Rabu, 18 September 2024 12:00 WIB

Radang Sendi: Penyebab dan Cara Mengatasinya

Ditinjau oleh :

picture-of-article

Radang sendi adalah salah satu masalah kesehatan yang memiliki banyak variasi. Terdapat lebih dari 100 jenis radang sendi atau arthritis yang penyebab dan perawatannya berbeda satu sama lain. Tergantung jenisnya, problem kesehatan ini bisa menyerang siapa saja dan dapat berkembang menjadi masalah yang lebih serius hingga mengganggu kehidupan sehari-hari.

Radang sendi, yang lebih dikenal dengan istilah arthritis dalam dunia medis, adalah kondisi peradangan yang menyebabkan rasa nyeri dan kaku pada sendi. Kondisi ini dapat mempengaruhi satu atau lebih sendi. Masalah sendi yang membatasi jangkauan gerakan dan berdampak pada kehidupan sosial serta fungsional ini diketahui menyerang jutaan orang di seluruh dunia. Jika dibiarkan tanpa perawatan memadai, peradangan ini bisa menghambat gerakan sepenuhnya.

Dari ratusan jenis arthritis, dua jenis yang paling umum adalah osteoarthritis dan rheumatoid arthritis alias rematik. Osteoarthritis adalah penyakit sendi degeneratif di mana rasa nyeri atau peradangan terjadi karena habisnya tulang rawan secara bertahap. Penyakit ini menyerang orang berusia lanjut, khususnya setelah berusia 50 tahun.

Hampir semua sendi di tubuh bisa terkena osteoarthritis. Tapi umumnya peradangan terjadi pada sendi yang sehari-hari berfungsi menahan beban, seperti lutut dan pinggul. Jari dan sendi lain yang pernah mengalami cedera akibat trauma, infeksi, atau pembengkakan juga bisa terkena. Osteoarthritis muncul secara bertahap dan pada tahap awal tak memiliki efek melemahkan yang serius, tapi bisa mengubah bentuk dan tampilan sendi.

Adapun rematik bisa terjadi pada segala usia, sebagian besar pada usia 30-50 tahun. Populasi muda, dengan usia 12-18 tahun, juga bisa mengalami rematik. Dibanding pada pria, prevalensi rematik pada wanita dua-tiga kali lipat lebih tinggi. Sendi yang terkena peradangan ini akan terasa sakit, nyeri, kaku, dan bengkak. Gejalanya bisa berkembang secara bertahap ataupun tiba-tiba. Masalah pada kekebalan tubuh atau sistem imun berkaitan dengan jenis radang sendi ini.

Radang sendi tak kenal usia dan jenis kelamin. Semua orang bisa mengalaminya. Tapi ada risiko lebih tinggi pada beberapa kalangan tertentu yang memiliki faktor risiko, misalnya:

  • Kelebihan berat badan atau obesitas. Semakin berat seseorang, semakin banyak beban yang harus disangga pinggul, punggung, dan kaki.
  • Sering mengonsumsi makanan yang diproses secara berlebihan, seperti gula dan tepung, bisa membuat berat badan meningkat dan mempengaruhi kerja sendi.
  • Kerap mengetik pesan dengan telepon seluler atau memegang ponsel dalam posisi yang sama dalam waktu lama.
  • Sering mengenakan sepatu berhak tinggi yang menyebabkan sendi kaki tertekan dan ototnya kencang.
  • Pernah mengalami cedera. Orang yang pernah cedera lutut saat remaja tiga kali lipat lebih mungkin terkena osteoarthritis pada lutut yang cedera itu ketika dewasa dibanding orang yang tak pernah mengalami cedera lutut.

Terlepas dari jenis radang sendi yang diderita, orang yang mengalaminya mungkin mengalami demam, pembengkakan kelenjar getah bening, penurunan berat badan, dan kelelahan, tak mampu menggunakan tangan, sulit berjalan, atau susah tidur. Berikut ini beberapa gejala radang sendi yang umum terjadi:

  • Nyeri sendi
  • Persendian kaku dan bengkak
  • Gerakan terbatasi karena rasa nyeri
  • Kulit di sekitar sendi memerah
  • Sulit melakukan aktivitas sehari-hari lantaran merasa nyeri

Karena ada banyak jenis, penyebab radang sendi pun berlainan, tergantung jenis artritis yang dialami. Penyebab itu antara lain:

  • Cedera
  • Metabolisme abnormal
  • Riwayat keluarga
  • Infeksi
  • Sistem kekebalan yang terlalu aktif

Dokter perlu menjalankan pemeriksaan fisik secara menyeluruh untuk mendiagnosis radang sendi, termasuk terhadap tulang belakang, persendian, kulit, dan mata. Pasien juga mungkin perlu menjalani tes darah untuk mendeteksi inflamasi. Bila ada dugaan infeksi, bisa jadi diperlukan pemeriksaan sampel cairan sendi untuk menganalisis kandungannya. Dokter juga mungkin meminta pasien menjalani tes pencitraan, seperti:

  • Pemindaian tulang dengan sinar-X
  • Tomografi terkomputasi (CT scan) terhadap tubuh, terutama tulang belakang atau pinggul
  • Pencitraan resonansi magnetik (MRI) untuk melihat kondisi tulang dan jaringan di sekitarnya
  • Ultrasonografi (USG) terhadap sistem muskuloskeletal, yakni otot, saraf, jaringan ikat, sendi, dan tulang.

Radang sendi bisa diobati lewat terapi fisik atau okupasional, olahraga, dan obat-obatan yang tersedia di apotek. Pada tahap awal peradangan, pijatan dengan minyak obat bisa meringankan rasa nyeri. Adapun jika sudah sampai tingkat lanjut, pasien mungkin memerlukan tindakan operasi, seperti:

  • Arthroskopi: bedah minimal invasif untuk mengobati radang sendi, biasanya pada lutut
  • Sinovektomi: operasi untuk mengangkat pembungkus sendi yang meradang
  • Osteotomi: bedah untuk mengurangi beban pada tulang
  • Penggantian sendi seluruhnya

Untuk mencegah radang sendi, penting untuk memperhatikan gaya hidup. Contohnya:

  • Makan sehat dan secukupnya
  • Jaga berat badan sehat
  • Rutin berolahraga
  • Berhati-hati saat melakukan aktivitas agar tak cedera
  • Minimalkan penggunaan sepatu hak tinggi
  • Perhatikan postur tubuh
  • Konsumsi vitamin B12 dan D3 bila perlu

Keluhan radang sendi bisa terjadi secara tiba-tiba ataupun bertahap. Sebaiknya segera datangi dokter bila curiga mengalami gejala artritis. Terlebih bila aktivitas atau pekerjaan sehari-hari sudah terganggu. Jangan tunda bertemu dokter bila muncul gejala selama tiga hari berturut-turut atau beberapa kali dalam jangka waktu satu bulan.

Baca juga : Olahraga untuk Osteoarthritis

0 Disukai

112 Kali Dibaca