Terdapat tiga jenis utama kanker ovarium:
- Tumor epitelial (epithelial), yang berkembang pada permukaan (epithelium) indung telur dan merupakan jenis paling umum.
- Tumor sel germinal, yang berawal dari dalam sel yang memproduksi telur dan dapat ditemukan pada wanita berusia muda. Kanker jenis ini memiliki tingkat kesembuhan yang cukup tinggi.
- Tumor stromal, yang berasal dari sel-sel yang memproduksi hormon kewanitaan, yaitu estrogen dan progesteron. Jenis kanker ovarium ini juga memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi.
Hingga saat ini, belum diketahui dengan pasti apa penyebab terjadinya mutasi genetik tersebut. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita kanker ovarium, yaitu :
- Berusia di atas 50 tahun
- Merokok
- Konsumsi alkohol
- Menjalani terapi penggantian hormon saat menopause
- Memiliki anggota keluarga yang menderita kanker ovarium atau kanker payudara
- Menderita obesitas, endometriosis atau sindrom Lynch
- Pernah menjalani radioterapi
- Menstruasi dini
- Infertilitas
Kanker ovarium jarang menimbulkan gejala pada stadium awal. Kebanyakan pasien baru merasakan gejala kanker ovarium pada stadium lanjut atau ketika kanker sudah menyebar ke organ lain, seperti seperti panggul dan perut melalui sistem bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru.
Gejala kanker ovarium stadium lanjut juga tidak terlalu spesifik dan bisa mirip dengan gejala penyakit lain. Beberapa gejalanya adalah :
- Perut kembung
- Cepat kenyang
- Sakit perut
- Mual
- Konstipasi (sembelit)
- Perut membengkak
- Berat badan menurun
- Sering buang air kecil
- Sakit di punggung bagian bawah
- Nyeri saat berhubungan seksual
- Keluar darah dari vagina
- Perubahan siklus menstruasi, pada penderita yang masih mengalami menstruasi
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama pada area panggul dan organ kelamin. Jika pasien diduga menderita kanker ovarium, dokter akan menjalankan pemeriksaan lanjutan berupa:
- Tes darah
Tes darah bertujuan untuk mendeteksi protein CA-125, yang merupakan penanda adanya kanker.
- Pemindaian
Metode awal yang dilakukan untuk mendeteksi kanker ovarium adalah USG perut . Setelah itu, dokter dapat melakukan CT scan atau MRI.
- Biopsi
Pada pemeriksaan ini, dokter akan mengambil sampel jaringan ovarium untuk diteliti di laboratorium. Pemeriksaan ini dapat menentukan apakah pasien menderita kanker ovarium atau tidak.
Berdasarkan tingkat keparahannya, kanker ovarium dibedakan menjadi 4 (empat) stadium , yaitu :
Stadium 1 Kanker terdapat di salah satu atau kedua ovarium dan belum menyebar ke organ lain.
Stadium 2 Kanker sudah menyebar ke jaringan dalam rongga panggul atau rahim.
Stadium 3 Kanker telah menyebar ke selaput perut (peritoneum), permukaan usus, dan kelenjar getah bening di panggul atau perut.
Stadium 4 Kanker sudah menyebar ke organ lain yang letaknya jauh, seperti ginjal, hati, atau paru-paru.
Penanganan kanker ovarium tergantung pada stadium kanker, kondisi pasien, dan apakah pasien tetap ingin memiliki keturunan. Metode penanganannya meliputi :
1. Operasi
Operasi bertujuan untuk mengangkat salah satu atau kedua ovarium. Selain mengangkat ovarium, operasi juga dapat dilakukan untuk mengangkat rahim ( histerektomi ) dan jaringan di sekitarnya yang telah terkena kanker. Perlu diketahui, beberapa jenis operasi untuk mengatasi kanker ovarium bisa membuat pasien tidak dapat memiliki anak lagi. Oleh sebab itu, konsultasikan dengan dokter mengenai manfaat dan risiko operasi yang akan dilakukan.
2. Radioterapi
Radioterapi adalah penggunaan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker. Radioterapi umumnya dilakukan pada pasien kanker ovarium stadium awal setelah operasi. Meski begitu, radioterapi juga dapat dilakukan pada pasien kanker ovarium stadium akhir. Tujuannya adalah untuk membunuh sel kanker yang sudah menyebar ke jaringan tubuh lain
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah pemberian obat-obatan untuk membunuh sel kanker. Prosedur ini bisa dilakukan sebelum operasi untuk mengecilkan ukuran kanker sehingga lebih mudah diangkat, atau setelah operasi untuk membunuh sel-sel kanker yang masih tersisa.
Beberapa jenis obat yang digunakan pada kemoterapi adalah:
- Carboplatin
- Paclitaxel
- Etoposide
- Gemcitabine
Terapi Maintenance
Perlu diketahui, pasien yang sudah menyelesaikan terapi kanker ovarium tetap berisiko mengalami kekambuhan dalam beberapa tahun. Oleh sebab itu, bila kondisi pasien memungkinkan, dokter akan menyarankan terapi maintenance atau terapi rumatan melalui pemberian obat-obatan.
Terapi maintenance diberikan pada pasien kanker ovarium stadium 3 dan 4 yang telah menjalani operasi atau kemoterapi dan menunjukkan respons lengkap atau respons sebagian.
Respons lengkap artinya tanda-tanda keberadaan kanker sudah tidak lagi ditemukan setelah terapi. Sementara respons sebagian berarti pasien sudah mengalami perbaikan, tetapi sel-sel kanker belum sepenuhnya hilang dari tubuh.
Tujuan terapi maintenance adalah untuk mengurangi risiko kambuhnya kanker ovarium serta menunda terjadinya perburukan dengan memperpanjang periode kesembuhan. Adapun lama pemberian terapi maintenance tergantung pada jenis obatnya.
Kanker ovarium dapat menimbulkan komplikasi, terutama jika sudah memasuki stadium lanjut. Komplikasi ini terjadi karena sel-sel kanker sudah menyebar ke organ tubuh lainnya.
Beberapa komplikasi tersebut adalah:
- Perforasi atau lubang pada usus
- Penimbunan cairan di selaput paru-paru (efusi pleura)
- Penyumbatan saluran kemih
- Penyumbatan usus
Pencegahan kanker ovarium utamanya dilakukan dengan mengurangi faktor risikonya. Adapun beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kanker ovarium adalah sebagai berikut:
- Menggunakan pil KB sesuai anjuran dokter.
- Menjaga berat badan ideal, seperti mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang dan rutin berolahraga.
- Berhenti merokok
- Memeriksakan kesehatan organ reproduksi ke dokter secara rutin.
- Berdiskusi dengan dokter terkait terapi hormon yang akan dilakukan pasca-menopause.
- Mengobati gangguan endometrium atau kista ovarium dengan tepat.
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika muncul benjolan di perut atau sering mengalami gejala gangguan pencernaan, seperti perut kembung, cepat kenyang, sakit perut, atau sembelit.
Penting untuk diingat, pemeriksaan perlu segera dilakukan bila gejala di atas sudah berlangsung selama 2 minggu. Dokter akan menjalankan pemeriksaan untuk mencari tahu penyebab gejala-gejala tersebut.
Belum Ada Komentar