Rabu, 14 Juli 2021 15:08 WIB

Keseimbangan Tubuh

picture-of-article

Keseimbangan tubuh adalah kemampuan seseorang untuk mengontrol atau mempertahankan posisi tubuh agar tidak terjatuh. Keseimbangan merupakan komponen yang sangat penting bagi seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari, terutama pada lansia.
Kemampuan keseimbangan tubuh yang baik sangat diperlukan. Jika seseorang tidak bisa menopang postur tubuh dengan kemampuan keseimbangannya yang kurang baik, maka risiko jatuh pun akan tinggi.

  1. Usia Produktif
    Hilangnya keseimbangan bisa terkena pada seseorang yang masih dalam usia produktif. Hal tersebut bisa disebabkan oleh:
    • Penglihatan yang bermasalah, seperti katarak, degenerasi makula, glaukoma, dan menurunnya kemampuan penglihatan.
    • Kurangnya asupan air putih sehari-hari. Dengan kurangnya asupan air dapat membuat otot menjadi kaku dan menjadi lemas untuk beraktivitas sehingga berisiko mudah terjatuh.
    • Kondisi neurologis tertentu, seperti penyakit Parkinson dan Spondilosis Servikal.  
  2. Lansia
    Ketika seseorang semakin bertambah usia, maka fungsi fisiologis akan semakin menurun dan berdampak pada keseimbangan tubuh. Kondisi ini ditandai dengan langkah kaki menjadi lebih pendek, jalan menjadi lebih lambat, tidak dapat menapak dengan kuat, cenderung mudah goyah, serta ada kecenderungan untuk tersandung. Hal ini mengakibatkan seseorang yang telah lanjut usia menjadi kurang percaya diri dan lebih berhati-hati dalam berjalan. Secara bersamaan, hampir seluruh gerakan menjadi tidak fleksibel.

Untuk mengetahui kemampuan keseimbangan tubuh diperlukan tes yang harus dilakukan. 

Keseimbangan Umum/Produktif.
Pengukuran keseimbangan untuk usia 60 tahun ke bawah bisa dilakukan dengan menggunakan tes stork stand, yaitu tes berdiri diujung satu kaki (jinjit), pada kaki yang dominan. Prosedur pelaksanaan tes adalah sebagai berikut: 

  1. Berdiri dengan satu kaki, pada kaki yang dominan.
  2. Kaki yang lain diletakkan di lutut bagian dalam dari tungkai kaki tumpu.
  3. Kedua tangan diletakkan di pinggang.
  4. Dengan aba-aba ”ya”, peserta mengangkat tumit kaki tumpu sehingga ia hanya bertumpu pada bola kaki (jinjit).
  5. Pertahankan posisi selama mungkin, tanpa menggeser posisi kaki tumpu, dan tumit tidak menyentuh lantai
  6. Waktu mulai dihitung pada saat peserta mulai mengangkat tumit kaki tumpu (jinjit) hingga ia kehilangan keseimbangan.
  7. Diberi kesempatan sebanyak 3 kali tes dan waktu terlama yang dicatat dengan satuan detik.

Keseimbangan Lansia (60-90 tahun)
Dalam pengukuran kemampuan keseimbangan lansia bisa menggunakan instrumen 8 Foot Up-and-Go Test yang dikembangkan oleh Roberta E. Rikli dan C. Jessie Jones. Tujuan dari instrumen tes tersebut adalah untuk menilai kelincahan dan keseimbangan dinamis yang diperlukan dalam aktivitas pergerakan cepat seperti naik bus, bangun untuk mengurus sesuatu di dapur, atau pergi ke kamar mandi.

Berikut adalah ketentuan penggunaan instrumen 8 Foot Up-and-Go Test (sebaiknya dibantu oleh instruktur/pemandu lain): 

  1. Alat yang dibutuhkan: kursi dengan sandaran, stopwatch, dan kon untuk penanda.
  2. Posisikan tubuh duduk bersandar pada kursi dengan lengan.
  3. Pada saat instruktur memberi aba-aba “mulai”, peserta berdiri dari kursi. 
  4. Terus berjalan sesuai dengan kemampuan menempuh jarak 2,4 m menuju kon penanda. 
  5. Kemudian berbalik dengan mengitari kon penanda dan berjalan menuju kursi kembali. 
  6. Hitung waktu yang dibutuhkan sejak aba-aba mulai hingga kembali ke kursi.

Baca juga : Mengenal Gagal Ginjal Kronik (GGK)

0 Disukai

5934 Kali Dibaca