• icon-phone Contact Center Yakes Telkom : 022 - 4521405
  • Contact Center Yakes Telkom : 022 - 4521405

Info Terbaru

image-newest
Info Kesehatan

Waspadai Gejala Awal Penyakit Jantung Sebelum Terlambat Senin, 08 Desember 2025 08:35 WIB Penyakit jantung sering dijuluki “silent killer” karena gejalanya di tahap awal bisa sangat samar, sehingga mudah diabaikan. Padahal, mengenali tanda-tanda awal penting agar tindakan pencegahan atau pengobatan bisa dilakukan lebih cepat dan efektif. Berikut adalah gejala-gejala yang sering luput dari perhatian namun patut dicurigai sebagai indikasi masalah jantung: Gejala-gejala yang Sering Diabaikan Rasa Tidak Nyaman atau Tekanan di Dada Rasa seperti ditekan, diremas, atau seperti ada beban di dada bisa menjadi sinyal awal masalah jantung. Gejala ini kadang diartikan sebagai gangguan pencernaan atau masuk angin oleh banyak orang. Nyeri Menjalar ke Bagian Tubuh Lain Nyeri bisa menyebar ke lengan, bahu, punggung, leher, atau rahang. Ini sering terjadi terutama saat penyakit jantung koroner progresif. Sesak Napas Bila jantung tidak mampu memompa darah secara efisien, cairan bisa menumpuk di paru-paru, memicu kesulitan bernapas, bahkan dalam aktivitas ringan atau saat berbaring. Kelelahan Berlebihan Tanpa Sebab Jelas Tubuh sering terasa sangat lelah meski tidak melakukan aktivitas berat. Kondisi ini muncul karena organ tubuh tidak mendapat suplai oksigen dan nutrisi yang optimal akibat kerja jantung yang terganggu. Pembengkakan di Kaki, Pergelangan Kaki, atau Perut Cairan yang tidak dapat dibuang secara efektif bisa mengendap di jaringan dan menyebabkan edema, yang sering muncul di tungkai atau perut. Pusing atau Pingsan Mendadak Gangguan aliran darah ke otak bisa memicu kondisi seperti kepala ringan, pusing, atau bahkan kehilangan kesadaran. Detak Jantung Tidak Teratur (Palpitasi / Aritmia) Sensasi jantung “berdebar”, melompat, terlalu cepat atau lambat bisa menjadi pertanda bahwa sistem listrik jantung mengalami gangguan. Keringat Dingin Keringat dingin yang muncul tiba-tiba, terutama ketika disertai dengan nyeri dada dan sesak napas, bisa mengindikasikan terjadinya serangan jantung. Batuk yang Tak Kunjung Sembuh / Berlebihan Batuk kronis, terutama yang disertai dahak berbusa atau kemerahan, mungkin terkait dengan gagal jantung di mana cairan dari jantung bocor ke paru-paru. Mendengkur Keras (Sleep Apnea Tersembunyi) Mendengkur parah dan sleep apnea bisa menjadi faktor risiko jantung yang tersembunyi. Kondisi ini memicu stres pada sistem pernapasan dan jantung. Mengapa Penting untuk Tanggap Dini? Mengabaikan gejala ringan bisa menyebabkan kondisi memburuk secara perlahan, hingga muncul komplikasi serius seperti serangan jantung mendadak atau gagal jantung. Dengan deteksi dini: Penanganan bisa dilakukan dengan intervensi minimal Risiko komplikasi dapat ditekan Kualitas hidup penderita bisa dijaga lebih baik Siapa yang Lebih Berisiko? Beberapa faktor yang meningkatkan kecenderungan mengalami penyakit jantung antara lain: Usia (pria ≥ 45 tahun dan wanita ≥ 55 tahun) Riwayat keluarga penyakit jantung Gaya hidup kurang sehat: merokok, pola makan tinggi lemak/gula/garam, kurang aktivitas fisik, stres kronis Penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi Langkah Pencegahan dan Tindakan yang Dapat Dilakukan Gaya hidup sehat Konsumsi makanan seimbang (sayur, buah, biji-bijian, protein rendah lemak), kurangi garam/lemak jenuh/gula, hentikan merokok, batasi alkohol, dan kelola stres. Aktivitas fisik rutin Lakukan olahraga ringan hingga moderat minimal 30 menit per hari (misalnya jalan cepat, bersepeda, senam) secara konsisten. Manajemen penyakit penyerta Kontrol tekanan darah, gula darah, dan kolesterol sesuai anjuran medis. Terapis sesuai kebutuhan. Cek kesehatan secara rutin Pemeriksaan seperti EKG, ekokardiografi, tes darah kolesterol/gula, tekanan darah, dan konsultasi ke dokter spesialis jantung bila ada keluhan. Segera konsultasi dokter bila gejala muncul Jangan meremehkan gejala-gejala di atas. Bila Anda mengalami satu atau lebih dengan frekuensi atau intensitas yang meningkat, segera periksakan diri ke dokter jantung. Menjaga kesehatan jantung bukan hanya soal menghindari penyakit, tapi juga tentang mencintai diri sendiri dengan menjalani gaya hidup yang seimbang. Jangan tunggu sampai gejala muncul baru bertindak. Mulai sekarang, perhatikan sinyal tubuhmu dan lakukan pemeriksaan rutin untuk memastikan jantung tetap sehat dan kuat.

image-newest
Info Kesehatan

Kenali Lemak Baik dan Lemak Jahat dalam Makanan Harian Selasa, 02 Desember 2025 08:32 WIB Selama ini, lemak sering dianggap musuh utama kesehatan. Padahal, tidak semua lemak itu jahat, lho! Tubuh kita justru membutuhkan lemak dalam jumlah yang cukup untuk menjaga energi, mendukung kerja otak, dan menyerap vitamin seperti A, D, E, dan K. Namun, kuncinya ada pada jenis lemak yang dikonsumsi. Menurut World Health Organization (WHO) dan Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), ada dua kelompok besar lemak yang perlu kita kenali: lemak baik dan lemak jahat. Yuk, kita bahas satu per satu supaya nggak salah pilih makanan! Lemak Baik: Sahabat Jantung dan Otak Lemak baik atau lemak tak jenuh berperan penting dalam menjaga kadar kolesterol normal dan menurunkan risiko penyakit jantung. Jenis lemak ini bisa ditemukan pada bahan makanan alami, terutama dari tumbuhan dan ikan. Beberapa contoh sumber lemak baik: Alpukat, kacang almond, dan kacang kenari Minyak zaitun, minyak kanola, dan minyak biji bunga matahari Ikan berlemak seperti salmon, tuna, dan sarden (kaya akan omega-3) Menurut WHO, konsumsi lemak tak jenuh dalam porsi seimbang dapat meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL) dan membantu melindungi pembuluh darah dari penyumbatan. Lemak Jahat: Si Terselubung yang Perlu Diwaspadai Lemak jahat adalah lemak jenuh dan lemak trans yang bisa meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan memicu penyakit jantung, stroke, serta obesitas. Jenis lemak ini banyak ditemukan dalam makanan olahan, gorengan, dan makanan cepat saji. Contoh sumber lemak jahat yang sebaiknya dibatasi: Makanan cepat saji seperti burger dan ayam goreng Kue, biskuit, dan makanan kemasan tinggi mentega atau margarin Daging olahan seperti sosis dan daging asap WHO menyarankan agar asupan lemak jenuh tidak melebihi 10% dari total energi harian, dan lemak trans kurang dari 1%. Sementara itu, Kemenkes RI mengingatkan bahwa konsumsi lemak jahat berlebihan bisa mempercepat proses penyempitan pembuluh darah. Keseimbangan adalah Kunci Kuncinya bukan menghilangkan lemak sama sekali, tapi memilih jenis lemak yang tepat dan menjaga porsinya. Gunakan minyak zaitun atau minyak jagung untuk memasak, hindari menggoreng berulang kali, dan biasakan makan ikan dua kali seminggu. Coba juga pola makan seperti “isi piringku” dari Kemenkes RI, yang menekankan keseimbangan antara karbohidrat, protein, sayur, buah, dan lemak sehat dalam satu porsi makan. Lemak bukan musuh, asal kamu tahu cara memilihnya. Dengan membatasi lemak jahat dan memperbanyak lemak baik, tubuh akan tetap bertenaga, jantung lebih sehat, dan kolesterol tetap terkendali. Mulailah dari hal kecil  ganti gorengan dengan kacang panggang, pilih minyak sehat, dan jaga pola makan seimbang. Karena menjaga kesehatan itu bukan soal pantangan, tapi soal bijak dalam memilih.

image-newest
Info Kesehatan

Gula Tersembunyi di Makanan Sehari-hari Senin, 01 Desember 2025 08:57 WIB Kamu mungkin merasa tidak terlalu sering makan manis. Jarang minum teh manis, tidak suka permen, bahkan sudah mengurangi kue. Tapi, pernahkah kamu sadar kalau gula tetap bisa “menyelinap” ke dalam makananmu bahkan di menu yang tidak terasa manis? Menurut World Health Organization (WHO), konsumsi gula tambahan sebaiknya tidak lebih dari 10% total energi harian, atau sekitar 50 gram per hari untuk orang dewasa. Tapi kenyataannya, banyak orang tanpa sadar mengonsumsi lebih dari itu karena adanya gula tersembunyi di berbagai makanan olahan. 1. Roti dan Sereal Sarapan Meski tidak terasa manis, roti dan sereal kemasan sering kali mengandung tambahan gula agar rasanya lebih enak. Bahkan, produk yang diberi label “whole grain” atau “sehat” pun bisa mengandung gula tambahan di dalamnya. WHO mengingatkan, membaca label gizi sangat penting untuk mengenali kandungan gula dalam makanan sehari-hari. 2. Minuman Kemasan Jus buah kemasan, kopi instan, atau minuman berenergi bisa jadi “jebakan manis”. Meski terlihat segar dan praktis, satu botol jus bisa mengandung hingga 6–8 sendok teh gula, melebihi batas harian yang disarankan. Menurut Kementerian Kesehatan RI, konsumsi gula berlebihan dari minuman manis dapat meningkatkan risiko obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung. 3. Saus dan Bumbu Masak Saus tomat, saus sambal, bahkan kecap manis ternyata termasuk sumber gula tambahan yang sering terlupakan. Satu sendok makan saus bisa mengandung lebih dari 4 gram gula. Karena itu, penting untuk memperhatikan porsi penggunaan bumbu olahan dan sesekali menggantinya dengan bahan alami seperti rempah, cabai segar, atau perasan lemon untuk menambah rasa. 4. Camilan “Sehat” Banyak produk yang diklaim “low fat” atau “high fiber” justru punya kadar gula tinggi untuk menggantikan rasa dari lemak yang dikurangi. Misalnya granola bar, yogurt rasa buah, atau biskuit gandum. Kemenkes RI menyarankan untuk selalu memeriksa label “karbohidrat total” dan “gula” sebelum membeli produk kemasan agar tidak tertipu klaim kesehatan di bungkusnya. 5. Buah Kaleng dan Produk Olahan Buah Buah memang sehat, tapi buah kaleng sering direndam dalam sirup kental yang tinggi gula. Jika ingin konsumsi buah, sebaiknya pilih buah segar atau buah beku tanpa tambahan gula. Selain lebih sehat, kandungan serat alaminya juga membantu mengontrol kadar gula darah. Gula tidak selalu datang dari makanan manis. Ia bisa tersembunyi di makanan yang terlihat “biasa saja” seperti roti, saus, atau camilan. Kuncinya ada di membaca label kemasan dan membatasi makanan olahan. Mulailah dari langkah kecil: ganti minuman manis dengan air putih, kurangi saus olahan, dan pilih buah segar daripada makanan kemasan. Tubuhmu akan terasa lebih ringan, energi lebih stabil, dan risiko penyakit pun bisa ditekan.

image-newest
Info Kesehatan

Rahasia Tubuh Bugar Meski Banyak Duduk di Kantor Senin, 24 November 2025 09:16 WIB Bekerja di depan laptop selama berjam-jam sudah jadi rutinitas banyak orang, tapi tanpa disadari, kebiasaan duduk terlalu lama bisa memicu banyak masalah kesehatan mulai dari pegal, obesitas, hingga gangguan jantung. Menurut World Health Organization (WHO), kurang gerak atau sedentary lifestyle kini menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya penyakit tidak menular, seperti diabetes dan hipertensi. Namun, tubuh tetap bisa bugar meski pekerjaan menuntut duduk lama. Kuncinya ada pada aktivitas kecil yang konsisten di sela-sela jam kerja.  1. Bangun dan Bergerak Setiap 30 Menit Tubuh manusia tidak dirancang untuk duduk terlalu lama. WHO menyarankan agar setiap 30 menit, tubuh diberi kesempatan untuk bergerak entah itu berdiri, berjalan ke pantry, atau sekadar meregangkan otot. Gerakan kecil seperti ini membantu melancarkan sirkulasi darah, mencegah kekakuan sendi, dan menjaga otot tetap aktif. Menurut Kementerian Kesehatan RI, duduk lebih dari 6 jam per hari tanpa aktivitas fisik bisa meningkatkan risiko gangguan metabolik dan nyeri punggung bawah. Jadi, jangan tunggu sampai pegal baru berdiri  jadikan bergerak singkat sebagai kebiasaan. 2. Cukup Minum Air, Jangan Tunggu Haus Kebugaran tidak hanya soal olahraga, tapi juga soal hidrasi. Ketika duduk terlalu lama, tubuh tetap kehilangan cairan melalui pernapasan dan keringat. Minum air secara rutin membantu menjaga konsentrasi, melancarkan metabolisme, dan mencegah rasa lelah berlebih. Kemenkes RI merekomendasikan untuk minum sekitar 2 liter air per hari, tergantung kebutuhan dan aktivitas. Tips sederhana,siapkan botol air di meja kerja agar kamu tidak lupa minum selama bekerja. 3. Lakukan Peregangan Ringan di Meja Kerja Tidak perlu ke gym untuk menjaga tubuh tetap aktif. Beberapa peregangan sederhana seperti memutar bahu, menundukkan kepala perlahan, atau merentangkan tangan ke atas bisa membantu mengendurkan otot yang tegang akibat posisi duduk statis. Menurut panduan WHO mengenai Physical Activity and Sedentary Behaviour, gerakan ringan selama beberapa menit saja sudah cukup membantu menjaga fleksibilitas dan mengurangi risiko nyeri leher dan punggung. 4. Pilih Camilan Sehat Salah satu kebiasaan yang sering muncul saat bekerja lama di depan layar adalah ngemil tanpa sadar. Padahal, camilan tinggi gula atau garam bisa menambah risiko berat badan naik dan menurunkan energi. Gantilah camilan dengan buah segar, kacang tanpa garam, atau yogurt rendah lemak agar energi tetap stabil tanpa “sugar crash”. 5. Jaga Postur Tubuh Postur duduk yang salah bisa membuat otot punggung dan leher cepat tegang. Usahakan duduk tegak, bahu rileks, dan pandangan sejajar dengan layar komputer. Gunakan kursi dengan sandaran yang nyaman dan hindari posisi membungkuk terlalu lama. Kemenkes RI juga menyarankan agar layar monitor sejajar dengan mata dan kaki menapak rata di lantai agar tulang belakang tidak terbebani. Tubuh bugar tidak hanya milik mereka yang rajin ke gym. Kamu yang bekerja di balik meja pun bisa tetap sehat asal tahu cara menjaga keseimbangan antara duduk dan bergerak. Mulailah dari hal sederhana: berdiri setiap 30 menit, banyak minum air, dan jaga postur tubuh. Tubuhmu akan berterima kasih nanti karena kesehatan bukan tentang banyak waktu, tapi tentang kebiasaan kecil yang dilakukan setiap hari.

image-newest
Info Kesehatan

Dampak Media Sosial terhadap Kesehatan Mental Orang Dewasa Jumat, 21 November 2025 08:14 WIB Kita hidup di zaman di mana layar HP bisa terasa seperti perpanjangan dari diri sendiri. Mulai dari scroll timeline pagi sampai malam, ngecek notifikasi, kirim chat kerja atau nongkrong, sampai upload foto semua hampir bisa lewat media sosial. Meski bermanfaat, penggunaan media sosial juga punya sisi gelap, terutama untuk kesehatan mental orang dewasa. Yuk kita bahas gimana media sosial bisa memengaruhi pikiran, perasaan, dan kesejahteraan. Bagaimana Media Sosial Bisa Mempengaruhi Kesehatan Mental Perbandingan Sosial dan Self-Esteem yang Turun Di media sosial, sering kita lihat postingan berisi pencapaian, gaya hidup mewah, penampilan sempurna. Padahal kadang itu cuma bagian “highlight” saja dari hidup seseorang. Kalau kita dibanding-bandingkan dengan apa yang kita lihat, bisa muncul rasa “kok aku nggak sebaik itu?”, “kok hidupku gini-gini aja?”. Efeknya bisa ke kepercayaan diri yang menurun, rasa cemas atau minder. Kemenkes mengatakan bahwa membandingkan kehidupan sendiri dengan orang lain di media sosial bisa jadi pemicu stres dan kurang percaya diri.   Gangguan Tidur Banyak orang dewasa yang membuka HP bahkan sebelum tidur, browsing media sosial agak lama, atau melihat konten yang merangsang emosi (drama, berita buruk, komentar negatif). Ini bisa membuat tidur terganggu susah tidur, sering bangun, atau tidur yang nggak nyenyak.  Kecemasan, Depresi, & Rasa Kesepian Penggunaan media sosial yang pasif (yang cuma scroll, tapi nggak interaksi banyak) atau terlalu sering bisa bikin orang merasa sendiri, terisolasi, walaupun secara digital “terhubung”. Riset menunjukkan bahwa penggunaan berlebihan media sosial bisa meningkatkan gejala kecemasan, mood negatif, dan depresi.  Overload Informasi & Konten Negatif Media sosial membuat kita dibanjiri informasi terus-menerus berita, opini, komentar, bahkan berita palsu (hoaks). Kadang kita tak bisa mengontrol apa yang muncul di timeline kita. Konten negatif atau stres full bisa memicu reaksi emosional negatif, stres, dan kalau terus-terusan, bisa memperburuk kondisi mental. Kemenkes juga menekankan pentingnya literasi media sosial menyaring info mana yang perlu dipercaya, mana yang harus disikapi dengan hati-hati agar tidak menjadi pemicu stres.  “Ketagihan” dan Distraction dari Kehidupan Nyata Ada kecenderungan bahwa media sosial jadi distraksi yang sulit ditinggalkan. Misalnya, orang mengecek HP berkali-kali walau sedang bersama keluarga atau harusnya fokus kerja. Kebiasaan ini bisa mengurangi kualitas interaksi nyata dan membuat kita merasa kurang puas secara emosional. Jika digunakan secara kompulsif, bisa mengganggu produktivitas, keterlibatan sosial offline, dan keseimbangan hidup. Media sosial nggak semuanya buruk. Ada manfaatnya kalau digunakan dengan bijak: Bisa jadi medium dukungan sosial: berkomunikasi dengan teman/family, berbagi cerita positif, mendapatkan inspirasi. Bisa mempermudah akses informasi kesehatan mental dan edukasi. Dapat menjadi ruang kreativitas atau hobi, yang bisa membantu mood lebih baik dan perasaan bahagia kalau digunakan secara terarah. Tips Agar Penggunaan Media Sosial Lebih Sehat Supaya media sosial lebih jadi teman daripada beban bagi kesehatan mental, ini beberapa strategi praktis: Batasi durasi penggunaan Tentukan batasan harian misalnya 1–2 jam, atau jangan gunakan HP di kamar tidur. Pilih konten dan “teman” online yang positif Unfollow atau mute akun yang sering membuat kita merasa buruk tentang diri sendiri. Ikuti akun yang memberi inspirasi, edukasi, atau motivasi. Interaksi aktif, bukan cuma scroll pasif Misalnya komentar positif, berbagi pengalaman, ikut diskusi yang membangun. Ini biasanya lebih terasa manfaatnya dibanding cuma melihat postingan orang lain. “Detox digital” dari waktu ke waktu Coba istirahat dari media sosial untuk beberapa hari atau beberapa jam setiap hari. Gunakan waktu itu untuk aktivitas offline seperti berjalan, membaca buku, bertemu teman nyata. Latih literasi media Pelajari cara mengenali hoaks, memverifikasi info, paham bahwa tak semua yang terlihat di media sosial itu “sebenarnya”. Kemenkes juga mengimbau untuk hal ini agar kita tidak stres karena membanding-bandingkan berdasarkan info yang nggak akurat.  Tetap jaga keseimbangan hidup Pastikan aktivitas offline seperti olahraga, tidur cukup, hobi, interaksi sosial nyata tetap ada. Cari bantuan kalau perlu Bila sudah merasa terus-menerus cemas, sedih, atau mulai terganggu aktivitas harian karena media sosial berbicara ke teman, keluarga, atau tenaga kesehatan mental bisa membantu. Media sosial adalah alat yang kuat: bisa menyambung, menginspirasi, tapi juga bisa memicu kecemasan, stres, dan penurunan kesehatan mental kalau kita tidak mengelolanya. Positif atau negatif, dampaknya tergantung bagaimana kita menggunakannya sebagai pelengkap kehidupan atau sebagai pelarian tanpa batas. Dengan langkah sederhana seperti membatasi penggunaan, menyaring konten, dan menjaga koneksi nyata di dunia fisik, kita bisa mengambil manfaat media sosial tanpa membiarkannya merusak kesehatan mental. Ingat Yakes Fams! menjaga pikiran itu sama pentingnya dengan menjaga tubuh.

image-newest
Info Kesehatan

Apa yang Terjadi di Tubuh Saat Kamu Jarang Bergerak Rabu, 19 November 2025 09:03 WIB Pernah merasa “capek” meski nggak banyak bergerak? Atau tubuh terasa minder setelah lama duduk? Hal ini bukan cuma efek pikiran  tubuh kita benar-benar merespons kalau aktivitas bergerak terlalu sedikit. Ada “kerusakan halus” yang mulai berjalan tanpa kita sadari. Aktivitas Fisik: Teman Sehat yang Sering Diabaikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bahwa kurang aktivitas fisik adalah salah satu faktor risiko utama untuk penyakit tidak menular (noncommunicable diseases). Orang dewasa yang kurang aktif memiliki risiko kematian 20–30 % lebih tinggi dibanding yang rutin bergerak. WHO juga memperingatkan bahwa perilaku duduk terlalu lama berdampak negatif pada jantung, metabolisme, dan bahkan potensi kanker.  Di Indonesia, Kemenkes juga menyoroti bahwa kurang aktivitas fisik merupakan salah satu penyebab penyakit tidak menular seperti diabetes, hipertensi, stroke, dan penyakit jantung. Jadi, kurang gerak bukan cuma soal “malas” melainkan risiko nyata bagi tubuh. Perubahan Fisik yang Terjadi Perlahan Berikut hal-hal yang mulai “terganggu” ketika kita terlalu lama diam: Kekuatan Otot & Massa Otot Menurun Otot butuh rangsangan. Tanpa digunakan secara teratur, otot kita mulai “malas”: kekuatan berkurang, stamina menurun. Tulang Melemah & Risiko Osteoporosis Gerakan dan beban ringan (misalnya berdiri, berjalan) memberi rangsangan bagi tulang. Kalau jarang digerakkan, tulang jadi kurang padat dan rentan patah. Metabolisme Melambat & Risiko Kegemukan / Diabetes Saat kita kurang bergerak, pembakaran kalori menurun, sensitivitas insulin bisa menurun juga ini langkah awal menuju resistensi insulin dan diabetes tipe 2. Gangguan Sistem Kardiovaskular & Pembuluh Darah Peredaran darah jadi kurang lancar, tekanan darah dan profil kolesterol bisa memburuk. Risiko penyakit jantung dan stroke meningkat. Peradangan Rendah (Low-grade Inflammation) Duduk terlalu lama bisa memicu rangkaian biologis peradangan halus dalam tubuh yang, kalau dibiarkan kronis, bisa memicu penyakit kronis. Gangguan Psikologis & Kesehatan Mental Tubuh yang tidak aktif juga dapat memengaruhi mood meningkatkan kemungkinan stres, kecemasan, dan depresi. Aktivitas fisik punya peran protektif terhadap kesehatan mental. Peningkatan Risiko Kematian Dini Studi‐studi besar menunjukkan: orang yang sangat jarang bergerak punya risiko kematian lebih tinggi dibanding yang aktif. Cerita “Harian” dari Tubuh yang Kurang Bergerak Bayangkan kamu bekerja di kantor, duduk sepanjang hari, lalu langsung pulang, nonton, dan tidur. Tubuhmu menjalani fase: Di pagi, energi lambat keluar, kaku terasa. Siang: pencernaan lebih lambat, kadang muncul rasa lesu setelah makan. Sore: pinggang pegal, otot punggung mulai protes. Malam: tidur nggak nyenyak, bisa sering terbangun. Berkepanjangan: berat badan naik, kolesterol & gula darah naik, tekanan darah memburuk. Perubahan ini berjalan perlahan sering kali kita nggak sadar sampai gejalanya sudah terasa. Apa yang Boleh Kita Lakukan? Tidak perlu langsung ekstrem. Gerakan kecil pun bisa berdampak: Mulai dari jalan kaki 10 menit beberapa kali sehari. Bangun setiap 30–60 menit dari posisi duduk, lakukan peregangan ringan. Pilih aktivitas ringan seperti berkebun, mengepel, atau bantu aktivitas rumah. Kalau bisa, rutin olahraga 2.5 jam per minggu (moderate intensity) sesuai rekomendasi WHO.  Jarang bergerak itu seperti utang kesehatan, kita mungkin nggak merasakannya segera, tapi bunga dari utang itu bisa sangat mahal seperti penyakit kronis, daya tahan mulai goyah, dan usia sehat makin pendek. Jadi, yuk mulai ubah sedikit demi sedikit rutinitasmu. Coba berdiri setiap 30 menit, tambahkan langkah kaki harian, dan buat gerakan menjadi bagian dari gaya hidup, bukan beban.

image-newest
Info Kesehatan

Bahaya Makan Terlalu Cepat, Bisa Ganggu Metabolisme Senin, 17 November 2025 09:45 WIB Kamu termasuk yang suka makan terburu-buru karena dikejar waktu? Hati-hati, kebiasaan ini bisa berdampak buruk pada kesehatan, terutama pada sistem pencernaan dan metabolisme tubuh. Menurut World Health Organization (WHO) dan Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), cara kita makan termasuk kecepatan saat mengunyah dan menelan berpengaruh besar terhadap bagaimana tubuh mencerna makanan dan mengatur berat badan. Yuk, kenali apa saja bahaya makan terlalu cepat dan bagaimana cara memperbaikinya! 1. Tubuh Belum Sempat Merasa Kenyang Saat kita makan, tubuh butuh waktu sekitar 15–20 menit untuk mengirim sinyal kenyang dari lambung ke otak. Kalau kamu makan terlalu cepat, otak belum sempat menerima sinyal itu, padahal perut sudah penuh. Akibatnya, kamu jadi makan lebih banyak dari yang dibutuhkan. Menurut Kemenkes RI, makan terburu-buru meningkatkan risiko kelebihan kalori dan kenaikan berat badan karena tubuh belum sadar sudah cukup makan. 2. Gangguan Pencernaan Makan cepat berarti makanan tidak dikunyah dengan baik. Padahal, proses mengunyah adalah langkah penting agar enzim pencernaan bisa bekerja optimal. Makanan yang belum halus bisa membuat lambung bekerja lebih keras, menimbulkan rasa kembung, begah, atau nyeri ulu hati. WHO menekankan pentingnya mindful eating makan dengan tenang dan memperhatikan prosesnya untuk menjaga sistem pencernaan tetap sehat. 3. Bisa Mengganggu Metabolisme Tubuh Makan cepat juga bisa mengacaukan sistem metabolisme tubuh. Ketika kamu makan berlebihan secara terus-menerus, tubuh terbiasa menimbun kelebihan energi sebagai lemak. Lama-kelamaan, hal ini bisa meningkatkan risiko resistensi insulin, diabetes tipe 2, dan gangguan metabolik lainnya. 4. Risiko Penyakit Jantung Meningkat Kelebihan berat badan akibat makan cepat tidak hanya berdampak pada penampilan, tapi juga kesehatan jantung. Penelitian yang dikutip Kemenkes RI menyebutkan bahwa makan terlalu cepat bisa meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan menurunkan kolesterol baik (HDL), yang berujung pada penumpukan plak di pembuluh darah. 5. Kurang Menikmati Makanan Selain dampak fisik, makan cepat juga membuat kamu kehilangan momen menikmati makanan. Padahal, saat kita makan perlahan dan tenang, tubuh melepaskan hormon bahagia seperti dopamin dan serotonin yang membantu mengurangi stres. Dengan kata lain, makan perlahan bukan cuma baik buat tubuh, tapi juga buat pikiran. Tips agar Tidak Makan Terlalu Cepat Kunyah makanan sekitar 20–30 kali setiap suapan Letakkan sendok atau garpu sejenak di antara gigitan Hindari makan sambil bekerja, menonton TV, atau menggunakan gadget Fokus pada rasa, aroma, dan tekstur makanan Jadikan waktu makan sebagai me time   Makan cepat mungkin terasa efisien, tapi tubuh kita butuh waktu untuk memproses makanan dengan baik. Dengan makan perlahan, kamu membantu tubuh mencerna makanan lebih optimal, menyeimbangkan metabolisme, dan menjaga berat badan tetap stabil. Mulai sekarang, yuk coba nikmati setiap suapan dengan tenang. Tubuhmu akan berterima kasih.

image-newest
Info Kesehatan

Makanan yang Membantu Menurunkan Tekanan Darah Jumat, 14 November 2025 07:00 WIB Tekanan darah tinggi atau hipertensi sering disebut sebagai silent killer karena sering tidak menimbulkan gejala, tapi bisa berujung pada penyakit jantung dan stroke jika dibiarkan. Kabar baiknya, kamu bisa membantu mengontrol tekanan darah tidak hanya lewat obat, tapi juga dengan memilih makanan yang tepat setiap hari. Menurut World Health Organization (WHO) dan Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), pola makan berperan besar dalam menjaga tekanan darah tetap stabil. Mengonsumsi makanan kaya serat, rendah garam, dan tinggi kalium bisa membantu menurunkan tekanan darah secara alami. Yuk, kenali beberapa jenis makanan yang baik untuk jantung dan bisa bantu menstabilkan tekanan darahmu! 1. Sayuran Hijau Sayuran seperti bayam, kangkung, brokoli, dan seledri kaya akan kalium, mineral yang membantu menyeimbangkan kadar natrium dalam tubuh. Kalium bekerja dengan cara membantu ginjal membuang kelebihan garam melalui urine, sehingga tekanan darah bisa turun secara alami. Menurut WHO, konsumsi cukup sayur setiap hari bisa menurunkan risiko hipertensi hingga 20–30%. Jadi, jangan lupa isi setengah piringmu dengan sayur, ya! 2. Buah-buahan Segar Buah seperti pisang, jeruk, alpukat, dan melon juga mengandung banyak kalium dan serat. Serat membantu menjaga kadar kolesterol tetap stabil, sedangkan kalium mendukung kerja pembuluh darah agar tidak tegang. Kemenkes RI merekomendasikan konsumsi lima porsi buah dan sayur setiap hari sebagai bagian dari pola makan sehat untuk jantung dan tekanan darah. 3. Ikan Berlemak Ikan seperti salmon, tuna, dan sarden mengandung asam lemak omega-3 yang bisa membantu menurunkan tekanan darah dan kadar trigliserida. Omega-3 juga membantu menjaga elastisitas pembuluh darah agar tidak mudah tersumbat. Kalau tidak suka ikan laut, kamu bisa menggantinya dengan sumber omega-3 lain seperti biji chia, kenari, atau minyak biji rami. 4. Bawang Putih Bumbu dapur satu ini bukan cuma bikin masakan lebih lezat, tapi juga membantu menurunkan tekanan darah. Bawang putih mengandung allicin, senyawa aktif yang bisa melebarkan pembuluh darah dan melancarkan sirkulasi. Menurut penelitian yang dikutip WHO, konsumsi bawang putih secara rutin dapat membantu menurunkan tekanan darah sistolik hingga beberapa poin, terutama bila dikombinasikan dengan pola makan sehat. 5. Susu Rendah Lemak dan Yogurt Susu rendah lemak dan yogurt kaya akan kalsium dan protein, dua nutrisi penting untuk menjaga tekanan darah tetap seimbang. Kalsium membantu kontraksi otot dan menjaga dinding pembuluh darah tetap lentur. Pastikan memilih produk rendah lemak dan tanpa tambahan gula agar manfaatnya maksimal. 6. Kurangi Garam, Perbanyak Rempah Selain menambah makanan sehat, langkah penting lainnya adalah mengurangi asupan garam. WHO merekomendasikan konsumsi garam tidak lebih dari 5 gram per hari (sekitar satu sendok teh). Sebagai gantinya, gunakan rempah-rempah seperti kunyit, jahe, lada, atau daun salam untuk menambah cita rasa tanpa membuat tekan Menurunkan tekanan darah bisa dimulai dari piring makanmu. Dengan memperbanyak konsumsi sayur, buah, ikan, dan makanan alami rendah garam, tubuh akan bekerja lebih seimbang dan tekanan darah jadi lebih stabil. Ingat, perubahan kecil tapi konsisten dalam pola makan bisa memberikan hasil besar untuk kesehatan jantung dan kehidupan yang lebih panjang.

Info Terpopuler

image-popular
Info Kesehatan

Telemedicine menjadi alternatif konsultasi dimasa Pandemi Senin, 18 Januari 2021 11:05 WIB Tahun 2020 sudah selesai akan tetapi,  lain halnya dengan Pandemi yang sampai akhir 2020 belum kunjung usai. Dalam masa Pandemik ini, Yakes Telkom memberikan layanan Telemedicine yaitu pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan pelayanan medis jarak-jauh. Telemedicine saat ini, menggunakan teknologi komunikasi dengan gadget untuk memberikan konsultasi fasilitas kesehatan di tempat yang berjauhan, bisa secara langsung via telepon, berkirim pesan, ataupun videocall dengan aplikasi WA (whatsapp) atau aplikasi Telegram. Layanan Telemedicine dibutuhkan oleh Pelanggan dalam masa pandemik Covid-19 saat ini karena ada beberapa layanan yang bisa didapatkan oleh pelanggan dengan menggunakan Telemedicine diantaranya adalah: Layanan Konsultasi medis dengan dokter dan petugas medis lainnya di Yakes Telkom. Memberi kemudahan saat pelanggan ingin mendapatkan Obat Rutin yang dikonsumsi tanpa harus datang ke Poliklinik Yakes Telkom. Permintaan rujukan pemeriksaan Laboratorium dan rujukan ke rumah sakit. Layanan konsultasi tentang restitusi. Layanan konsultasi non medis perihal kepesertaan. Kenapa harus Telemedicine? Guna mencegah penyebaran virus covid-19 lebih baik apabila dirumah saja untuk menghindari kerumunan, itulah sebabnya Yakes Telkom lebih menekankan Telemedicine daripada pelanggan datang langsung ke Poliklinik. Dengan Telemedicine para pelanggan tetap bisa mendapatkan layanan kesehatan dari Yakes. Untuk layanan medis para pelanggan bisa melakukan konsultasi kepada para dokter, apabila memerlukan obat dokter akan memberikan dan dikirim menggunakan kurir. Demikian juga dengan rujukan bisa juga didapatkan dengan melakukan Telemedicine. Tidak hanya layanan konsultasi medis saja yang diberikan kepada para pelanggan, melainkan dari sisi Non Medispun bisa melakukan Telemedicine, salah satu contohnya adalah layanan Konsultasi kepesertaan. Untuk melakukan laporan update Faskes putra/i dari pelanggan, Pensiunan dapat mengirimkan foto atau scan persyaratan yang sudah lengkap kepada admin kepesertaan untuk diproses lebih lanjut. Selain itu juga pengajuan untuk cetak kartu kesehatan bisa dilayani secara online via Whatsapp ataupun Telegram, dengan mengirimkan persyaratan yang sudah lengkap kepada Admin Kepesertaan pengajuan cetak kartu kesehatan bisa diproses lebih lanjut. Saat ini Yakes Telkom tak henti-hentinya memberikan layanan yang terbaik kepada para pelanggan karena sesuai dengan slogan terbaru Yakes Telkom yaitu Sehat Tekad Kita, Melayani dengan Cinta (YKS05-01)

image-popular
Info Kesehatan

Kasus Positif Terus Melonjak, Segera Vaksinasi dan Kencangkan Prokes Minggu, 30 Januari 2022 21:49 WIB Lonjakan Kasus Harian Perupadata mencatatkan penambahan kasus harian Covid-19 sebanyak 9905 kasus (per 28 Januari 2022). Data yang ada juga menunjukkan 90,1% kasus konfirmasi nasional merupakan transmisi lokal dan tercatat sudah 3 pasien kasus konfirmasi Omicron meninggal dunia (memiliki komorbid atau penyakit penyerta dan 1 kasus belum divaksin). Kenaikan kasus harian Covid disinyalir akan terus meningkat dalam beberapa waktu kedepan. Gambaran kenaikan tajam kasus ini juga terlihat di lingkungan TelkomGroup. Munculnya 3 sub varian Omicron Baru-baru ini muncul 3 sub varian Omicron yaitu BA.1 BA.2 dan BA.3, status ketiganya masih terus diteliti. Sementara gejala dibandingkan Delta lebih ringan. BA.2 lebih infeksius dengan gejala lebih ringan dari BA.1. Mutasi virus memang bukanlah hal yang baru, apalagi Variant of Concern cenderung cepat menginfeksi dan akan banyak bermutasi. Yang harus digarisbawahi adalah jangan meremehkan dan jangan abai untuk mencegah virus semakin merajalela dan melahirkan varian yang berbahaya. Cegah dengan Vaksin dan Disiplin Prokes Sesuai dengan anjuran pemerintah melalui Kemenkes, perusahaan turut aktif mengambil langkah-langkah untuk mencegah laju penularan khususnya di lingkungan TelkomGroup dengan mempercepat upaya pelaksanaan vaksinasi booster untuk meningkatkan efektivitas vaksin primer.  Jadi bagi karyawan, pensiunan dan keluarga yg sudah mendapatkan e tiket di Peduli Lindungi dan telah 6 bulan dari vaksin ke 2, segera lakukan vaksinasi booster baik di sentra vaksinasi, RS atau puskesmas terdekat. Ayo kita cegah peningkatan laju Covid dengan tidak panik seraya meningkatkan protokol kesehatan dengan selalu gunakan masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, rajin mencuci tangan, menghindari bepergian kecuali sangat mendesak, dan menghindari kegiatan makan bersama. Semangat Sehat!  #SEMUAWAJIBPAKAIMASKER #SegeraVaksin

image-popular
Info Kesehatan

Be Mindful of Your Mental Health Sabtu, 24 Oktober 2020 08:36 WIB Tidak dipungkiri lagi bahwa kesehatan mental merupakan salah satu bagian yang menandakan sehatnya seseorang. Sehat tidak hanya dilihat dari kondisi fisik saja, tetapi bagaimana kondisi psikologis diri kita. Di tengah kondisi pandemic Covid-19 yang melanda, mari kita tanyakan ke diri sendiri, sejahterakah kita secara psikologis? Sejahtera secara psikologis menandakan bahwa diri kita memiliki perasaan yang baik (feeling good) dan dapat berfungsi secara efektif (functioning effectively). Untuk dapat sejahtera secara psikologis, tentunya kita perlu memperhatikan (mindful) kondisi kesehatan mental. Mengapa demikian? Alasannya sangat sederhana, karena dengan memberikan perhatian maka kita lebih menyadari serta dapat lebih memahami kondisi diri kita. Mindfulness adalah suatu pendekatan integratif yang didasarkan pada hubungan pikiran & tubuh, yang membantu individu untuk mengelola pikiran dan perasaan serta kesehatan mental mereka. Mindfulness merupakan hal yang mudah untuk dilakukan. Salah satu contoh simpelnya adalah dengan kita menyadari bagaimana rasa makanan yang tadi dicicipi? Apa warna baju yang dipakai hari ini? Apa perasaan yang muncul ketika atasan memberikan feedback kepada saya? Apa yang saya rasakan ketika rekan kerja menolak pendapat saya? Sadar akan apa yang sedang dipikirkan atau dirasakan menjadi salah satu wujud agar kita dapat menjalankan hari-hari dengan nyaman serta menemukan solusi yang terbaik untuk permasalahan yang dihadapi. Selain menyadari apa yang terlintas dipikiran dan dirasakan, menyadari apa yang tubuh kita coba untuk sampaikan juga salah satu bentuk mindfulness. Sebagai contoh, saat berada pada situasi penuh tekanan atau kecemasan, ternyata tubuh kita memunculkan reaksi tertentu seperti detak jantung meningkat, otot tegang atau napas terhambat. Dengan memperhatikan perubahan yang muncul tersebut, maka kita dapat pula mencari solusi atas perubahan yang terjadi, salah satu upayanya dengan mengatur napas dengan baik agar tubuh menjadi tenang. Begitu pula dengan situasi Covid-19 yang tengah kita hadapi saat ini, aware terhadap apa yang menjadi pikiran, perasaan, serta pola tingkah laku yang dimunculkan akan membantu kita menentukan langkah pengelolaan yang tepat. Kesadaran ini menandakan pula bahwa kita merawat diri. Kita sadar akan hal yang menjadi pemicu dari kecemasan serta memperhatikan hal-hal apa yang membuat tertekan. Ketika kita mulai memperhatikan kondisi kesehatan mental, tidak hanya diri kita sendiri yang mendapatkan manfaatnya. Manfaat apalagi yang didapat melalui mindfulness? Menyadari kondisi psikologis atau kesehatan mental ini juga dapat membantu mengurangi stigma lingkungan yang buruk terhadap kesehatan mental. Beberapa contoh mindfulness ini adalah, menyadari penggunaan tata bahasa yang digunakan agar tidak menyakiti perasaan orang lain, mengedukasi diri terkait kesehatan mental yaitu dengan mengenali bahwa kesehatan mental memiliki perlakuan yang sama dengan masalah medis lainnya, dan mendengarkan kondisi orang lain tanpa interupsi, asumsi, maupun interpretasi di awal. Nah, beberapa hal tersebut dapat kita latih di kehidupan sehari-hari dan menjadi upaya bagi kita untuk lebih mindful terhadap diri maupun lingkungan sosial. Sudah saatnya kita aware terhadap kesehatan mental. Sesuai dengan kampanye yang dikeluarkan World Federation for Mental Health (WFMH), perayaan Hari Kesehatan Mental Dunia tahun 2020 mengusung tema “Mental Health for All: Greater Investment – Greater Access”, hal tersebut menandakan bahwa sehat mental itu hak setiap orang. Inilah saatnya bagi kita untuk berinvestasi dalam kesehatan mental. By: Rahmi Maya Fitri, M.Psi., Psikolog     “We would never tell someone with a broken leg that they should stop wallowing and get it together. We don’t consider taking medication for an ear infection something to be ashamed of.”  MICHELLE OBAMA     Sumber: https://www.verywellmind.com/improve-psychological-well-being-4177330; https://www.mentalhealth.org.uk/a-to-z/m/mindfulness; https://www.mindfulnessstudies.com/ending-mental-health-stigma-through-mindfulness/

image-popular
Info Kesehatan

Hari Hipertensi Sedunia, Kenali Faktor Risiko & Cara Pencegahannya Selasa, 17 Mei 2022 14:21 WIB 17 Mei setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Hipertensi Sedunia atau dikenal dengan World Hypertension Day. Momen peringatan ini ditujukan untuk menyadarkan masyarakat terkait dengan pentingnya mengenali gejala, faktor risiko serta cara pencegahan dari penyakit hipertensi. Gerakan Hari Hipertensi Sedunia ini juga bertujuan untuk memberitahukan kepada masyarakat dunia terkait komplikasi medis yang serius akibat hipertensi, informasi tentang pencegahannya, deteksi dini, serta tahapan pengobatannya. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi dimana tubuh mengalami tekanan darah di 130/80 mmHg atau lebih. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka dapat menimbulkan berbagai penyakit serius yang mengancam nyawa, seperti gagal jantung, penyakit ginjal, dan juga stroke. Meskipun gejalanya sering tidak terlihat jelas, namun hipertensi masih dapat dideteksi serta dikontrol dengan baik. Hal tersebut seperti mengetahui beberapa faktor risiko yang dapat memicu terjadinya hipertensi dalam tubuh, seperti : Usia Seiring bertambahnya usia, risiko tekanan darah tinggi juga akan meningkat. Selain itu risiko hipertensi juga akan lebih sering terjadi pada pria dewasa dibandingkan wanita.   Riwayat Keluarga Penyakit Hipertensi ini juga cenderung dapat diturunkan dalam silsilah keluarga, sehingga peran serta seluruh anggota keluarga dalam mencegah atau mendeteksi dini terjadinya hipertensi sangatlah penting.   Merokok Kebiasaan buruk merokok juga dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi serta merusak lapisan dinding arteri, jika dibiarkan dapat menyebabkan arteri menyempit serta meningkatkan risiko penyakit jantung.   Obesitas Orang yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas juga memiliki risiko tinggi akan terjadinya hipertensi. Hal ini terjadi akibat tubuh yang semakin berat dapat meningkatkan kebutuhan darah dalam memasok oksigen dan nutrisi dalam jaringan tubuh. Dengan meningkatnya aliran darah tersebut, maka dapat meningkatkan tekanan pada dinding arteri.   Konsumsi Garam Berlebih Serta Sedikit Mengkonsumsi Potasium Konsumsi garam (natrium) berlebih dapat menyebabkan tubuh menahan cairan yang berdampak pada meningkatnya tekanan darah. Selain itu, kurangnya konsumsi zat potasium dapat meningkatkan tumpukan kadar natrium dalam darah.   Disebabkan Oleh Kondisi Kesehatan Tertentu Kondisi kesehatan yang kronis juga dapat meningkatkan risiko hipertensi, hal ini termasuk pada penderita penyakit ginjal, diabetes, serta sleep apnea. Dalam mendeteksi dini penyakit hipertensi ini, perlu dilakukan pengecekan berkala dalam mengukur tingkat tekanan darah. Meski begitu, pengukuran tekanan darah harus tetap dilakukan sesuai dengan anjuran dokter. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, dr. Erwinanto. SpJP(K). dr. Erwinanto menjelaskan bahwa proses pengukuran tekanan darah di rumah sebaiknya dilakukan setiap hari, setidaknya hingga 3 sampai 4 hari berturut-turut. Kemudian pada saat pengukuran tensi, dilakukan sebanyak 2 kali pengukuran dengan jeda waktu 1 hingga 2 menit untuk memastikan nilai tensi yang didapat adalah valid. "Lebih baik 7 hari berturut-turut pada pagi dan sore hari. Tingkat tekanan darah ditentukan oleh nilai rata-rata semua pengukuran , kecuali pengukuran hari pertama. Jadi, hasil hari pertama jangan dimasukin ke perhitungan rata-rata, ya,"jelas dr. Erwinanto Hipertensi juga dapat diatasi dengan menjalankan pola hidup sehat, seperti melakukan olahraga terartur, mengkonsumsi makanan sehat, mengurangi konsumsi minuman berkafein hingga berhenti merokok. Namun jika kondisi tekanan darah sudah tinggi, perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ke dokter serta mengkonsumsi obat penurun tekanan darah.