Secara garis besar faktor penyebab xerostomia dibedakan menjadi dua, yaitu:
-
Faktor fisiologis (faktor yang berkaitan dengan fungsi tubuh).
Tingkat aliran saliva biasanya dipengaruhi oleh keadaan fisiologis seperti pada saat berolahraga dan berbicara terlalu lama. Kedua aktivitas ini dapat menyebabkan berkurangnya aliran saliva sehingga mulut menjadi kering. Pada orang lanjut usia juga sering ditemui keadaan xerostomia karena adanya proses penuaan. Proses penuaan menyebabkan terjadinya perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar saliva dalam memproduksi saliva. -
Faktor patologis (faktor yang disebabkan karena adanya kelainan atau penyakit).
Ada 3 kelompok faktor patologis yang dapat menimbulkan gejala xerostomia, yaitu:-
Keadaan lokal, yaitu keadaan di dalam rongga mulut yang menghasilkan keringnya jaringan rongga mulut. Contohnya kebiasaan bernapas melalui mulut dan merokok yang berlebihan.
-
Adanya penyakit/gangguan pada kelenjar saliva yang menyebabkan penurunan fungsi kelenjar saliva. Contohnya pasien kanker yang mengalami terapi radiasi pada daerah kepala dan leher, biasanya kelenjar saliva mengalami penurunan fungsi sehingga produksi saliva berkurang.
-
Adanya penyakit sistemik, efek samping obat-obatan, dan adanya faktor psikis. Gejala xerostomia dapat terjadi pada penderita penyakit sistemik berikut ini:
-
Penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol.
-
Penderita gagal ginjal kronis: berhubungan dengan adanya pembatasan cairan yang masuk ke dalam tubuh sehingga aliran saliva menurun dan menjadi kental.
-
Penderita kelainan saraf yang disertai penurunan fungsi kelenjar tubuh.
-
Penderita AIDS: berhubungan dengan efek samping obat-obatan yang dikonsumsi penderita AIDS, terapi radiasi yang berkaitan dengan kelenjar saliva, adanya keadaan depresi dan kecemasan pada penderita AIDS.
-
Penderita rheumatoid arthritis: berhubungan dengan kemunduran/penurunan fungsi kelenjar saliva dan penggunaan obat-obatan untuk perawatan penyakit tersebut.
-
-
Gejala xerostomia juga dijumpai sebagai efek samping penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti penggunaan obat:
- Anti hipertensi (obat penurun tekanan darah)
- Anti histamin (obat alergi)
- Anti konvulsan (obat kejang)
- Anti pruritik (obat gatal)
- Obat demam
- Diuretik (obat untuk meningkatkan pengeluaran urin)
Faktor psikis juga dapat menimbulkan terjadinya gejala xerostomia. Gangguan emosional seperti stress, putus asa, dan rasa takut dapat mempengaruhi menurunnya kecepatan aliran saliva sehingga menyebabkan mulut kering.
Pada umumnya orang kurang menyadari pentingnya saliva di dalam mulut. Keberadaan saliva baru dirasa penting setelah adanya pengurangan pembentukan saliva yang akan menimbulkan xerostomia. Berbagai akibat yang timbul pada penderita xerostomia dapat bersifat subjektif (penderita sendiri yang merasakan) dan obyektif (secara klinis terlihat). Akibat xerostomia dapat dirangkum pada tabel di bawah ini:
Jika seseorang merasakan adanya beberapa keluhan subjektif maupun objektif yang berkaitan dengan gejala xerostomia, maka penderita dapat berkonsultasi ke dokter gigi. Biasanya dokter gigi akan menanyakan beberapa hal seperti apakah penderita memiliki riwayat penyakit sistemik, obat-obatan apa yang sedang dikonsumsi, atau apakah ada riwayat radioterapi. Pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang seperti tes laboratorium, elektrodiagnostik, dan MRI mungkin saja dilakukan, sesuai dengan temuan klinis yang dilakukan oleh dokter gigi. Dokter gigi yang biasa menangani penderita dengan gejala xerostomia adalah dokter spesialis penyakit mulut (oral medicine).
Perawatan xerostomia dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu:
- Edukasi Pasien
Pasien dengan xerostomia diberikan edukasi tentang apa saja penyebab utama terjadinya xerostomia dan apa saja dampak terjadinya xerostomia di dalam mulut, seperti bertambahnya lubang gigi, terjadinya infeksi jamur (candidiasis), dan komplikasi lain di jaringan rongga mulut. Dalam hal ini maka penting dijelaskan kepada pasien untuk melakukan kunjungan rutin ke dokter gigi setiap 3 bulan sekali untuk monitoring kebersihan mulut, melihat perkembangan karies, dan melihat keadaan jaringan rongga mulut serta pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut di rumah.
Pasien yang memiliki kebiasaan buruk seperti merokok dan bernapas melalui mulut juga diberikan edukasi untuk dapat mengubah/menghilangkan kebiasaan tersebut karena dapat membuat mulut menjadi kering. Pasien juga diberikan informasi tentang tindakan apa saja yang dapat dilakukan di rumah untuk mengurangi gejala xerostomia seperti pentingnya asupan air yang cukup bagi tubuh dengan menambah frekuensi mengonsumsi air minum.
- Tindakan Pencegahan
Tindakan pencegahan penting dilakukan pada penderita dengan xerostomia agar dapat mengontrol keadaan gigi dan mulutnya demi menghindari terjadinya penyakit mulut yang lebih parah. Bisa berupa:- Pembersihan karang gigi untuk mengurangi terjadinya peradangan gusi.
- Penambalan gigi yang berlubang.
- Penggunaan topikal fluor di dokter gigi.
- Penggunaan obat kumur 1% natrium fluoride dengan derajat keasaman netral untuk mengurangi potensi terjadinya lubang gigi maupun jamur dalam mulut.
- Tindakan Stimulasi (mendorong terjadinya saliva)
Pada penderita xerostomia, kelenjar saliva dapat distimulasi secara mekanik atau kimia. Stimulasi dapat dilakukan dengan cara:- Mengonsumsi makanan kecil lebih sering.
- Mengonsumsi jeruk lemon atau minuman asam.
- Mengonsumsi permen karet bebas gula.
- Mengonsumsi obat-obatan yang dapat mendorong kelenjar saliva menghasilkan air liur.
- Pemberian Zat Topikal
Zat topikal maksudnya adalah suatu bahan yang digunakan dengan cara dioleskan atau disemprotkan ke permukaan rongga mulut yang mengalami gejala xerostomia dengan tujuan untuk mengurangi keluhan subyektif maupun obyektif xerostomia. Zat tersebut dapat berupa gel, spray, obat kumur, tablet hisap, dan pasta gigi.
- Pengelolaan Kondisi Sistemik dan Penggunaan Obat-Obatan
Diperlukan konsultasi dengan dokter umum/spesialis yang merawat keadaan sistemik penderita jika dicurigai gejala xerostomia berkaitan dengan penyakit sistemik atau obat–obatan rutin yang diminum atau yang berkaitan dengan kondisi psikologisnya. Jika penderita memang dalam perawatan radioterapi, maka sebelum radioterapi perlu dilakukan evaluasi terhadap kebersihan dan kesehatan gigi serta mulutnya.
- Penggunaan Zat Pengganti Saliva
Pada penderita xerostomia yang menahun dimana sudah terjadi kerusakan menetap pada kelenjar saliva maka zat pengganti saliva dapat digunakan untuk melembabkan rongga mulut dan untuk menggantikan hilangnya fungsi saliva. Penggunaan zat pengganti saliva dapat berupa cairan, spray, gel, dan tablet hisap.
- Pengelolaan Gigi Tiruan
Jika penderita xerostomia menggunakan gigi tiruan, maka perawatan yang dapat dilakukan berdasarkan jenis gigi tiruan adalah sebagai berikut:- Gigi tiruan lepasan dapat dibersihkan dengan larutan chlorhexidine 0,2% semalaman atau dibersihkan dengan gel chlorhexidine 1% 2 kali dalam sehari.
- Penggunaan soft liner gigi tiruan dapat membantu untuk memberikan rasa lebih lembut dan lunak pada permukaan gigi tiruan yang langsung berkontak dengan jaringan rongga mulut.
Secara umum timbulnya gejala xerostomia dapat dicegah dengan menjaga pola hidup sehat dan berimbang. Adanya penyakit sistemik yang mengharuskan seseorang mengonsumsi obat-obatan rutin lebih dari satu macam sering menyebabkan timbulnya gejala xerostomia. Beberapa yang dapat dilakukan untuk menjaga agar tidak timbul gejala xerostomia:
- Bernapas melalui hidung (jika memang ada kebiasaan bernapas melalui mulut).
- Minum air putih yang cukup, 8 gelas per hari atau sesuai dengan kebutuhan tubuh per individu (ada perhitungan khusus yang dapat dikonsultasikan dengan ahli gizi).
- Mengonsumsi makanan/minuman yang rendah gula.
- Membatasi konsumsi kafein.
- Menghindari penggunaan obat kumur yang mengandung alkohol.
- Berolahraga yang cukup dengan diimbangi minum yang cukup.
- Rutin kontrol kesehatan ke dokter.
- Rutin kontrol keadaan gigi dan mulut ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali.
- Mengelola stres.
- Mengurangi/menghilangkan kebiasaan merokok.
Belum Ada Komentar