• icon-phone Contact Center Yakes Telkom : 022 - 4521405
  • Contact Center Yakes Telkom : 022 - 4521405

Info Terbaru

image-newest
Info Kesehatan

6 Fakta Penting tentang Lari di Usia 50 Tahun Senin, 21 Juli 2025 14:34 WIB Lari merupakan olahraga yang sederhana, murah, dan sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Namun, bagi mereka yang telah memasuki usia 50 tahun ke atas, menjalani aktivitas lari memerlukan perhatian khusus. Perubahan fisiologis tubuh seiring pertambahan usia membuat aktivitas fisik perlu dilakukan dengan lebih bijak dan penuh kesadaran. Berikut adalah enam fakta penting yang perlu diketahui agar tetap dapat berlari secara aman dan efektif di usia paruh baya. Dengarkan Sinyal Tubuh Pada usia 50-an, kemampuan tubuh untuk pulih setelah aktivitas fisik tidak secepat saat muda. Karena itu, penting untuk selalu mendengarkan sinyal tubuh. Rasa lelah, nyeri, atau tidak nyaman setelah berlari sebaiknya dijadikan peringatan untuk beristirahat. Memberikan waktu yang cukup untuk pemulihan dapat membantu mencegah cedera serta menjaga kebugaran secara optimal. Gabungkan Lari dan Jalan Kaki Lari tidak harus dilakukan secara terus-menerus dalam durasi lama. Menggabungkan sesi lari pendek dengan jalan kaki bisa menjadi strategi yang lebih aman dan efektif. Misalnya, berlari selama 20 hingga 30 detik lalu berjalan selama beberapa menit untuk menstabilkan pernapasan. Cara ini tetap memberikan manfaat kardiovaskular sekaligus mengurangi tekanan pada persendian. Latihan Kekuatan Sangat Diperlukan Selain lari, penting untuk menyisipkan latihan kekuatan seperti squat, plank, dan lunges dalam rutinitas olahraga. Latihan ini berperan dalam memperkuat otot inti, menjaga keseimbangan tubuh, serta mengurangi risiko cedera pada lutut, punggung, dan pinggul—bagian-bagian tubuh yang rentan pada usia lanjut. Pemilihan Sepatu Tidak Bisa Diabaikan Sepatu lari memiliki peran penting dalam melindungi kaki dari cedera. Di usia 50 tahun, Anda memerlukan sepatu dengan bantalan empuk, daya cengkeram yang baik, serta bentuk yang sesuai dengan struktur kaki Anda. Sepatu yang tidak tepat bisa menimbulkan lecet, nyeri otot, bahkan gangguan jangka panjang pada persendian. Kenali Batasan Diri Tidak semua orang di usia 50-an memiliki daya tahan tubuh yang sama. Oleh karena itu, jangan terpaku pada kecepatan atau jarak tempuh. Fokus utama seharusnya adalah konsistensi dan keamanan. Apabila tubuh mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan, jangan ragu untuk memperlambat langkah atau berhenti sementara. Kenali dan Sesuaikan Gaya Langkah Setiap orang memiliki gaya berlari yang unik. Ada yang lebih nyaman mendaratkan kaki pada tumit, sebagian lainnya pada bagian tengah atau depan telapak kaki. Selama gaya langkah tersebut tidak menimbulkan rasa sakit atau ketegangan berlebih, maka tidak masalah. Menyesuaikan gaya berlari dengan kondisi tubuh dapat meningkatkan efisiensi dan kenyamanan selama berlari.

image-newest
Info Kesehatan

Jalani Kebiasaan Sehat Untuk Cegah Bronkitis Senin, 21 Juli 2025 14:10 WIB Apa itu bronkitis? Bronkitis adalah peradangan pada saluran udara (bronkus) yang menghubungkan trakea ke paru-paru. Gejalanya antara lain batuk berkepanjangan, produksi dahak, sesak napas, serta demam dan kelelahan pada bronkitis akut. Terdapat dua jenis: akut (berlangsung beberapa minggu dan biasanya sembuh) dan kronis (menahun, memerlukan perawatan jangka panjang). Mengapa penting mencegah bronkitis? Mencegah bronkitis sangat krusial karena: Mencegah komplikasi serius seperti pneumonia, asma, hingga serangan jantung. Menghindari bronkitis kronis yang bisa berkembang menjadi penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Menjaga kualitas hidup dengan mengurangi gejala seperti batuk berkepanjangan, sesak napas, dan kelelahan. Siapa yang rentan? Perokok aktif maupun pasif — paparan asap rokok meningkatkan risiko bronkitis akut dan kronis. Pekerja di lingkungan berpaparan polutan (asap, debu, bahan kimia). Usia ekstrem: anak-anak di bawah 5 tahun dan lansia di atas 40–50 tahun. Orang dengan daya tahan tubuh rendah atau penyakit penyerta seperti asma, refluks, atau diabetes. Kapan mencegah mulai dilakukan? Pencegahan harus dimulai sejak dini dan dilakukan terus-menerus, terutama saat: Massa flu atau musim hujan. Paparan polusi udara tinggi. Kondisi tubuh lelah atau sedang sakit saluran napas. Saat terpapar iritan seperti asap rokok, debu, bahan kimia. Di mana pencegahan bisa dilakukan? Di rumah: memastikan sirkulasi udara baik, ventilasi memadai, dan lingkungan bebas asap rokok. Lingkungan kerja: gunakan masker saat berada di area berdebu/asap, serta jaga jarak dari sumber polusi. Tempat umum: hindari kerumunan orang saat flu tinggi, selalu mencuci tangan usai menyentuh permukaan publik. Bagaimana cara mencegah bronkitis? Berhenti merokok, hindari asap rokok pasif. Lakukan vaksinasi rutin, terutama untuk flu dan pneumonia, terutama bagi lansia dan yang berisiko tinggi. Terapkan pola hidup sehat: cukup istirahat, konsumsi air putih, dan kelola stres. Hindari faktor iritasi seperti polusi, bahan kimia, atau udara dingin. Kebersihan diri: rajin mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer, serta menjaga kebersihan lingkungan.

image-newest
Info Kesehatan

Banyak Kasus Tak Terdiagnosa, Ini yang Perlu Diketahui Soal Penyakit Asma Kamis, 17 Juli 2025 09:26 WIB Apa itu Asma? Asma adalah penyakit kronis pada saluran pernapasan yang menyebabkan peradangan dan penyempitan saluran napas. Gejalanya meliputi sesak napas, batuk, napas berbunyi (mengi), dan rasa berat di dada. Meski umum, banyak kasus asma yang tidak terdiagnosis karena gejalanya kerap dianggap sepele atau mirip penyakit lain.   Mengapa Asma Perlu Diwaspadai? Asma yang tidak ditangani dengan tepat dapat menurunkan kualitas hidup, mengganggu aktivitas sehari-hari, hingga menimbulkan komplikasi serius seperti infeksi paru dan gangguan jantung. Bahkan, dalam kasus berat, serangan asma bisa mengancam nyawa. Banyak penderita tidak menyadari bahwa gejala yang mereka alami merupakan asma. Inilah alasan pentingnya edukasi dan diagnosis dini agar pengobatan bisa diberikan sebelum gejala memburuk.   Siapa yang Bisa Terkena Asma? Asma bisa menyerang siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa. Risiko lebih tinggi dimiliki oleh: Orang dengan riwayat keluarga penderita asma atau alergi Pengidap eksim atau rhinitis alergi Orang yang terpapar polusi, asap rokok, debu, atau bahan kimia Individu dengan daya tahan tubuh lemah atau sering infeksi saluran napas   Kapan Asma Bisa Terjadi? Asma bisa kambuh kapan saja, terutama saat: Terpapar pemicu seperti debu, serbuk sari, bulu hewan, asap Berada di lingkungan dingin atau berpolusi Mengalami stres emosional, kelelahan, atau infeksi saluran napas Melakukan aktivitas berat atau olahraga Beberapa penderita bahkan mengalami gejala lebih parah saat malam hari atau pagi dini.   Di Mana Asma Bisa Menyerang? Asma tidak mengenal tempat. Serangan bisa terjadi: Di rumah (karena debu, AC, bulu hewan) Di luar ruangan (karena polusi atau perubahan suhu) Di tempat kerja yang mengandung bahan kimia atau iritan Oleh karena itu, penting bagi penderita untuk mengenali lingkungannya dan menghindari pemicu yang dapat memperparah kondisi.   Bagaimana Cara Mendeteksi dan Mengelola Asma? Diagnosis dilakukan melalui: Pemeriksaan riwayat gejala Tes alergi Tes fungsi paru menggunakan alat spirometri atau bronkodilator Pengelolaan asma mencakup: Obat pelega (reliever): untuk meredakan serangan akut (contoh: salbutamol inhaler) Obat pencegah (controller): untuk digunakan secara rutin agar asma tidak kambuh Hindari pemicu: seperti asap rokok, debu, polusi udara, dan stres Edukasi dan monitoring: pasien perlu mengetahui cara penggunaan inhaler dan kapan harus mencari bantuan medis Baca Selengkapnya tentang ASMA pada halaman Serba-Serbi Kesehatan Yakes Telkom

image-newest
Info Kesehatan

Belajar Dari Jonathan, Mencegah Penyakit Jantung Sebelum Terlambat Rabu, 16 Juli 2025 09:18 WIB Pernahkah kamu berpikir, apa jadinya jika ada seseorang dari masa depan datang untuk memperingatkanmu tentang gaya hidupmu saat ini? Itulah yang terjadi pada Jonathan dalam film SORE: Istri Dari Masa Depan karya Yandy Laurens. Jonathan adalah sosok yang ambisius, sibuk dengan pekerjaan, tetapi juga memiliki pola hidup yang jauh dari kata sehat. Dia merokok, sering begadang, makan sembarangan, jarang olahraga, dan kerap melarikan diri ke alkohol saat stres. Semua itu ia lakukan tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang… sampai akhirnya Sore—istrinya dari masa depan—datang membawa kabar mengejutkan: “Delapan tahun lagi, kamu akan meninggal karena serangan jantung.” Kenapa Penyakit Jantung Jadi Silent Killer? Penyakit jantung koroner adalah penyebab kematian nomor satu di dunia, termasuk di Indonesia. Gaya hidup yang tidak sehat seperti yang dijalani Jonathan mempercepat penumpukan plak di arteri, menyempitkan aliran darah ke jantung, hingga memicu serangan mendadak. Kombinasi merokok, kurang tidur, stres kronis, dan pola makan tinggi lemak serta gula memperbesar risiko hingga 3–5 kali lipat.   5 Langkah Pencegahan Penyakit Jantung Ala “Jonathan yang Berubah” Beruntung bagi Jonathan, ia punya kesempatan kedua untuk memperbaiki hidupnya. Berikut 5 langkah yang terinspirasi dari transformasi Jonathan: 1️⃣ Berhenti Merokok dan Jauhi Alkohol Nikotin mempersempit pembuluh darah, meningkatkan tekanan darah, dan mempercepat kerusakan jantung. Mulai hari ini, katakan “cukup”. 2️⃣ Tidur yang Cukup & Berkualitas Kurang tidur meningkatkan hormon stres (kortisol) dan tekanan darah. Prioritaskan 7–8 jam tidur setiap malam untuk pemulihan optimal. 3️⃣ Jaga Pola Makan Seimbang Ganti makanan cepat saji dan minuman manis dengan buah-buahan, sayur, protein tanpa lemak, dan biji-bijian. Kurangi garam & gula berlebih. 4️⃣ Rutin Olahraga 30 menit aktivitas fisik ringan (jalan cepat, bersepeda, yoga) minimal 5 kali seminggu membantu menjaga kesehatan jantung. 5️⃣ Kelola Stres dengan Mindfulness Stres adalah musuh dalam diam. Luangkan waktu untuk relaksasi, hobi, atau sekadar menikmati sore hari tanpa distraksi gadget.   Sebelum Terlambat… Jonathan beruntung karena ia diperingatkan oleh Sore. Kita mungkin tidak akan mendapatkan “sinyal dari masa depan” yang sama. Tapi kita selalu punya kesempatan untuk memulai perubahan hari ini. Kesehatan jantungmu bukan hanya untukmu, tetapi juga untuk orang-orang yang kamu cintai. Jangan tunggu ada “Sore” yang datang memperingatkan.   Karena hidup yang sehat adalah hadiah terbaik untuk masa depan. #JagaJantungmu #HidupSehat #KurangiRisikoSeranganJantung

image-newest
Info Kesehatan

Sembelit: Gangguan Pencernaan yang Sering Diabaikan Sabtu, 12 Juli 2025 10:57 WIB Sembelit atau konstipasi merupakan salah satu gangguan pencernaan yang sering dialami banyak orang, namun sering kali dianggap remeh. Padahal, jika dibiarkan terlalu lama, sembelit bisa menimbulkan komplikasi serius dan mengganggu kualitas hidup. Apa Itu Sembelit?  Sembelit adalah kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan buang air besar (BAB), baik karena frekuensinya yang jarang (kurang dari 3 kali seminggu), atau karena tinja yang keras dan sulit dikeluarkan. Penderita sembelit biasanya juga merasa tidak tuntas saat BAB dan sering mengalami kembung atau nyeri perut. Siapa yang Bisa Mengalaminya? Sembelit bisa dialami oleh siapa saja, mulai dari anak-anak, orang dewasa, hingga lansia. Namun, risiko lebih tinggi pada: Orang dengan pola makan rendah serat Pekerja kantoran yang kurang gerak Ibu hamil Lansia Orang yang sering menahan buang air besar Pengguna obat tertentu (seperti obat nyeri, antasida, suplemen zat besi) Kapan Sembelit Bisa Terjadi?  Sembelit bisa terjadi sewaktu-waktu, terutama saat: Perubahan pola makan (misalnya saat bepergian) Stres atau cemas berlebihan Setelah menjalani operasi atau penggunaan obat tertentu Kurangnya aktivitas fisik atau saat sedang sakit Di Mana Sembelit Terasa?  Sembelit biasanya terasa di area perut bagian bawah. Penderitanya sering mengeluhkan rasa penuh, kembung, nyeri saat mengejan, bahkan rasa tidak nyaman di sekitar anus akibat tekanan atau luka karena mengejan terlalu kuat. Mengapa Sembelit Terjadi? Sembelit terjadi karena gerakan usus yang lambat, sehingga tinja tertahan terlalu lama di usus besar dan menjadi keras serta kering. Penyebab umumnya meliputi: Kekurangan asupan serat (sayur, buah, biji-bijian) Kurang minum air putih Jarang berolahraga Menahan BAB secara berulang Gangguan kesehatan seperti hipotiroid, diabetes, atau gangguan saraf Efek samping obat-obatan Bagaimana Cara Mengatasi dan Mencegah Sembelit?  Untuk mencegah dan mengatasi sembelit, beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan antara lain: Konsumsi makanan tinggi serat setiap hari Minum air putih minimal 8 gelas per hari Aktif bergerak dan rutin berolahraga ringan Jangan menunda atau menahan keinginan BAB Mengonsumsi probiotik (yogurt, kefir) Jika perlu, konsultasikan ke dokter untuk penggunaan pencahar atau pemeriksaan lanjutan

image-newest
Info Kesehatan

Penyakit Jantung Akibat Hipertensi Kronis: Bahaya yang Datang Secara Diam-Diam Jumat, 11 Juli 2025 10:49 WIB Penyakit jantung masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Salah satu pemicu utamanya adalah hipertensi kronis, kondisi tekanan darah tinggi yang berlangsung terus-menerus. Meski kerap tanpa gejala, hipertensi bisa merusak organ vital, termasuk jantung. Lalu, bagaimana hubungan antara hipertensi kronis dan penyakit jantung? Apa Itu Penyakit Jantung karena Hipertensi?  Penyakit jantung akibat hipertensi adalah gangguan pada jantung yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi yang berlangsung lama. Saat tekanan darah terus-menerus tinggi, jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya, otot jantung menebal, pembuluh darah menyempit, dan risiko serangan jantung atau gagal jantung meningkat. Siapa yang Berisiko Mengalaminya? Siapa saja bisa terkena hipertensi, tetapi risiko penyakit jantung meningkat terutama pada: Penderita hipertensi yang tidak terkontrol Orang usia di atas 40 tahun Perokok dan penderita obesitas Penderita diabetes dan kolesterol tinggi Orang dengan gaya hidup pasif atau stres berkepanjangan Mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung Kapan Penyakit Ini Mulai Menyerang? Dampak hipertensi kronis terhadap jantung bisa terjadi secara perlahan dan tanpa disadari. Biasanya muncul setelah bertahun-tahun tekanan darah tinggi tidak diobati atau tidak dikendalikan. Tanda-tanda awal bisa berupa sesak napas saat aktivitas ringan, nyeri dada, cepat lelah, atau jantung berdebar-debar. Di Mana Kerusakan Terjadi? Kerusakan utama terjadi pada otot jantung (terutama ventrikel kiri) dan pembuluh darah jantung (arteri koroner). Hipertensi bisa menyebabkan pembesaran jantung, penyempitan arteri, hingga gagal jantung, yang berdampak pada seluruh sistem sirkulasi tubuh. Mengapa Hipertensi Kronis Menyebabkan Penyakit Jantung? Tekanan darah tinggi yang berlangsung lama memaksa jantung bekerja lebih keras dari seharusnya. Kondisi ini membuat dinding jantung menebal dan kaku, mengurangi kemampuannya untuk memompa darah secara efisien. Selain itu, tekanan tinggi merusak dinding pembuluh darah, memicu penumpukan plak (aterosklerosis), dan meningkatkan risiko serangan jantung mendadak.   Bagaimana Cara Mencegah dan Mengatasinya?  Pencegahan dan pengendalian hipertensi sangat penting untuk mencegah penyakit jantung. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain: Rutin memeriksa tekanan darah Mengurangi konsumsi garam dan makanan tinggi lemak Olahraga secara teratur (30 menit per hari) Menjaga berat badan ideal Berhenti merokok dan menghindari alkohol Mengelola stres Minum obat antihipertensi sesuai anjuran dokter

image-newest
Info Kesehatan

Waspada GERD: Saat Asam Lambung Naik dan Mengganggu Kualitas Hidup Minggu, 06 Juli 2025 16:51 WIB GERD atau Gastroesophageal Reflux Disease adalah salah satu gangguan pencernaan yang semakin banyak dialami masyarakat modern. Aktivitas yang padat, pola makan yang tidak teratur, serta stres menjadi pemicu utama dari penyakit ini. Tapi sebenarnya, apa itu GERD? Dan bagaimana kita bisa mengatasinya? Apa itu GERD? GERD adalah kondisi ketika asam lambung naik ke kerongkongan (esofagus), sehingga menimbulkan sensasi terbakar di dada atau rasa asam di mulut. Hal ini terjadi karena katup antara lambung dan kerongkongan (sfingter esofagus bawah) melemah atau tidak menutup dengan sempurna. Jika dibiarkan, asam lambung yang naik bisa merusak dinding kerongkongan dan menimbulkan komplikasi. Siapa yang Berisiko Mengalami GERD?  GERD bisa menyerang siapa saja, tetapi lebih umum terjadi pada: Orang dewasa, terutama usia 30 tahun ke atas Penderita obesitas atau kelebihan berat badan Wanita hamil (karena tekanan pada lambung) Perokok dan peminum alkohol Orang dengan kebiasaan makan terlalu cepat atau langsung tidur setelah makan Kapan Gejala GERD Muncul?  Gejala GERD bisa muncul kapan saja, tetapi paling sering terjadi setelah makan besar, saat malam hari, atau ketika seseorang langsung berbaring setelah makan. Beberapa orang juga mengalami kekambuhan saat sedang stres, kurang tidur, atau mengonsumsi makanan pemicu seperti makanan pedas, asam, atau berlemak. Di Mana Gejala Dirasakan?  Gejala GERD umumnya dirasakan di bagian dada tengah (heartburn), tenggorokan (rasa panas atau sakit), dan mulut (rasa pahit atau asam). Dalam kasus tertentu, GERD bisa menyebabkan batuk kronis, suara serak, dan gangguan tidur akibat rasa tidak nyaman yang berkepanjangan. Mengapa GERD Bisa Terjadi?  GERD terjadi karena gangguan fungsi sfingter esofagus bawah yang seharusnya menutup rapat setelah makanan masuk ke lambung. Jika otot ini melemah, asam dari lambung akan naik ke kerongkongan. Faktor-faktor seperti kebiasaan makan berlebihan, konsumsi makanan berlemak atau berminyak, stres, dan gaya hidup tidak sehat turut memperparah kondisi ini. Bagaimana Cara Mengatasi dan Mencegah GERD?  Untuk mencegah dan mengatasi GERD, beberapa langkah penting yang dapat dilakukan antara lain: Mengubah pola makan: makan dalam porsi kecil tapi sering, hindari makanan pemicu (pedas, asam, kopi, cokelat) Tidak langsung tidur setelah makan (beri jeda minimal 2–3 jam) Menjaga berat badan ideal Tidur dengan posisi kepala lebih tinggi dari tubuh Mengelola stres dengan baik Konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan obat penurun asam lambung bila diperlukan (seperti antasida, PPI)

image-newest
Info Kesehatan

Asam Urat: Nyeri Sendi yang Tak Boleh Diabaikan Jumat, 04 Juli 2025 14:46 WIB Asam urat merupakan salah satu penyakit yang cukup umum di masyarakat, namun sering kali dianggap sepele. Padahal, jika dibiarkan tanpa penanganan, kondisi ini bisa menimbulkan nyeri hebat hingga komplikasi serius pada sendi. Lalu, apa sebenarnya asam urat itu? Siapa saja yang berisiko mengalaminya? Dan bagaimana cara mengatasinya? Apa Itu Asam Urat? Asam urat adalah penyakit yang terjadi akibat penumpukan kadar asam urat yang berlebihan dalam darah. Ketika tubuh memecah zat purin (yang berasal dari makanan dan tubuh itu sendiri), akan dihasilkan asam urat. Normalnya, asam urat dikeluarkan melalui urin. Namun jika jumlahnya terlalu tinggi atau tubuh tidak mampu membuangnya dengan baik, maka akan terbentuk kristal-kristal tajam yang menumpuk di sendi dan menyebabkan rasa sakit, bengkak, serta peradangan. Siapa yang Berisiko? Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, namun lebih sering dialami oleh pria di atas usia 30 tahun dan wanita pasca-menopause. Selain itu, orang yang memiliki kebiasaan makan makanan tinggi purin, seperti jeroan, daging merah, dan seafood, juga berisiko lebih tinggi. Faktor lain seperti obesitas, kurang gerak, kebiasaan minum alkohol, dan riwayat keluarga dengan penyakit yang sama turut meningkatkan kemungkinan seseorang terkena asam urat. Kapan dan Di Mana Gejalanya Muncul? Serangan asam urat biasanya datang secara tiba-tiba, terutama di malam hari atau saat cuaca dingin. Gejalanya kerap muncul di sendi tertentu, seperti jempol kaki, lutut, pergelangan kaki, jari tangan, atau siku. Area yang terserang akan terasa sangat nyeri, panas, merah, dan bengkak. Pada beberapa kasus, nyeri tersebut bisa berlangsung selama beberapa hari hingga minggu. Mengapa Asam Urat Terjadi? Penyebab utama asam urat adalah tingginya kadar purin dalam tubuh. Purin bisa berasal dari makanan seperti jeroan, daging merah, ikan sarden, kerang, dan makanan atau minuman manis tinggi fruktosa. Gaya hidup tidak sehat seperti kurang minum air, konsumsi alkohol berlebihan, dan stres juga memperparah kondisi ini. Selain itu, penderita penyakit ginjal atau metabolik juga lebih rentan mengalami gangguan pembuangan asam urat. Bagaimana Cara Mencegah dan Mengobatinya? Untuk mencegah serangan asam urat, hal utama yang perlu dilakukan adalah menjaga pola makan dan gaya hidup. Hindari makanan tinggi purin, perbanyak konsumsi air putih, rutin berolahraga, dan kurangi konsumsi alkohol. Jika kadar asam urat sudah tinggi, dokter biasanya akan meresepkan obat-obatan seperti allopurinol atau colchicine untuk mengontrol kadar asam urat dalam darah dan mengurangi peradangan. Selain pengobatan medis, penderita juga disarankan menerapkan pola hidup sehat secara konsisten agar serangan tidak kambuh di kemudian hari. Simak informasi lebih lengkap tentang Asam Urat di : https://yakestelkom.or.id/serba-serbi-kesehatan/asam-urat

Info Terpopuler

image-popular
Info Kesehatan

Telemedicine menjadi alternatif konsultasi dimasa Pandemi Senin, 18 Januari 2021 11:05 WIB Tahun 2020 sudah selesai akan tetapi,  lain halnya dengan Pandemi yang sampai akhir 2020 belum kunjung usai. Dalam masa Pandemik ini, Yakes Telkom memberikan layanan Telemedicine yaitu pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan pelayanan medis jarak-jauh. Telemedicine saat ini, menggunakan teknologi komunikasi dengan gadget untuk memberikan konsultasi fasilitas kesehatan di tempat yang berjauhan, bisa secara langsung via telepon, berkirim pesan, ataupun videocall dengan aplikasi WA (whatsapp) atau aplikasi Telegram. Layanan Telemedicine dibutuhkan oleh Pelanggan dalam masa pandemik Covid-19 saat ini karena ada beberapa layanan yang bisa didapatkan oleh pelanggan dengan menggunakan Telemedicine diantaranya adalah: Layanan Konsultasi medis dengan dokter dan petugas medis lainnya di Yakes Telkom. Memberi kemudahan saat pelanggan ingin mendapatkan Obat Rutin yang dikonsumsi tanpa harus datang ke Poliklinik Yakes Telkom. Permintaan rujukan pemeriksaan Laboratorium dan rujukan ke rumah sakit. Layanan konsultasi tentang restitusi. Layanan konsultasi non medis perihal kepesertaan. Kenapa harus Telemedicine? Guna mencegah penyebaran virus covid-19 lebih baik apabila dirumah saja untuk menghindari kerumunan, itulah sebabnya Yakes Telkom lebih menekankan Telemedicine daripada pelanggan datang langsung ke Poliklinik. Dengan Telemedicine para pelanggan tetap bisa mendapatkan layanan kesehatan dari Yakes. Untuk layanan medis para pelanggan bisa melakukan konsultasi kepada para dokter, apabila memerlukan obat dokter akan memberikan dan dikirim menggunakan kurir. Demikian juga dengan rujukan bisa juga didapatkan dengan melakukan Telemedicine. Tidak hanya layanan konsultasi medis saja yang diberikan kepada para pelanggan, melainkan dari sisi Non Medispun bisa melakukan Telemedicine, salah satu contohnya adalah layanan Konsultasi kepesertaan. Untuk melakukan laporan update Faskes putra/i dari pelanggan, Pensiunan dapat mengirimkan foto atau scan persyaratan yang sudah lengkap kepada admin kepesertaan untuk diproses lebih lanjut. Selain itu juga pengajuan untuk cetak kartu kesehatan bisa dilayani secara online via Whatsapp ataupun Telegram, dengan mengirimkan persyaratan yang sudah lengkap kepada Admin Kepesertaan pengajuan cetak kartu kesehatan bisa diproses lebih lanjut. Saat ini Yakes Telkom tak henti-hentinya memberikan layanan yang terbaik kepada para pelanggan karena sesuai dengan slogan terbaru Yakes Telkom yaitu Sehat Tekad Kita, Melayani dengan Cinta (YKS05-01)

image-popular
Info Kesehatan

Kasus Positif Terus Melonjak, Segera Vaksinasi dan Kencangkan Prokes Minggu, 30 Januari 2022 21:49 WIB Lonjakan Kasus Harian Perupadata mencatatkan penambahan kasus harian Covid-19 sebanyak 9905 kasus (per 28 Januari 2022). Data yang ada juga menunjukkan 90,1% kasus konfirmasi nasional merupakan transmisi lokal dan tercatat sudah 3 pasien kasus konfirmasi Omicron meninggal dunia (memiliki komorbid atau penyakit penyerta dan 1 kasus belum divaksin). Kenaikan kasus harian Covid disinyalir akan terus meningkat dalam beberapa waktu kedepan. Gambaran kenaikan tajam kasus ini juga terlihat di lingkungan TelkomGroup. Munculnya 3 sub varian Omicron Baru-baru ini muncul 3 sub varian Omicron yaitu BA.1 BA.2 dan BA.3, status ketiganya masih terus diteliti. Sementara gejala dibandingkan Delta lebih ringan. BA.2 lebih infeksius dengan gejala lebih ringan dari BA.1. Mutasi virus memang bukanlah hal yang baru, apalagi Variant of Concern cenderung cepat menginfeksi dan akan banyak bermutasi. Yang harus digarisbawahi adalah jangan meremehkan dan jangan abai untuk mencegah virus semakin merajalela dan melahirkan varian yang berbahaya. Cegah dengan Vaksin dan Disiplin Prokes Sesuai dengan anjuran pemerintah melalui Kemenkes, perusahaan turut aktif mengambil langkah-langkah untuk mencegah laju penularan khususnya di lingkungan TelkomGroup dengan mempercepat upaya pelaksanaan vaksinasi booster untuk meningkatkan efektivitas vaksin primer.  Jadi bagi karyawan, pensiunan dan keluarga yg sudah mendapatkan e tiket di Peduli Lindungi dan telah 6 bulan dari vaksin ke 2, segera lakukan vaksinasi booster baik di sentra vaksinasi, RS atau puskesmas terdekat. Ayo kita cegah peningkatan laju Covid dengan tidak panik seraya meningkatkan protokol kesehatan dengan selalu gunakan masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, rajin mencuci tangan, menghindari bepergian kecuali sangat mendesak, dan menghindari kegiatan makan bersama. Semangat Sehat!  #SEMUAWAJIBPAKAIMASKER #SegeraVaksin

image-popular
Info Kesehatan

Be Mindful of Your Mental Health Sabtu, 24 Oktober 2020 08:36 WIB Tidak dipungkiri lagi bahwa kesehatan mental merupakan salah satu bagian yang menandakan sehatnya seseorang. Sehat tidak hanya dilihat dari kondisi fisik saja, tetapi bagaimana kondisi psikologis diri kita. Di tengah kondisi pandemic Covid-19 yang melanda, mari kita tanyakan ke diri sendiri, sejahterakah kita secara psikologis? Sejahtera secara psikologis menandakan bahwa diri kita memiliki perasaan yang baik (feeling good) dan dapat berfungsi secara efektif (functioning effectively). Untuk dapat sejahtera secara psikologis, tentunya kita perlu memperhatikan (mindful) kondisi kesehatan mental. Mengapa demikian? Alasannya sangat sederhana, karena dengan memberikan perhatian maka kita lebih menyadari serta dapat lebih memahami kondisi diri kita. Mindfulness adalah suatu pendekatan integratif yang didasarkan pada hubungan pikiran & tubuh, yang membantu individu untuk mengelola pikiran dan perasaan serta kesehatan mental mereka. Mindfulness merupakan hal yang mudah untuk dilakukan. Salah satu contoh simpelnya adalah dengan kita menyadari bagaimana rasa makanan yang tadi dicicipi? Apa warna baju yang dipakai hari ini? Apa perasaan yang muncul ketika atasan memberikan feedback kepada saya? Apa yang saya rasakan ketika rekan kerja menolak pendapat saya? Sadar akan apa yang sedang dipikirkan atau dirasakan menjadi salah satu wujud agar kita dapat menjalankan hari-hari dengan nyaman serta menemukan solusi yang terbaik untuk permasalahan yang dihadapi. Selain menyadari apa yang terlintas dipikiran dan dirasakan, menyadari apa yang tubuh kita coba untuk sampaikan juga salah satu bentuk mindfulness. Sebagai contoh, saat berada pada situasi penuh tekanan atau kecemasan, ternyata tubuh kita memunculkan reaksi tertentu seperti detak jantung meningkat, otot tegang atau napas terhambat. Dengan memperhatikan perubahan yang muncul tersebut, maka kita dapat pula mencari solusi atas perubahan yang terjadi, salah satu upayanya dengan mengatur napas dengan baik agar tubuh menjadi tenang. Begitu pula dengan situasi Covid-19 yang tengah kita hadapi saat ini, aware terhadap apa yang menjadi pikiran, perasaan, serta pola tingkah laku yang dimunculkan akan membantu kita menentukan langkah pengelolaan yang tepat. Kesadaran ini menandakan pula bahwa kita merawat diri. Kita sadar akan hal yang menjadi pemicu dari kecemasan serta memperhatikan hal-hal apa yang membuat tertekan. Ketika kita mulai memperhatikan kondisi kesehatan mental, tidak hanya diri kita sendiri yang mendapatkan manfaatnya. Manfaat apalagi yang didapat melalui mindfulness? Menyadari kondisi psikologis atau kesehatan mental ini juga dapat membantu mengurangi stigma lingkungan yang buruk terhadap kesehatan mental. Beberapa contoh mindfulness ini adalah, menyadari penggunaan tata bahasa yang digunakan agar tidak menyakiti perasaan orang lain, mengedukasi diri terkait kesehatan mental yaitu dengan mengenali bahwa kesehatan mental memiliki perlakuan yang sama dengan masalah medis lainnya, dan mendengarkan kondisi orang lain tanpa interupsi, asumsi, maupun interpretasi di awal. Nah, beberapa hal tersebut dapat kita latih di kehidupan sehari-hari dan menjadi upaya bagi kita untuk lebih mindful terhadap diri maupun lingkungan sosial. Sudah saatnya kita aware terhadap kesehatan mental. Sesuai dengan kampanye yang dikeluarkan World Federation for Mental Health (WFMH), perayaan Hari Kesehatan Mental Dunia tahun 2020 mengusung tema “Mental Health for All: Greater Investment – Greater Access”, hal tersebut menandakan bahwa sehat mental itu hak setiap orang. Inilah saatnya bagi kita untuk berinvestasi dalam kesehatan mental. By: Rahmi Maya Fitri, M.Psi., Psikolog     “We would never tell someone with a broken leg that they should stop wallowing and get it together. We don’t consider taking medication for an ear infection something to be ashamed of.”  MICHELLE OBAMA     Sumber: https://www.verywellmind.com/improve-psychological-well-being-4177330; https://www.mentalhealth.org.uk/a-to-z/m/mindfulness; https://www.mindfulnessstudies.com/ending-mental-health-stigma-through-mindfulness/

image-popular
Info Kesehatan

Hari Hipertensi Sedunia, Kenali Faktor Risiko & Cara Pencegahannya Selasa, 17 Mei 2022 14:21 WIB 17 Mei setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Hipertensi Sedunia atau dikenal dengan World Hypertension Day. Momen peringatan ini ditujukan untuk menyadarkan masyarakat terkait dengan pentingnya mengenali gejala, faktor risiko serta cara pencegahan dari penyakit hipertensi. Gerakan Hari Hipertensi Sedunia ini juga bertujuan untuk memberitahukan kepada masyarakat dunia terkait komplikasi medis yang serius akibat hipertensi, informasi tentang pencegahannya, deteksi dini, serta tahapan pengobatannya. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi dimana tubuh mengalami tekanan darah di 130/80 mmHg atau lebih. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka dapat menimbulkan berbagai penyakit serius yang mengancam nyawa, seperti gagal jantung, penyakit ginjal, dan juga stroke. Meskipun gejalanya sering tidak terlihat jelas, namun hipertensi masih dapat dideteksi serta dikontrol dengan baik. Hal tersebut seperti mengetahui beberapa faktor risiko yang dapat memicu terjadinya hipertensi dalam tubuh, seperti : Usia Seiring bertambahnya usia, risiko tekanan darah tinggi juga akan meningkat. Selain itu risiko hipertensi juga akan lebih sering terjadi pada pria dewasa dibandingkan wanita.   Riwayat Keluarga Penyakit Hipertensi ini juga cenderung dapat diturunkan dalam silsilah keluarga, sehingga peran serta seluruh anggota keluarga dalam mencegah atau mendeteksi dini terjadinya hipertensi sangatlah penting.   Merokok Kebiasaan buruk merokok juga dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi serta merusak lapisan dinding arteri, jika dibiarkan dapat menyebabkan arteri menyempit serta meningkatkan risiko penyakit jantung.   Obesitas Orang yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas juga memiliki risiko tinggi akan terjadinya hipertensi. Hal ini terjadi akibat tubuh yang semakin berat dapat meningkatkan kebutuhan darah dalam memasok oksigen dan nutrisi dalam jaringan tubuh. Dengan meningkatnya aliran darah tersebut, maka dapat meningkatkan tekanan pada dinding arteri.   Konsumsi Garam Berlebih Serta Sedikit Mengkonsumsi Potasium Konsumsi garam (natrium) berlebih dapat menyebabkan tubuh menahan cairan yang berdampak pada meningkatnya tekanan darah. Selain itu, kurangnya konsumsi zat potasium dapat meningkatkan tumpukan kadar natrium dalam darah.   Disebabkan Oleh Kondisi Kesehatan Tertentu Kondisi kesehatan yang kronis juga dapat meningkatkan risiko hipertensi, hal ini termasuk pada penderita penyakit ginjal, diabetes, serta sleep apnea. Dalam mendeteksi dini penyakit hipertensi ini, perlu dilakukan pengecekan berkala dalam mengukur tingkat tekanan darah. Meski begitu, pengukuran tekanan darah harus tetap dilakukan sesuai dengan anjuran dokter. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, dr. Erwinanto. SpJP(K). dr. Erwinanto menjelaskan bahwa proses pengukuran tekanan darah di rumah sebaiknya dilakukan setiap hari, setidaknya hingga 3 sampai 4 hari berturut-turut. Kemudian pada saat pengukuran tensi, dilakukan sebanyak 2 kali pengukuran dengan jeda waktu 1 hingga 2 menit untuk memastikan nilai tensi yang didapat adalah valid. "Lebih baik 7 hari berturut-turut pada pagi dan sore hari. Tingkat tekanan darah ditentukan oleh nilai rata-rata semua pengukuran , kecuali pengukuran hari pertama. Jadi, hasil hari pertama jangan dimasukin ke perhitungan rata-rata, ya,"jelas dr. Erwinanto Hipertensi juga dapat diatasi dengan menjalankan pola hidup sehat, seperti melakukan olahraga terartur, mengkonsumsi makanan sehat, mengurangi konsumsi minuman berkafein hingga berhenti merokok. Namun jika kondisi tekanan darah sudah tinggi, perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ke dokter serta mengkonsumsi obat penurun tekanan darah.