adalah perubahan gaya hidup seperti menjaga pola makan, menghindari makanan dan minuman pemicu (kopi, pedas, asam), berhenti merokok, menghindari alkohol dan obat-obatan yang bisa mengiritasi lambung. Pasien juga disarankan untuk rutin berolahraga dan mengelola stres. GERD bisa sembuh, tapi dapat kambuh jika gaya hidup tidak dijaga. Kesimpulannya, GERD adalah gangguan akibat naiknya asam lambung ke esofagus yang menimbulkan gejala. Meski tidak mematikan, GERD bisa menurunkan kualitas hidup dan produktivitas. Kondisi ini bisa diobati dan disembuhkan. Segera periksa ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala.

image-newest
Info Kesehatan

Tips Sehat Pasca Lebaran: Jaga Gula Darah Tetap Stabil! Kamis, 10 April 2025 11:30 WIB Perayaan Idul Fitri seringkali menjadi momen di mana pola makan masyarakat mengalami perubahan signifikan. Beragam hidangan khas Lebaran yang tinggi kalori, lemak, gula, dan karbohidrat menjadi sajian utama di hampir setiap rumah. Meski menjadi bagian dari tradisi dan kebersamaan, konsumsi makanan secara berlebihan terutama yang mengandung gula dan karbohidrat sederhana dapat memicu lonjakan kadar gula darah. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi penderita diabetes maupun mereka yang memiliki risiko tinggi terhadap gangguan metabolik. Oleh karena itu, penting untuk memahami hubungan antara pola makan saat Lebaran dengan perubahan gula darah, serta langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan pasca Lebaran. Inilah beberapa upaya yang bisa membantu mengembalikan gula darah ke tingkat normal setelah Lebaran.  1. Mengelola Asupan Karbohidrat dengan Bijak Karbohidrat yang kita konsumsi akan dipecah menjadi glukosa oleh tubuh, lalu diproses dengan bantuan insulin agar bisa digunakan sebagai energi oleh sel. Namun, jika karbohidrat dikonsumsi secara berlebihan atau jika tubuh mengalami gangguan dalam produksi atau respon terhadap insulin, glukosa dapat menumpuk dalam darah dan menyebabkan peningkatan kadar gula. Oleh karena itu, penting untuk mengatur asupan karbohidrat agar tetap seimbang dan tidak berlebihan. The American Diabetes Association (ADA) menyarankan pengelolaan karbohidrat melalui metode seperti menghitung jumlah karbo harian atau sistem pertukaran makanan, terutama saat Lebaran ketika banyak makanan tinggi karbohidrat disajikan. Sebagai alternatif yang lebih sehat, lontong atau ketupat dari beras putih bisa diganti dengan beras merah yang lebih tinggi serat dan termasuk karbohidrat kompleks. Selain itu, batasi juga konsumsi nasi putih serta makanan olahan berbasis tepung seperti kue kering atau roti manis. 2. Menambah Konsumsi Serat dalam Menu Harian Asupan serat yang cukup berperan penting dalam mengontrol kadar gula darah. Serat membantu memperlambat pencernaan karbohidrat dan penyerapan glukosa ke dalam darah, sehingga lonjakan gula darah bisa dicegah. Untuk mendapatkan manfaat maksimal, konsumsilah makanan tinggi serat seperti sayuran berdaun hijau, buah utuh, kacang-kacangan, dan biji-bijian utuh seperti oatmeal. Menjadikan serat sebagai bagian dari menu harian adalah langkah sederhana namun efektif untuk membantu menjaga gula darah tetap stabil dan mencegah komplikasi jangka panjang. 3. Rutin Melakukan Olahraga Olahraga rutin sangat bermanfaat untuk menurunkan kadar gula darah. Olahraga dapat membantu menurunkan berat badan dan meningkatkan sensitivitas insulin, sehingga glukosa lebih mudah diserap oleh sel tubuh. Saat berolahraga, otot juga menggunakan gula darah sebagai energi untuk membantu menurunkannya secara alami. Bagi orang yang mengalami kesulitan dalam mengatur gula darah, penting untuk memantau kadar gula sebelum dan sesudah berolahraga untuk mengetahui bagaimana tubuh merespons jenis latihan tertentu. Beberapa pilihan olahraga yang bisa dilakukan antara lain berjalan cepat, jogging, bersepeda, berenang, hiking, atau latihan kekuatan seperti angkat beban. Pilihlah jenis olahraga yang kamu sukai agar bisa dilakukan secara konsisten. 4. Rutin memantau kadar gula darah Pemantauan gula darah penting dilakukan untuk mengetahui seberapa besar dampak dari asupan makanan terhadap kondisi tubuh. Dengan mengetahui kadar gula secara berkala, kita bisa segera melakukan penyesuaian pola makan, aktivitas fisik, atau pengobatan jika diperlukan. Rutin mengecek gula darah setelah Lebaran adalah langkah penting untuk mencegah risiko komplikasi dan menjaga kesehatan tetap stabil.

image-newest
Info Kesehatan

Tips Puasa Sehat bagi Penderita Obesitas agar Berat Badan Menuju Ideal Selasa, 25 Maret 2025 09:00 WIB Obesitas terjadi akibat penumpukan lemak berlebih yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan energi dan penggunaannya dalam jangka panjang. Kondisi ini berisiko memicu berbagai masalah kesehatan. Oleh karena itu, penderita obesitas disarankan untuk mengadopsi gaya hidup sehat untuk menurunkan berat badan. Bulan Ramadhan dapat menjadi kesempatan yang baik bagi penderita obesitas untuk mencapai berat badan ideal. Bahkan, menjalankan puasa secara rutin setelah Ramadhan juga dapat membantu menjaga kestabilan berat badan. Namun, agar manfaat puasa dapat diperoleh secara maksimal, terdapat beberapa tips yang perlu diperhatikan bagi penderita obesitas. 1. Hindari Makan Berlebihan Saat Berbuka Waktu berbuka sebaiknya tidak dijadikan momen untuk makan dalam jumlah yang berlebihan, terutama dengan mengonsumsi berbagai makanan seperti takjil manis, gorengan, atau porsi besar nasi. Makan terlalu banyak saat berbuka dapat menghambat penurunan berat badan. Oleh karena itu, penting untuk mengendalikan nafsu makan dan mengonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup. Untuk berbuka, disarankan memulainya dengan air putih atau teh hangat, lalu dilanjutkan dengan kurma atau buah-buahan. Makan besar sebaiknya dilakukan setelah shalat Maghrib, dan untuk hasil diet yang lebih optimal, sebaiknya hindari makan kembali setelah shalat Isya. Saat sahur, penderita obesitas juga perlu menjaga porsi makan agar tidak berlebihan. 2. Kurangi Konsumsi Makanan Berlemak dan Gorengan Setelah berpuasa sepanjang hari, berbagai makanan menggoda mungkin sulit dihindari. Namun, perlu diingat bahwa pilihan makanan sangat mempengaruhi berat badan. Banyak orang gagal menurunkan berat badan selama puasa karena sering mengonsumsi makanan tinggi lemak dan gorengan dalam jumlah besar. Oleh sebab itu, untuk menjaga kesehatan serta mendukung proses penurunan berat badan, sebaiknya batasi konsumsi makanan bersantan, daging berlemak, kulit ayam, dan gorengan. 3. Perbanyak Asupan Serat Dibandingkan mengonsumsi makanan berlemak, penderita obesitas disarankan memperbanyak makanan kaya serat, seperti sayuran dan buah-buahan. Makanan berserat tinggi yang dikonsumsi saat sahur dapat membantu memberikan rasa kenyang lebih lama, sehingga memudahkan menjalani puasa dan mengurangi keinginan untuk makan berlebihan saat berbuka. Selain itu, serat memiliki kandungan kalori yang lebih rendah, sehingga aman dikonsumsi dalam jumlah besar tanpa menyebabkan peningkatan berat badan. 4. Lakukan Olahraga Secara Rutin Selain menjaga pola makan, olahraga juga menjadi faktor penting dalam upaya menurunkan berat badan. Aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin dapat membantu meningkatkan efektivitas pembakaran lemak selama berpuasa. Bahkan, berolahraga dalam kondisi berpuasa dapat mempercepat proses pembakaran lemak dalam tubuh, sehingga mendukung penurunan berat badan dengan lebih optimal. Puasa bisa menjadi momen yang tepat untuk memulai gaya hidup lebih sehat. Dengan pola makan yang tepat dan kebiasaan yang baik, kamu bisa menjaga berat badan tetap stabil dan tubuh tetap bugar. Yuk, terapkan tips ini dan jadikan puasa sebagai langkah menuju hidup lebih sehat!

Info Terpopuler

image-popular
Info Kesehatan

Telemedicine menjadi alternatif konsultasi dimasa Pandemi Senin, 18 Januari 2021 11:05 WIB Tahun 2020 sudah selesai akan tetapi,  lain halnya dengan Pandemi yang sampai akhir 2020 belum kunjung usai. Dalam masa Pandemik ini, Yakes Telkom memberikan layanan Telemedicine yaitu pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan pelayanan medis jarak-jauh. Telemedicine saat ini, menggunakan teknologi komunikasi dengan gadget untuk memberikan konsultasi fasilitas kesehatan di tempat yang berjauhan, bisa secara langsung via telepon, berkirim pesan, ataupun videocall dengan aplikasi WA (whatsapp) atau aplikasi Telegram. Layanan Telemedicine dibutuhkan oleh Pelanggan dalam masa pandemik Covid-19 saat ini karena ada beberapa layanan yang bisa didapatkan oleh pelanggan dengan menggunakan Telemedicine diantaranya adalah: Layanan Konsultasi medis dengan dokter dan petugas medis lainnya di Yakes Telkom. Memberi kemudahan saat pelanggan ingin mendapatkan Obat Rutin yang dikonsumsi tanpa harus datang ke Poliklinik Yakes Telkom. Permintaan rujukan pemeriksaan Laboratorium dan rujukan ke rumah sakit. Layanan konsultasi tentang restitusi. Layanan konsultasi non medis perihal kepesertaan. Kenapa harus Telemedicine? Guna mencegah penyebaran virus covid-19 lebih baik apabila dirumah saja untuk menghindari kerumunan, itulah sebabnya Yakes Telkom lebih menekankan Telemedicine daripada pelanggan datang langsung ke Poliklinik. Dengan Telemedicine para pelanggan tetap bisa mendapatkan layanan kesehatan dari Yakes. Untuk layanan medis para pelanggan bisa melakukan konsultasi kepada para dokter, apabila memerlukan obat dokter akan memberikan dan dikirim menggunakan kurir. Demikian juga dengan rujukan bisa juga didapatkan dengan melakukan Telemedicine. Tidak hanya layanan konsultasi medis saja yang diberikan kepada para pelanggan, melainkan dari sisi Non Medispun bisa melakukan Telemedicine, salah satu contohnya adalah layanan Konsultasi kepesertaan. Untuk melakukan laporan update Faskes putra/i dari pelanggan, Pensiunan dapat mengirimkan foto atau scan persyaratan yang sudah lengkap kepada admin kepesertaan untuk diproses lebih lanjut. Selain itu juga pengajuan untuk cetak kartu kesehatan bisa dilayani secara online via Whatsapp ataupun Telegram, dengan mengirimkan persyaratan yang sudah lengkap kepada Admin Kepesertaan pengajuan cetak kartu kesehatan bisa diproses lebih lanjut. Saat ini Yakes Telkom tak henti-hentinya memberikan layanan yang terbaik kepada para pelanggan karena sesuai dengan slogan terbaru Yakes Telkom yaitu Sehat Tekad Kita, Melayani dengan Cinta (YKS05-01)

image-popular
Info Kesehatan

Kasus Positif Terus Melonjak, Segera Vaksinasi dan Kencangkan Prokes Minggu, 30 Januari 2022 21:49 WIB Lonjakan Kasus Harian Perupadata mencatatkan penambahan kasus harian Covid-19 sebanyak 9905 kasus (per 28 Januari 2022). Data yang ada juga menunjukkan 90,1% kasus konfirmasi nasional merupakan transmisi lokal dan tercatat sudah 3 pasien kasus konfirmasi Omicron meninggal dunia (memiliki komorbid atau penyakit penyerta dan 1 kasus belum divaksin). Kenaikan kasus harian Covid disinyalir akan terus meningkat dalam beberapa waktu kedepan. Gambaran kenaikan tajam kasus ini juga terlihat di lingkungan TelkomGroup. Munculnya 3 sub varian Omicron Baru-baru ini muncul 3 sub varian Omicron yaitu BA.1 BA.2 dan BA.3, status ketiganya masih terus diteliti. Sementara gejala dibandingkan Delta lebih ringan. BA.2 lebih infeksius dengan gejala lebih ringan dari BA.1. Mutasi virus memang bukanlah hal yang baru, apalagi Variant of Concern cenderung cepat menginfeksi dan akan banyak bermutasi. Yang harus digarisbawahi adalah jangan meremehkan dan jangan abai untuk mencegah virus semakin merajalela dan melahirkan varian yang berbahaya. Cegah dengan Vaksin dan Disiplin Prokes Sesuai dengan anjuran pemerintah melalui Kemenkes, perusahaan turut aktif mengambil langkah-langkah untuk mencegah laju penularan khususnya di lingkungan TelkomGroup dengan mempercepat upaya pelaksanaan vaksinasi booster untuk meningkatkan efektivitas vaksin primer.  Jadi bagi karyawan, pensiunan dan keluarga yg sudah mendapatkan e tiket di Peduli Lindungi dan telah 6 bulan dari vaksin ke 2, segera lakukan vaksinasi booster baik di sentra vaksinasi, RS atau puskesmas terdekat. Ayo kita cegah peningkatan laju Covid dengan tidak panik seraya meningkatkan protokol kesehatan dengan selalu gunakan masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, rajin mencuci tangan, menghindari bepergian kecuali sangat mendesak, dan menghindari kegiatan makan bersama. Semangat Sehat!  #SEMUAWAJIBPAKAIMASKER #SegeraVaksin #Rupiahtoto

image-popular
Info Kesehatan

Be Mindful of Your Mental Health Sabtu, 24 Oktober 2020 08:36 WIB Tidak dipungkiri lagi bahwa kesehatan mental merupakan salah satu bagian yang menandakan sehatnya seseorang. Sehat tidak hanya dilihat dari kondisi fisik saja, tetapi bagaimana kondisi psikologis diri kita. Di tengah kondisi pandemic Covid-19 yang melanda, mari kita tanyakan ke diri sendiri, sejahterakah kita secara psikologis? Sejahtera secara psikologis menandakan bahwa diri kita memiliki perasaan yang baik (feeling good) dan dapat berfungsi secara efektif (functioning effectively). Untuk dapat sejahtera secara psikologis, tentunya kita perlu memperhatikan (mindful) kondisi kesehatan mental. Mengapa demikian? Alasannya sangat sederhana, karena dengan memberikan perhatian maka kita lebih menyadari serta dapat lebih memahami kondisi diri kita. Mindfulness adalah suatu pendekatan integratif yang didasarkan pada hubungan pikiran & tubuh, yang membantu individu untuk mengelola pikiran dan perasaan serta kesehatan mental mereka. Mindfulness merupakan hal yang mudah untuk dilakukan. Salah satu contoh simpelnya adalah dengan kita menyadari bagaimana rasa makanan yang tadi dicicipi? Apa warna baju yang dipakai hari ini? Apa perasaan yang muncul ketika atasan memberikan feedback kepada saya? Apa yang saya rasakan ketika rekan kerja menolak pendapat saya? Sadar akan apa yang sedang dipikirkan atau dirasakan menjadi salah satu wujud agar kita dapat menjalankan hari-hari dengan nyaman serta menemukan solusi yang terbaik untuk permasalahan yang dihadapi. Selain menyadari apa yang terlintas dipikiran dan dirasakan, menyadari apa yang tubuh kita coba untuk sampaikan juga salah satu bentuk mindfulness. Sebagai contoh, saat berada pada situasi penuh tekanan atau kecemasan, ternyata tubuh kita memunculkan reaksi tertentu seperti detak jantung meningkat, otot tegang atau napas terhambat. Dengan memperhatikan perubahan yang muncul tersebut, maka kita dapat pula mencari solusi atas perubahan yang terjadi, salah satu upayanya dengan mengatur napas dengan baik agar tubuh menjadi tenang. Begitu pula dengan situasi Covid-19 yang tengah kita hadapi saat ini, aware terhadap apa yang menjadi pikiran, perasaan, serta pola tingkah laku yang dimunculkan akan membantu kita menentukan langkah pengelolaan yang tepat. Kesadaran ini menandakan pula bahwa kita merawat diri. Kita sadar akan hal yang menjadi pemicu dari kecemasan serta memperhatikan hal-hal apa yang membuat tertekan. Ketika kita mulai memperhatikan kondisi kesehatan mental, tidak hanya diri kita sendiri yang mendapatkan manfaatnya. Manfaat apalagi yang didapat melalui mindfulness? Menyadari kondisi psikologis atau kesehatan mental ini juga dapat membantu mengurangi stigma lingkungan yang buruk terhadap kesehatan mental. Beberapa contoh mindfulness ini adalah, menyadari penggunaan tata bahasa yang digunakan agar tidak menyakiti perasaan orang lain, mengedukasi diri terkait kesehatan mental yaitu dengan mengenali bahwa kesehatan mental memiliki perlakuan yang sama dengan masalah medis lainnya, dan mendengarkan kondisi orang lain tanpa interupsi, asumsi, maupun interpretasi di awal. Nah, beberapa hal tersebut dapat kita latih di kehidupan sehari-hari dan menjadi upaya bagi kita untuk lebih mindful terhadap diri maupun lingkungan sosial. Sudah saatnya kita aware terhadap kesehatan mental. Sesuai dengan kampanye yang dikeluarkan World Federation for Mental Health (WFMH), perayaan Hari Kesehatan Mental Dunia tahun 2020 mengusung tema “Mental Health for All: Greater Investment – Greater Access”, hal tersebut menandakan bahwa sehat mental itu hak setiap orang. Inilah saatnya bagi kita untuk berinvestasi dalam kesehatan mental. By: Rahmi Maya Fitri, M.Psi., Psikolog     “We would never tell someone with a broken leg that they should stop wallowing and get it together. We don’t consider taking medication for an ear infection something to be ashamed of.”  MICHELLE OBAMA     Sumber: https://www.verywellmind.com/improve-psychological-well-being-4177330 https://www.mentalhealth.org.uk/a-to-z/m/mindfulness https://www.mindfulnessstudies.com/ending-mental-health-stigma-through-mindfulness/ https://vredeburg.id/id/gallery-category/kegiatan https://vredeburg.id/ https://njms-web.njms.rutgers.edu/

image-popular
Info Kesehatan

Hari Hipertensi Sedunia, Kenali Faktor Risiko & Cara Pencegahannya Selasa, 17 Mei 2022 14:21 WIB 17 Mei setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Hipertensi Sedunia atau dikenal dengan World Hypertension Day. Momen peringatan ini ditujukan untuk menyadarkan masyarakat terkait dengan pentingnya mengenali gejala, faktor risiko serta cara pencegahan dari penyakit hipertensi. Gerakan Hari Hipertensi Sedunia ini juga bertujuan untuk memberitahukan kepada masyarakat dunia terkait komplikasi medis yang serius akibat hipertensi, informasi tentang pencegahannya, deteksi dini, serta tahapan pengobatannya. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi dimana tubuh mengalami tekanan darah di 130/80 mmHg atau lebih. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka dapat menimbulkan berbagai penyakit serius yang mengancam nyawa, seperti gagal jantung, penyakit ginjal, dan juga stroke. Meskipun gejalanya sering tidak terlihat jelas, namun hipertensi masih dapat dideteksi serta dikontrol dengan baik. Hal tersebut seperti mengetahui beberapa faktor risiko yang dapat memicu terjadinya hipertensi dalam tubuh, seperti : Usia Seiring bertambahnya usia, risiko tekanan darah tinggi juga akan meningkat. Selain itu risiko hipertensi juga akan lebih sering terjadi pada pria dewasa dibandingkan wanita.   Riwayat Keluarga Penyakit Hipertensi ini juga cenderung dapat diturunkan dalam silsilah keluarga, sehingga peran serta seluruh anggota keluarga dalam mencegah atau mendeteksi dini terjadinya hipertensi sangatlah penting.   Merokok Kebiasaan buruk merokok juga dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi serta merusak lapisan dinding arteri, jika dibiarkan dapat menyebabkan arteri menyempit serta meningkatkan risiko penyakit jantung.   Obesitas Orang yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas juga memiliki risiko tinggi akan terjadinya hipertensi. Hal ini terjadi akibat tubuh yang semakin berat dapat meningkatkan kebutuhan darah dalam memasok oksigen dan nutrisi dalam jaringan tubuh. Dengan meningkatnya aliran darah tersebut, maka dapat meningkatkan tekanan pada dinding arteri.   Konsumsi Garam Berlebih Serta Sedikit Mengkonsumsi Potasium Konsumsi garam (natrium) berlebih dapat menyebabkan tubuh menahan cairan yang berdampak pada meningkatnya tekanan darah. Selain itu, kurangnya konsumsi zat potasium dapat meningkatkan tumpukan kadar natrium dalam darah.   Disebabkan Oleh Kondisi Kesehatan Tertentu Kondisi kesehatan yang kronis juga dapat meningkatkan risiko hipertensi, hal ini termasuk pada penderita penyakit ginjal, diabetes, serta sleep apnea. Dalam mendeteksi dini penyakit hipertensi ini, perlu dilakukan pengecekan berkala dalam mengukur tingkat tekanan darah. Meski begitu, pengukuran tekanan darah harus tetap dilakukan sesuai dengan anjuran dokter. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, dr. Erwinanto. SpJP(K). dr. Erwinanto menjelaskan bahwa proses pengukuran tekanan darah di rumah sebaiknya dilakukan setiap hari, setidaknya hingga 3 sampai 4 hari berturut-turut. Kemudian pada saat pengukuran tensi, dilakukan sebanyak 2 kali pengukuran dengan jeda waktu 1 hingga 2 menit untuk memastikan nilai tensi yang didapat adalah valid. "Lebih baik 7 hari berturut-turut pada pagi dan sore hari. Tingkat tekanan darah ditentukan oleh nilai rata-rata semua pengukuran , kecuali pengukuran hari pertama. Jadi, hasil hari pertama jangan dimasukin ke perhitungan rata-rata, ya,"jelas dr. Erwinanto Hipertensi juga dapat diatasi dengan menjalankan pola hidup sehat, seperti melakukan olahraga terartur, mengkonsumsi makanan sehat, mengurangi konsumsi minuman berkafein hingga berhenti merokok. Namun jika kondisi tekanan darah sudah tinggi, perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ke dokter serta mengkonsumsi obat penurun tekanan darah.