Gejala penyakit limfoma seringkali tidak spesifik dan mirip dengan penyakit lain yang lebih ringan. Tanda peringatan limfoma kerap tak terasa dan bisa hingga berbulan-bulan kemudian pasien merasa ada yang salah dalam tubuhnya. Gejala yang paling umum muncul adalah pembengkakan kelenjar getah bening yang ditandai dengan adanya benjolan di ketiak, leher, wajah, atau selangkangan. Gejala lainnya termasuk:
- Demam
- Berkeringat di malam hari
- Kehilangan selera makan
- Gatal-gatal
- Napas pendek
- Penurunan berat badan tanpa penyebab jelas
- Kelelahan terus-menerus
- Nyeri di bagian perut
- Perut membengkak
- Merasa kenyang walau baru makan sedikit
- Batuk-batuk
Para pakar belum dapat menyimpulkan penyebab penyakit limfoma secara pasti. Namun ada beberapa faktor yang diduga kuat bisa meningkatkan risiko terkena kanker kelenjar getah bening ini, seperti:
- Paparan radiasi atau zat kimia tertentu dari industri pabrik dan pertanian
- Memiliki masalah sistem kekebalan tubuh, seperti pasien HIV atau mengonsumsi obat imunosupresan untuk jangka panjang
- Menderita penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis, sindrom Sjögren, lupus, atau penyakit celiac
- Punya orang tua atau saudara yang memiliki penyakit limfoma
- Berusia tua
- Infeksi tertentu, misalnya virus Epstein-Barr dan bakteri Helicobacter pylori yang dikaitkan dengan limfoma
- Obesitas
- Banyak konsumsi lemak, daging, serta susu dan turunannya
- Efek perawatan kanker lain dengan radiasi dan kemoterapi
Dokter mendiagnosis penyakit limfoma dengan melakukan pemeriksaan gejala, fisik, serta riwayat kesehatan. Adapun tes yang dijalankan untuk menguatkan diagnosis penyakit limfoma antara lain:
- Biopsi kelenjar getah bening dan sumsum tulang dengan cara mengambil sampelnya lewat prosedur bedah untuk kemudian diperiksa di laboratorium.
- Tes darah untuk menghitung jumlah sel darah putih, sel darah merah, dan trombosit yang biasanya menurun ketika kanker kelenjar getah bening menyebar hingga sumsum tulang.
- Pungsi lumbal (lumbar puncture) untuk mengambil sedikit cairan serebrospinal (cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang) untuk kemudian dianalisis guna mengecek keberadaan sel limfoma.
- Pemindaian sinar-X pada dada untuk mencari kelenjar getah bening yang membesar.
- Pemindaian tomografi terkomputasi (CT scan) atau pencitraan resonansi magnetik (MRI) pada tubuh untuk mendeteksi pembesaran kelenjar getah bening atau organ dan abnormalitas dalam perut, pinggul, dada, leher, dan kepala.
- Ultrasonografi (USG) perut untuk memeriksa pembesaran kelenjar getah bening di perut serta melihat kondisi organ perut dan ginjal yang mungkin terkena dampak pembesaran itu.
Penatalaksanaan penyakit limfoma didasari jenis dan stadium kanker yang diderita serta kondisi kesehatan keseluruhan pasien. Pada pasien yang sudah mencapai stadium lanjut tapi pertumbuhan sel kankernya lambat, dokter mungkin akan menyarankan pendekatan wait-and-see alias menunggu dan melihat perkembangan penyakit itu sebelum menetapkan prosedur perawatan.
Jika pasien dinyatakan butuh perawatan, berikut ini biasanya beberapa cara yang dipakai:
- Kemoterapi lewat pemberian obat-obatan kanker per oral atau injeksi.
- Terapi radiasi untuk mengecilkan tumor dan membunuh sel kanker, sering dikombinasikan dengan kemoterapi sebagai metode perawatan yang utama.
- Terapi antibodi monoklonal yang dengan target sel kanker melalui mekanisme sistem antibodi alami tubuh.
- Radioimunoterapi yang merupakan perpaduan terapi antibodi monoklonal dengan penggunaan material radioaktif untuk mematikan sel kanker.
- Terapi biologis lewat pembentukan zat tertentu secara alami atau lewat laboratorium untuk membantu pertahanan tubuh terhadap kanker.
- Transplantasi sel punca untuk menggantikan sumsum tulang pasien yang terkena kanker dengan sel punca milik sendiri yang masih sehat atau sel dari donor guna menumbuhkan sumsum tulang baru.
Penyakit limfoma membuat sistem pertahanan tubuh lemah dan bisa berujung pada berbagai komplikasi serius dalam jangka panjang. Tubuh akan lebih mudah terkena infeksi karena sistem imun melemah. Komplikasi juga bisa terjadi akibat perawatan kanker. Misalnya obat-obatan kemoterapi dapat memicu perkembangan penyakit yang berkaitan dengan pertambahan usia, seperti:
- Penyakit jantung
- Gangguan hormon
- Infertilitas atau kemandulan
- Kanker sekunder, termasuk leukemia, yang merupakan salah satu penyebab utama kematian pasien limfoma
Tidak ada cara yang terbukti dapat mencegah penyakit limfoma karena penyebabnya tak diketahui. Meski begitu, ada langkah tertentu yang dapat menurunkan risiko terkena kanker kelenjar getah bening, seperti:
- Menghindari kegiatan yang bisa meningkatkan peluang terkena infeksi HIV/AIDS
- Semaksimal mungkin berupaya menghindari paparan radiasi, misalnya dengan mengenakan alat perlindungan diri yang layak
- Berhenti merokok
- Menjaga berat badan sehat
Kapan Harus ke Dokter?
Penyakit limfoma sering muncul tanpa gejala terutama pada stadium awal. Bila Anda merasakan ada gejala klinis disertai benjolan kelenjar getah bening, segera datangi dokter untuk menjalani pemeriksaan.
Narasumber
dr. Femiko Marauli Natalya Sitohang, Sp.PD-KHOM, FINASIM
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Primaya Hospital Bekasi Barat
Belum Ada Komentar