Kanker serviks adalah tumor ganas yang berkembang pada leher rahim atau serviks. Kanker terjadi ketika inti sel tertentu dalam tubuh yang mengalami mutasi (perubahan DNA sel) sehingga sel sel tersebut membelah tak terkendali dan berkembang secara abnormal dan membentuk tumor atau keganasan. Penyebab mutasi sel bermacam-macam seperti faktor genetik hingga pengaruh lingkungan seperti infeksi virus tertentu, papasan dengan radiasi, atau zat kimia tertentu
Infeksi virus HPV merupakan salah satu penyebab terjadinya kanker serviks. Terdapat ratusan strain dari virus HPV. Berdasarkan kemampuannya memicu mutasi sel, virus HPV digolongkan menjadi onkogenik type (memicu mutasi sel dan menimbulkan keganasan) dan non onkogenik type (tidak memicu mutasi dan keganasan). Virus HPV tipe onkogenik (khususnya HPV tipe 16 dan 18) ditemukan pada 99% kasus kanker serviks. Infeksi persisten (menetap) tipe onkogenik HPV (human papillomavirus) menimbulkan mutasi sel dan menjadi penyebab kanker serviks. Perjalanan infeksi HPV sampai menimbulkan kanker serviks bisa sangat bervariasi mulai dari 3 sampai 20 tahun. Kanker serviks atau kanker leher rahim umumnya berkembang secara perlahan-lahan dan sering tidak bergejala dan bisa menjalar ke bagian tubuh lain bila tak mendapat penanganan yang tepat.
Berbagai faktor telah dikaitkan dengan faktor resiko kanker serviks. Berbagai faktor terkait dengan paparan dengan virus HPV menjadi faktor risiko utama kanker serviks. Faktor resiko kanker serviks adalah:
- Multiple seksual partner atau partner seksual dengan multiple seksual partner, yang meningkatkan resiko terpapar virus HPV dari pasangan seksual
- Aktivitas seksual usia dini (kurang dari 18 tahun). Aktivitas seksual usia dini meningkatkan resiko 5x untuk mengalami kanker serviks. Hal ini disebabkan karena pada usia dini, sel sel di leher rahim belum matur sehingga sangat rentan mengalami kerusakan saat terpapar dengan berbagai hal dari luar .
- Riwayat mengalami penyakit menular seksual. Penyakit menular seksual menimbulkan kerusakan pada leher rahim sehingga memudahkan virus HPV yang terpapar saat aktivitas seksual dengan mudah masuk ke dalam lapisan sel leher Rahim
- Multiparitas (melahirkan berkali kali)
- Merokok atau sering terpapar asap rokok
- Sistem imun atau kekebalan tubuh yang lemah
- Ada anggota keluarga yang mengalami kanker serviks
- Mengonsumsi alkohol berlebihan
- Pola makan tidak sehat
- Menggunakan kontrasepsi hormonal jangka panjang
- Faktor genetic. Sekelompok wanita dengan polimorfisme genetic mengalami peningkatan resiko untuk mengalami kanker serviks
Pada tahap awal, gejala kanker serviks seringkali tidak jelas dan sulit terdeteksi. Gejala mungkin baru muncul ketika kanker telah berkembang. Di antaranya:
- Perdarahan dari vagina di luar siklus haid atau paska berhubungan seksual
- Perdarahan lebih banyak atau lebih lama dari haid biasanya
- Perdarahan dari vagina setelah menopause
- Panggul terasa nyeri ketika berhubungan seksual
- Panggul atau perut bagian bawah terasa nyeri atau tertekan
- Keputihan tidak normal, misalnya berbau tidak sedap atau warnanya berbeda dibanding biasanya
- Berat badan menurun tanpa diketahui penyebabnya
- Kelelahan berlebihan
- Kesulitan, kesakitan, atau keluar darah saat buang air besar atau buang air kecil
- Nyeri punggung
- Kaki membengkak
Namun adanya gejala-gejala tersebut di atas tidak selalu menandakan kanker serviks. Ada kemungkinan masalah kesehatan lain yang menjadi penyebabnya sehingga perlu pemeriksaan dokter jika mengalami gejala tersebut di atas.
Terdapat beberapa prosedur standar untuk mendiagnosis kanker serviks seperti
- Pemeriksaan fisik oleh dokter yang mencakup pemeriksaan langsung ke dalam liang kemaluan sampai leher rahim dengan menggunakan alat cocor bebek (inspekulo) dan juga pemeriksaan dalam untuk menilai perubahan pada mulut rahim.
- Dalam tes ini, dokter akan mengambil sampel sel dari leher rahim dan memeriksanya dengan mikroskop. Tes ini bertujuan mengecek apakah ada perubahan sel abnormal pada leher rahim yang merupakan tanda awal kanker serviks.
- IVA test, dengan mengaplikasikan cairan asetat 3-5% dan melihat perubahan lesi putih pada leher rahim. Adanya lesi putih menandakan perubahan abnormal pada sel sel leher rahim yang disebabkan oleh infeksi persisten virus HPV.
- Tes HPV yang bertujuan mengidentifikasi adanya onkogenik type virus HPV di leher rahim.
- Kolposkopi, yakni pemeriksaan serviks secara langsung dan mendalam dengan kolposkopi (kamera khusus dengan pembesaran dan fokus tertentu).
- Tes pencitraan dengan MRI atau CT scan untuk melihat apakah kanker telah menyebar ke organ atau jaringan tubuh lain dan bagaimana persebarannya.
Penanganan kanker serviks memperhatikan kondisi kesehatan pasien secara umum, usia pasien, dan tingkat keparahan kanker. Pertama-tama, pasien perlu memperbaiki gaya hidupnya dan menghindari faktor resiko, misalnya dengan berhenti merokok, makan makanan bergizi seimbang, dan rutin berolahraga. Adapun prosedur medis yang bisa dilakukan untuk mengatasi kanker serviks antara lain:
- Operasi, yaitu tindakan mengangkat leher rahim, rahim, dan jaringan di sekitarnya yang terpengaruh kanker. Operasi bisa menggunakan metode terbuka atau dengan teknologi minimal invasif seperti laparoskopi.
- Radioterapi: penggunaan sinar-X atau partikel energi tinggi lain untuk mematikan sel kanker.
- Kemoterapi: penggunaan obat-obatan yang diberikan lewat suntikan atau ditelan yang bertujuan membunuh sel kanker.
- Terapi target (targeted therapy): penggunaan monoclonal antibody hasil rekayasa genetika yang secara khusus menargetkan protein pada sel kanker guna mematikan sel abnormal tersebut.
- Imunoterapi: penggunaan obat-obatan untuk merangsang sistem imun untuk melawan kanker.
Kanker serviks bisa menyebabkan komplikasi ringan hingga berat dan mengancam jiwa. Komplikasi juga bisa terjadi akibat pengobatan yang dilakukan. Di antaranya:
- Mudah terkena infeksi karena sistem kekebalan tubuh yang menurun, misalnya infeksi saluran kemih atau saluran reproduksi
- Kanker menjalar ke organ panggul dan dinding panggul atau jaringan lain di dalam tubuh sehingga sering menyebabkan sumbatan pada saluran kencing (ureter) dan ginjal sehingga memicu gagal ginjal. Penjalaran kanker ke area rektum/usus besar menimbulkan kesulitan buang air besar. Penyebaran penyakit ke organ lain yang jauh akan menimbulkan masalah terkait fungsi organ tersebut
- Problem seksual seperti rasa sakit ketika berhubungan seksual
Adapun komplikasi yang merupakan efek samping pengobatan atau terapi kanker termasuk penurunan berat badan, kelelahan berlebih, dan penurunan daya tahan tubuh, kerusakan organ organ kandungan seperti indung telur akibat radiasi dan kemoterapi.
Kanker serviks bisa dicegah dengan menghindari faktor resiko yang dapat dihindari dan juga memberikan perlindungan bagi tubuh jika terpapar dengan virus HPV. Pemberian vaksinasi HPV akan membentuk zat kekebalan tubuh yang cukup yang dapat mengeliminasi virus HPV yang masuk ke dalam mulut Rahim. Vaksinasi ini merupakan salah satu program imunisasi dasar yang disediakan gratis oleh pemerintah bagi anak-anak mulai usia 9 tahun. Selain vaksinasi, cara mencegah kanker serviks bisa dilakukan dengan:
- Mempraktikkan seks yang aman dan sehat (single sex partner)
- Menghindari rokok
- Memilih kontrasepsi jangka Panjang non hormonal
- Menerapkan pola makan gizi seimbang
- Berolahraga secara rutin
- Menjaga daya tahan tubuh
- Melakukan pemeriksaan dan pengobatan jika mengalami gejala gejala infeksi pada mulut Rahim seperti keputihan
- Melakukan deteksi dini secara rutin melalui iva test atau pap smear
Kanker serviks adalah penyakit serius yang bisa mengancam jiwa jika terlambat teridentifikasi. Bila mengalami gejala tertentu yang berkaitan dengan kanker serviks, segera datangi dokter untuk menjalani screening dan pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis dan menentukan pengobatan yang tepat.
Belum Ada Komentar