Jumat, 11 Agustus 2023 13:48 WIB

Burnout

picture-of-article

Burnout adalah kelelahan fisik, emosional, atau mental disertai dengan penurunan motivasi, penurunan kinerja, dan sikap negatif terhadap diri sendiri dan orang lain. Burnout erat kaitannya dengan pekerjaan, yaitu situasi yang muncul saat terpakainya tenaga fisik dan mental secara ekstrim dan berkepanjangan akibat beban kerja yang berlebihan.

Kata burnout pertama kali digunakan pada tahun 1975 oleh Psikolog AS, Herbert J. Freudenberger (1926–1999) untuk merujuk pada pekerja kesehatan di klinik yang memiliki beban kasus yang berat. Umumnya sering dialami pada profesional yang bekerja pada bidang berorientasi layanan, seperti: terapis, pekerja sosial, guru, yang mana profesi tersebut terus-menerus terpapar stres tanpa istirahat yang sepadan. 

Untuk saat ini, meskipun burnout seringnya disebabkan oleh masalah di tempat kerja, hal ini juga dapat muncul di bidang kehidupan lain, seperti parenting, merawat orang tua, atau hubungan percintaan.

Gejala dan tanda-tanda burnout, yaitu:

  • Merasa kelelahan atau kehabisan energi.
  • Merasa semakin jauh, sinis, dan negatif terhadap pekerjaan.
  • Menurunnya profesionalisme serta performa kerja.

Seseorang yang mengalami burnout pada awalnya mengeluh kelelahan dan akan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang atau muncul secara terus-menerus. Wujud kelelahan ini akan tampak dengan sulitnya fokus, menjadi sering lupa, dan tidak terorganisir ketika bekerja. Manifestasi berikutnya yaitu akan muncul rasa pesimistis terhadap pekerjaannya. Pesimisme dapat dimanifestasikan melalui pandangan negatif terhadap pekerjaan, tidak ada minat, tidak termotivasi, hingga tidak berkomitmen dalam pekerjaannya. Akibatnya, seseorang dapat merasa putus asa dengan kinerja dan hasil kerja mereka di tempat kerja.

Gejala-gejala yang muncul dapat berbeda pada setiap orang. Beberapa orang mungkin mengalami tidur yang tidak nyenyak, sementara yang lain mungkin mengalami sakit rahang karena menggertakkan gigi saat tertidur.

Dalam hal mengatasi burnout, memiliki purpose atau memberikan impact pada orang lain merupakan hal yang berharga dan menjadi salah satu cara dalam mengatasi kejenuhan tersebut. Adanya kebermaknaan akan pekerjaan misalnya, dapat menangkal aspek negatif yang muncul dari suatu pekerjaan. 

Burnout tidak selamanya disolusikan dengan resign dari pekerjaan. Mengutarakan kekhawatiran yang dirasakan atau mengatur ulang lingkungan kerja dapat menjadi upaya lain untuk mengatasi burnout tersebut. 

Ketika memiliki terlalu banyak tanggung jawab yang saling bertentangan dan bahkan sudah mengorbankan waktu pribadi, maka mengatakan "tidak" pada tugas-tugas baru terlebih jika hal tersebut di luar tanggung jawab pekerjaan menjadi cara yang penting (meskipun hal ini terasa menantang) untuk dicoba. Selain memberikan waktu untuk berfokus pada pekerjaan-pekerjaan yang telah diberikan dan belum tuntas, memanfaatkan waktu istirahat kerja sesuai fungsinya akan dapat membantu mencegah burnout itu sendiri. Minimalkan multitasking dan coba untuk memulai serta berhenti bekerja pada waktu yang telah ditentukan. Hal ini akan dapat membantu diri dalam menjaga batasan dan mengurangi rasa lelah.

Selain itu, memelihara hubungan dengan rekan kerja, melakukan kegiatan menyenangkan/hobi lain di luar pekerjaan, atau menerapkan kebiasaan self-care juga dapat membantu memulihkan rasa percaya diri dan mengurangi stres. 

Jika gejala burnout tidak dapat diatasi dengan cara-cara yang telah disebutkan di atas, silakan melakukan konsultasi ke psikolog.

Baca juga : Flexibility

0 Disukai

383 Kali Dibaca