Dampak Media Sosial terhadap Kesehatan Mental Orang Dewasa
Kita hidup di zaman di mana layar HP bisa terasa seperti perpanjangan dari diri sendiri. Mulai dari scroll timeline pagi sampai malam, ngecek notifikasi, kirim chat kerja atau nongkrong, sampai upload foto semua hampir bisa lewat media sosial. Meski bermanfaat, penggunaan media sosial juga punya sisi gelap, terutama untuk kesehatan mental orang dewasa. Yuk kita bahas gimana media sosial bisa memengaruhi pikiran, perasaan, dan kesejahteraan.
Bagaimana Media Sosial Bisa Mempengaruhi Kesehatan Mental
- Perbandingan Sosial dan Self-Esteem yang Turun
Di media sosial, sering kita lihat postingan berisi pencapaian, gaya hidup mewah, penampilan sempurna. Padahal kadang itu cuma bagian “highlight” saja dari hidup seseorang. Kalau kita dibanding-bandingkan dengan apa yang kita lihat, bisa muncul rasa “kok aku nggak sebaik itu?”, “kok hidupku gini-gini aja?”. Efeknya bisa ke kepercayaan diri yang menurun, rasa cemas atau minder. Kemenkes mengatakan bahwa membandingkan kehidupan sendiri dengan orang lain di media sosial bisa jadi pemicu stres dan kurang percaya diri. - Gangguan Tidur
Banyak orang dewasa yang membuka HP bahkan sebelum tidur, browsing media sosial agak lama, atau melihat konten yang merangsang emosi (drama, berita buruk, komentar negatif). Ini bisa membuat tidur terganggu susah tidur, sering bangun, atau tidur yang nggak nyenyak. - Kecemasan, Depresi, & Rasa Kesepian
Penggunaan media sosial yang pasif (yang cuma scroll, tapi nggak interaksi banyak) atau terlalu sering bisa bikin orang merasa sendiri, terisolasi, walaupun secara digital “terhubung”. Riset menunjukkan bahwa penggunaan berlebihan media sosial bisa meningkatkan gejala kecemasan, mood negatif, dan depresi. - Overload Informasi & Konten Negatif
Media sosial membuat kita dibanjiri informasi terus-menerus berita, opini, komentar, bahkan berita palsu (hoaks). Kadang kita tak bisa mengontrol apa yang muncul di timeline kita. Konten negatif atau stres full bisa memicu reaksi emosional negatif, stres, dan kalau terus-terusan, bisa memperburuk kondisi mental.
Kemenkes juga menekankan pentingnya literasi media sosial menyaring info mana yang perlu dipercaya, mana yang harus disikapi dengan hati-hati agar tidak menjadi pemicu stres. - “Ketagihan” dan Distraction dari Kehidupan Nyata
Ada kecenderungan bahwa media sosial jadi distraksi yang sulit ditinggalkan. Misalnya, orang mengecek HP berkali-kali walau sedang bersama keluarga atau harusnya fokus kerja. Kebiasaan ini bisa mengurangi kualitas interaksi nyata dan membuat kita merasa kurang puas secara emosional. Jika digunakan secara kompulsif, bisa mengganggu produktivitas, keterlibatan sosial offline, dan keseimbangan hidup.
Media sosial nggak semuanya buruk. Ada manfaatnya kalau digunakan dengan bijak:
- Bisa jadi medium dukungan sosial: berkomunikasi dengan teman/family, berbagi cerita positif, mendapatkan inspirasi.
- Bisa mempermudah akses informasi kesehatan mental dan edukasi.
- Dapat menjadi ruang kreativitas atau hobi, yang bisa membantu mood lebih baik dan perasaan bahagia kalau digunakan secara terarah.
Tips Agar Penggunaan Media Sosial Lebih Sehat
Supaya media sosial lebih jadi teman daripada beban bagi kesehatan mental, ini beberapa strategi praktis:
- Batasi durasi penggunaan
Tentukan batasan harian misalnya 1–2 jam, atau jangan gunakan HP di kamar tidur. - Pilih konten dan “teman” online yang positif
Unfollow atau mute akun yang sering membuat kita merasa buruk tentang diri sendiri. Ikuti akun yang memberi inspirasi, edukasi, atau motivasi. - Interaksi aktif, bukan cuma scroll pasif
Misalnya komentar positif, berbagi pengalaman, ikut diskusi yang membangun. Ini biasanya lebih terasa manfaatnya dibanding cuma melihat postingan orang lain. - “Detox digital” dari waktu ke waktu
Coba istirahat dari media sosial untuk beberapa hari atau beberapa jam setiap hari. Gunakan waktu itu untuk aktivitas offline seperti berjalan, membaca buku, bertemu teman nyata. - Latih literasi media
Pelajari cara mengenali hoaks, memverifikasi info, paham bahwa tak semua yang terlihat di media sosial itu “sebenarnya”. Kemenkes juga mengimbau untuk hal ini agar kita tidak stres karena membanding-bandingkan berdasarkan info yang nggak akurat. - Tetap jaga keseimbangan hidup
Pastikan aktivitas offline seperti olahraga, tidur cukup, hobi, interaksi sosial nyata tetap ada. - Cari bantuan kalau perlu
Bila sudah merasa terus-menerus cemas, sedih, atau mulai terganggu aktivitas harian karena media sosial berbicara ke teman, keluarga, atau tenaga kesehatan mental bisa membantu.
Media sosial adalah alat yang kuat: bisa menyambung, menginspirasi, tapi juga bisa memicu kecemasan, stres, dan penurunan kesehatan mental kalau kita tidak mengelolanya. Positif atau negatif, dampaknya tergantung bagaimana kita menggunakannya sebagai pelengkap kehidupan atau sebagai pelarian tanpa batas.
Dengan langkah sederhana seperti membatasi penggunaan, menyaring konten, dan menjaga koneksi nyata di dunia fisik, kita bisa mengambil manfaat media sosial tanpa membiarkannya merusak kesehatan mental. Ingat Yakes Fams! menjaga pikiran itu sama pentingnya dengan menjaga tubuh.
0 Disukai
11 Kali Dibaca
Belum Ada Komentar