• icon-phone Contact Center Yakes Telkom : 022 - 4521405
  • Contact Center Yakes Telkom : 022 - 4521405

Info Terbaru

image-newest
Info Kesehatan

Waspadai Pandemic Fatigue, Kondisi Bosan Menghadapi Pandemi Covid-19 Rabu, 16 Februari 2022 10:34 WIB Pandemi Covid-19 yang telah terjadi sejak awal tahun 2020 lalu menimbulkan rasa “bosan” untuk beberapa orang. Kelelahan akan pandemi ini menjadi salah satu gejala umum pasien Covid-19 yang disebut juga Pandemic Fatigue. Berdasarkan penelitian, kelelahan pandemi ini mempengaruhi setidaknya 34% pria dan 40% wanita yang merasa lelah akan menghadapi pandemi Covid-19 ini. Namun apa sebenarnya Pandemic Fatigue itu sendiri? Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pandemic fatigue atau kelelahan akibat pandemi ini merupakan kondisi dimana hilangnya motivasi diri untuk tetap mengikuti aturan protokol kesehatan yang telah ditetapkan. Beberapa ahli juga mengaitkan pandemic fatigue ini dengan gejala stres, perasaan marah, tidak sabar serta jengkel akibat Covid-19 yang berkepanjangan. Selain itu, pandemic fatigue ini juga disinyalir dapat mengakibatkan individu menjadi kurang efektif dalam bekerja. Lantas apa saja yang perlu dilakukan untuk dapat menghindari diri dari keadaan pandemic fatigue? Berikut beberapa tips diantaranya : Refleksi diri, belajar menerima, dan sesuaikan ekspektasi dengan kenyataan. Tetap aktif secara fisik dengan menjalani kegiatan yang disukai, seperti melakukan olahraga teratur ataupun melakukan meditasi. Tetap aktif belajar sesuatu yang baru dan bekerja tanpa perlu memaksakan diri. Ambil waktu istirahat dari kesibukan sehari-hari untuk mengembalikan energi. Membuat batasan personal dengan orang-orang serumah dan struktur kegiatan dalam keseharian.

image-newest
Info Kesehatan

Kenali Tahapan Pencegahan Covid-19 & Hal yang Perlu Dilakukan Saat Terdampak Bersama Yakes Telkom Selasa, 15 Februari 2022 18:52 WIB Saat ini kenaikan kasus Covid-19 varian Omicron sedang menyerang berbagai wilayah di Indonesia. Lantas, apa saja yang perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19 secara meluas? Serta apa saja tahapan-tahapan yang harus dilakukan saat diri maupun keluarga ikut terdampak positif Covid-19 varian Omicron ini? Menyikapi hal tersebut, Yakes-Telkom ikut serta dalam peningkatan informasi terkait penyebaran Covid-19 varian Omicron ini dengan mengadakan webinar kesehatan dengan tema Cegah Covid-19 & Apa yang Harus Dilakukan Jika Terkena. Dalam webinar ini, dr. Rena Winasis, M.Sc (OSM Promotive & Preventive - Yakes Telkom) selaku narasumber menjabarkan beberapa poin penting terkait dengan penyebaran Covid-19 ini. Dalam penjabarannya, dr. Rena menyampaikan saat ini Indonesia tengah menghadapi wave ke-3 serangan Covid-19 yakni varian Omicron yang kasus rata-rata hariannya mencapai 55 ribu kasus. Oleh karena itu, dr. Rena kembali mengingatkan untuk masyarakat tidak terjebak pada kondisi Pandemic Fatigue atau fenomena kelelahan dalam menghadapi kondisi pandemi. Perlu diketahui, Covid-19 varian Omicron sendiri mulai menyebar secara cepat di Indonesia terhitung sejak akhir bulan Januari. Meskipun begitu, dr. Rena juga menjelaskan dampak gejala yang dihasilkan oleh varian Omicron ini tidak lagi seperti varian sebelumnya yang didominasi dengan hilangnya rasa dan penciuman. Adapun beberapa gejala yang muncul akibat varian Omicron adalah sebagai berikut : Pilek atau hidung berair Batuk Demam Nyeri Sendi & Otot Sakit Kepala Oleh karena itu, dr. Rena kembali mengingatkan pentingnya penerapan prokes yang ketat dengan menjalankan 6M. Selain itu diikuti juga dengan melakukan vaksinasi primer dan booster untuk menambah daya tahan tubuh dari paparan Covid-19 varian Omicron. Namun apa yang perlu kita lakukan jika diri sendiri atau keluarga terpapar Covid-19? Dalam penjelasannya, dr. Rena menghimbau kepada masyarakat yang terpapar positif Covid-19 varian Omicron untuk tidak panik. Jika kondisi pasien positif covid tidak mengalami gejala atau hanya bergejala ringan, pasien hanya perlu melakukan isolasi mandiri serta diikuti dengan melakukan konsultasi dengan tim kesehatan melalui telemedisin. Setidaknya terdapat 6 poin penting yang perlu dilakukan bagi pasien positif Covid-19 varian Omicron yang tanpa gejala atau bergejala ringan, diantaranya sebagai berikut : Tetap dirumah, melakukan isolasi mandiri dengan beberapa syarat yang telah ditentukan oleh Kemenkes. Perbanyak istirahat, minum air putih serta berkonsultasi dengan dokter. Beri tahu kontak terdekat untuk dilakukan tahapan tracking. Pantau gejala yang muncul akibat Covid-19 varian Omicron. Selalu menerapkan protokol kesehatan. Membersihkan permukaan barang-barang yang sering disentuh. Namun jika kondisi pasien positif Covid-19 cukup mengalami gangguan berat perlu dilakukan tindakan lebih lanjut untuk dibawa ke unit kesehatan terdekat agar mendapat penanganan secepatnya.  Dalam sesi tanya-jawab dr. Rena juga menjelaskan jika kita mengalami kontak erat dengan pasien positif Covid-19 waktu terbaik untuk melakukan pengecekan Antigen atau PCR adalah 2-3 hari pasca kontak erat, hal ini tidak terlepas dengan gejala atau tanpa gejala sama sekali. Untuk menyimak informasi lebih lengkap terkait Webinar Kesehatan “Cegah Covid-19 & Apa yang Harus Dilakukan Jika Terkena” ini, Yakes Family dapat mengunjungi Channel Youtube Yakes Telkom atau mengunjungi link berikut : bit.ly/CegahCovid19BarengYakes

image-newest
Info Kesehatan

Mengenal Kelompok Komorbid yang Rentan Terhadap Covid-19 Varian Omicron Selasa, 15 Februari 2022 16:46 WIB Penyebaran Covid-19 varian Omicron beberapa hari terakhir terus mengalami kenaikan dengan pesat, hal tersebut meningkatkan risiko penularan kepada berbagai kalangan tidak terkecuali kepada kelompok dengan komorbid. Namun apa sih kelompok komorbid itu? Komorbiditas atau biasa disingkat dengan komorbid merupakan istilah kedokteran untuk menjelaskan penyakit penyerta selain penyakit utama yang sedang diderita. Melansir data dari Britannica, komorbid biasanya terkait dengan penyakit kronis yang membuat kondisi penderita lebih rentan untuk terkena penyakit lain seperti Covid-19. Berdasarkan data dari Everyday Health terdapat beberapa macam penyakit komorbid yang cukup menjadi perhatian untuk rentan terpapar Covid-19 varian Omicron. Adapun beberapa penyakit komorbid tersebut diantaranya adalah : Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang tak terkontrol dalam jangka panjang dapat beresiko menyebabkan kerusakan organ ketika terserang Covid-19 Diabetes, terutama untuk diabetes tipe 1 atau 2 yang dapat membuat penurunan daya tahan tubuh. Penyakit Jantung, jika terinfeksi Covid-19 dapat meningkatkan risiko gagal jantung, penyakit arteri koroner, kardiomiopati ataupun tekanan darah tinggi. Penyakit Pernapasan, jika terinfeksi dengan Covid-19 dapat meningkatkan risiko penyakit seperti PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis), asma maupun fibrosis paru. Obesitas, penyakit ini dapat membuat metabolisme tubuh melemah sehingga sulit untuk melawan virus Covid-19 Penyakit Ginjal Kronis, Orang yang perlu menjalani dialisis atau cuci darah akan menurunkan fungsi sistem imun dan menyebabkan kesulitan untuk melawan virus Covid-19. Penyakit Hati, dapat meningkatkan pengeluaran enzim yang justru akan memperburuk keadaan Covid-19 dalam tubuh. HIV, Sistem imun dalam tubuh penderita HIV akan kesulitan dalam melawan infeksi yang disebabkan oleh Covid-19. Gangguan Saraf, Covid-19 berisiko lebih tinggi pada orang dengan riwayat penyakit seperti demensia dan Alzheimer Autoimun, orang yang memiliki riwayat gangguan autoimun akan menimbulkan gejala yang lebih buruk jika terkena Covid-19. Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah menyiapkan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 bagi kelompok komorbid dengan beberapa ketentuan, hal guna meningkatkan imunitas kelompok komorbid untuk menghadapi paparan Covid-19.

image-newest
Info Kesehatan

Isoman Omicron, Bagaimana Aturannya? Senin, 14 Februari 2022 17:18 WIB Penyebaran Covid-19 varian Omicron beberapa hari kebelakang mengalami lonjakan yang cukup tinggi, hal ini meningkatkan potensi kasus Covid-19 untuk pasien dengan tanpa gejala atau bergejala ringan. Menanggapi hal tersebut, pemerintah kembali mengingatkan syarat & aturan untuk isolasi mandiri untuk pasien Covid-19 varian Omicron. Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr. Siti Nadia Tarmidzi menyampaikan bahwa Ketentuan isolasi mandiri untuk pasien varian Omicron sendiri tercantum dalam Surat Edaran Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.01/MENKES/18/2022 tentang Pencegahan dan Pengendalian Kasus COVID-19 Varian Omicron yang telah ditetapkan pada 17 Januari 2022 lalu. “Ketentuan pencegahan dan pengendalian COVID-19 sekarang mengacu pada surat edaran yang baru, salah satunya tentang isolasi mandiri,”jelas dr. Nadia Adapun pasien Covid-19 varian Omicron tanpa gejala ataupun yang bergejala ringan perlu memenuhi syarat klinis dan syarat tempat tinggal sebelum menjalani isolasi mandiri. Syarat Klinis : Harus berusia 45 tahun ke bawah  Tidak memiliki komorbid  Dapat mengakses telemedicine atau layanan kesehatan lainnya  Berkomitmen untuk tetap diisolasi sebelum diizinkan keluar rumah  Syarat Tempat Tinggal : Pasien harus tinggal di kamar terpisah, lebih baik jika di lantai terpisah  Ada kamar mandi di dalam rumah yang terpisah dengan penghuni rumah lainnya  Dapat mengakses pulse oksimeter Kemenkes juga telah mengatur waktu efisien terkait isolasi mandiri yang perlu dilakukan untuk pasien bergejala ringan atau tanpa gejala. Hal tersebut diantaranya adalah sebagai berikut : Pasien Omicron yang tidak bergejala (asimptomatik), melakukan isolasi mandiri minimal 10 hari sejak pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi. Pasien COVID-19 varian Omicron dengan gejala, isolasi dilakukan selama 10 hari sejak muncul gejala. Ditambah dengan sekurang-kurangnya 3 hari bebas gejala demam dan gangguan pernapasan. Pasien COVID-19 Omicron yang telah mengalami perbaikan klinis pada saat isoman dapat dilakukan pemeriksaan NAAT termasuk pemeriksaan RT-PCR pada hari ke-5 dan ke-6 dengan selang waktu pemeriksaan 24 jam. Jika hasilnya negatif atau Ct> 35 dua kali berturut-turut, maka dapat dinyatakan selesai isolasi/sembuh. Pembiayaan untuk pemeriksaan ini dilakukan secara mandiri. Pasien COVID-19 Omicron yang sudah mengalami perbaikan klinis pada saat isoman/isoter namun tidak melakukan pemeriksaan NAAT termasuk RT-PCR pada hari ke-5 dan ke-6 dengan selang waktu 24 jam, maka pasien harus melakukan isolasi sebagai ketentuan kriteria selesai isolasi/sembuh.

image-newest
Info Kesehatan

Cek Kebenaran Mitos & Fakta Terkait Covid-19 Varian Omicron Senin, 14 Februari 2022 13:12 WIB Penyebaran Covid-19 varian Omicron terus mengalami peningkatan kasus diberbagai daerah di Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI memperkirakan puncak kasus Omicron di Indonesia akan terjadi pada akhir Februari 2022 mendatang, menanggapi hal tersebut masyarakat perlu mengetahui terkait mitos dan fakta seputar varian Omicron untuk mengurangi kekhawatiran masyarakat akan infeksi penyakit tersebut. Adapun terkait mitos & fakta terkait covid-19 varian Omicron ini dijelaskan dalam akun Facebook Kementerian Kesehatan, diantaranya adalah : Gejala Ringan Mitos : Omicron hanya menimbulkan gejala ringan untuk semua kalangan Fakta : Meskipun penyebaran lebih cepat dan memiliki gejala Omicron memang tidak separah varian Delta, namun untuk kelompok lansia, orang dengan komorbid, serta orang yang belum divaksinasi tetap berpotensi kematian.   Vaksin Mitos : Vaksin tak mempan lumpuhkan Omicron Fakta : Vaksin menjadi proteksi terbaik melawan Omicron, data menunjukan 60% pasien Omicron di Indonesia yang meninggal dunia merupakan pasien yang belum divaksinasi.   Gejala Parah Mitos : Orang yang belum divaksinasi tidak akan bergejala parah akibat Omicron Fakta : Orang yang belum divaksinasi justru yang paling rentan tertular Omicron, pasien Omicron yang berada di rumah sakit kebanyakan yang belum vaksin.   Infeksi Mitos : Omicron tak bisa menginfeksi orang yang sebelumnya pernah terkena Covid-19 Fakta : Orang yang pernah positif Covid-19 juga dapat terinfeksi Omicron, oleh karena itu Vaksin sangat dianjurkan untuk menghindari gejala parah.   Masker Mitos : Penggunaan masker tidak bisa mencegah penularan Omicron Fakta : Pencegahan terbaik dari tertular Omicron adalah disiplin protokol kesehatan, termasuk menggunakan masker, mencuci tangan serta mengurangi mobilitas & melakukan vaksinasi.

image-newest
Info Kesehatan

Sempat Kontak dengan Pasien Positif Covid-19, Apa Saja yang Harus Dilakukan? Jumat, 11 Februari 2022 14:13 WIB Perkembangan kasus positif Covid-19 seminggu terakhir terus mengalami kenaikan secara signifikan, berdasarkan data pemerintah setidaknya terdapat 40.618 kasus positif baru per 10 Februari lalu. Penyebaran yang semakin luas tersebut tidak menutup kemungkinan untuk dapat tersebar oleh orang-orang terdekat, lalu apa yang harus dilakukan jika sempat melakukan kontak erat dengan pasien positif Covid-19? Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr. Siti Nadia Tarmizi menyampaikan untuk seseorang yang sempat melakukan kontak erat dengan pasien positif Covid-19 perlu melakukan beberapa hal berikut : Segera melakukan tes Covid-19 untuk mengetahui positif atau tidak Apabila hasilnya negatif, tetap perlu melakukan karantina mandiri selama 5 hari Setelah karantina 5 hari, dianjurkan untuk melakukan tes Covid-19 kembali. Dr. Nadia juga menjelaskan jikapun hasil tes pertama menunjukan negatif tetap perlu dilakukan karantina selama 5 hari, hal ini disebabkan adanya 2 kemungkinan yakni karena memang tidak tertular ataupun orang tersebut tertular namun masih dalam masa inkubasi. Oleh karena itu tetap disarankan untuk tetap melakukan karantina mandiri selama 5 hari. "Jadi kita karantina selama 5 hari dan di hari ke 5 kita melakukan tes kembali,"jelas dr. Nadia Sementara itu, Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban menambahkan pada kasus virus Covid-19 ini, umumnya perlu waktu 5 sampai 6 hari bagi orang yang terinfeksi untuk dapat menimbulkan gejala. Hal inilah yang perlu menjadi perhatian bagi orang yang sempat kontak erat dengan pasien positif Covid-19. "Yang penting kita kontaknya kapan. Karena virus sudah ada di tubuhnya sebelum orang itu bergejala. Itu sudah menular sebelum gejala muncul," jelas Zubairi.

Info Terpopuler

image-popular
Info Kesehatan

Telemedicine menjadi alternatif konsultasi dimasa Pandemi Senin, 18 Januari 2021 11:05 WIB Tahun 2020 sudah selesai akan tetapi,  lain halnya dengan Pandemi yang sampai akhir 2020 belum kunjung usai. Dalam masa Pandemik ini, Yakes Telkom memberikan layanan Telemedicine yaitu pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan pelayanan medis jarak-jauh. Telemedicine saat ini, menggunakan teknologi komunikasi dengan gadget untuk memberikan konsultasi fasilitas kesehatan di tempat yang berjauhan, bisa secara langsung via telepon, berkirim pesan, ataupun videocall dengan aplikasi WA (whatsapp) atau aplikasi Telegram. Layanan Telemedicine dibutuhkan oleh Pelanggan dalam masa pandemik Covid-19 saat ini karena ada beberapa layanan yang bisa didapatkan oleh pelanggan dengan menggunakan Telemedicine diantaranya adalah: Layanan Konsultasi medis dengan dokter dan petugas medis lainnya di Yakes Telkom. Memberi kemudahan saat pelanggan ingin mendapatkan Obat Rutin yang dikonsumsi tanpa harus datang ke Poliklinik Yakes Telkom. Permintaan rujukan pemeriksaan Laboratorium dan rujukan ke rumah sakit. Layanan konsultasi tentang restitusi. Layanan konsultasi non medis perihal kepesertaan. Kenapa harus Telemedicine? Guna mencegah penyebaran virus covid-19 lebih baik apabila dirumah saja untuk menghindari kerumunan, itulah sebabnya Yakes Telkom lebih menekankan Telemedicine daripada pelanggan datang langsung ke Poliklinik. Dengan Telemedicine para pelanggan tetap bisa mendapatkan layanan kesehatan dari Yakes. Untuk layanan medis para pelanggan bisa melakukan konsultasi kepada para dokter, apabila memerlukan obat dokter akan memberikan dan dikirim menggunakan kurir. Demikian juga dengan rujukan bisa juga didapatkan dengan melakukan Telemedicine. Tidak hanya layanan konsultasi medis saja yang diberikan kepada para pelanggan, melainkan dari sisi Non Medispun bisa melakukan Telemedicine, salah satu contohnya adalah layanan Konsultasi kepesertaan. Untuk melakukan laporan update Faskes putra/i dari pelanggan, Pensiunan dapat mengirimkan foto atau scan persyaratan yang sudah lengkap kepada admin kepesertaan untuk diproses lebih lanjut. Selain itu juga pengajuan untuk cetak kartu kesehatan bisa dilayani secara online via Whatsapp ataupun Telegram, dengan mengirimkan persyaratan yang sudah lengkap kepada Admin Kepesertaan pengajuan cetak kartu kesehatan bisa diproses lebih lanjut. Saat ini Yakes Telkom tak henti-hentinya memberikan layanan yang terbaik kepada para pelanggan karena sesuai dengan slogan terbaru Yakes Telkom yaitu Sehat Tekad Kita, Melayani dengan Cinta (YKS05-01)

image-popular
Info Kesehatan

Kasus Positif Terus Melonjak, Segera Vaksinasi dan Kencangkan Prokes Minggu, 30 Januari 2022 21:49 WIB Lonjakan Kasus Harian Perupadata mencatatkan penambahan kasus harian Covid-19 sebanyak 9905 kasus (per 28 Januari 2022). Data yang ada juga menunjukkan 90,1% kasus konfirmasi nasional merupakan transmisi lokal dan tercatat sudah 3 pasien kasus konfirmasi Omicron meninggal dunia (memiliki komorbid atau penyakit penyerta dan 1 kasus belum divaksin). Kenaikan kasus harian Covid disinyalir akan terus meningkat dalam beberapa waktu kedepan. Gambaran kenaikan tajam kasus ini juga terlihat di lingkungan TelkomGroup. Munculnya 3 sub varian Omicron Baru-baru ini muncul 3 sub varian Omicron yaitu BA.1 BA.2 dan BA.3, status ketiganya masih terus diteliti. Sementara gejala dibandingkan Delta lebih ringan. BA.2 lebih infeksius dengan gejala lebih ringan dari BA.1. Mutasi virus memang bukanlah hal yang baru, apalagi Variant of Concern cenderung cepat menginfeksi dan akan banyak bermutasi. Yang harus digarisbawahi adalah jangan meremehkan dan jangan abai untuk mencegah virus semakin merajalela dan melahirkan varian yang berbahaya. Cegah dengan Vaksin dan Disiplin Prokes Sesuai dengan anjuran pemerintah melalui Kemenkes, perusahaan turut aktif mengambil langkah-langkah untuk mencegah laju penularan khususnya di lingkungan TelkomGroup dengan mempercepat upaya pelaksanaan vaksinasi booster untuk meningkatkan efektivitas vaksin primer.  Jadi bagi karyawan, pensiunan dan keluarga yg sudah mendapatkan e tiket di Peduli Lindungi dan telah 6 bulan dari vaksin ke 2, segera lakukan vaksinasi booster baik di sentra vaksinasi, RS atau puskesmas terdekat. Ayo kita cegah peningkatan laju Covid dengan tidak panik seraya meningkatkan protokol kesehatan dengan selalu gunakan masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, rajin mencuci tangan, menghindari bepergian kecuali sangat mendesak, dan menghindari kegiatan makan bersama. Semangat Sehat!  #SEMUAWAJIBPAKAIMASKER #SegeraVaksin

image-popular
Info Kesehatan

Be Mindful of Your Mental Health Sabtu, 24 Oktober 2020 08:36 WIB Tidak dipungkiri lagi bahwa kesehatan mental merupakan salah satu bagian yang menandakan sehatnya seseorang. Sehat tidak hanya dilihat dari kondisi fisik saja, tetapi bagaimana kondisi psikologis diri kita. Di tengah kondisi pandemic Covid-19 yang melanda, mari kita tanyakan ke diri sendiri, sejahterakah kita secara psikologis? Sejahtera secara psikologis menandakan bahwa diri kita memiliki perasaan yang baik (feeling good) dan dapat berfungsi secara efektif (functioning effectively). Untuk dapat sejahtera secara psikologis, tentunya kita perlu memperhatikan (mindful) kondisi kesehatan mental. Mengapa demikian? Alasannya sangat sederhana, karena dengan memberikan perhatian maka kita lebih menyadari serta dapat lebih memahami kondisi diri kita. Mindfulness adalah suatu pendekatan integratif yang didasarkan pada hubungan pikiran & tubuh, yang membantu individu untuk mengelola pikiran dan perasaan serta kesehatan mental mereka. Mindfulness merupakan hal yang mudah untuk dilakukan. Salah satu contoh simpelnya adalah dengan kita menyadari bagaimana rasa makanan yang tadi dicicipi? Apa warna baju yang dipakai hari ini? Apa perasaan yang muncul ketika atasan memberikan feedback kepada saya? Apa yang saya rasakan ketika rekan kerja menolak pendapat saya? Sadar akan apa yang sedang dipikirkan atau dirasakan menjadi salah satu wujud agar kita dapat menjalankan hari-hari dengan nyaman serta menemukan solusi yang terbaik untuk permasalahan yang dihadapi. Selain menyadari apa yang terlintas dipikiran dan dirasakan, menyadari apa yang tubuh kita coba untuk sampaikan juga salah satu bentuk mindfulness. Sebagai contoh, saat berada pada situasi penuh tekanan atau kecemasan, ternyata tubuh kita memunculkan reaksi tertentu seperti detak jantung meningkat, otot tegang atau napas terhambat. Dengan memperhatikan perubahan yang muncul tersebut, maka kita dapat pula mencari solusi atas perubahan yang terjadi, salah satu upayanya dengan mengatur napas dengan baik agar tubuh menjadi tenang. Begitu pula dengan situasi Covid-19 yang tengah kita hadapi saat ini, aware terhadap apa yang menjadi pikiran, perasaan, serta pola tingkah laku yang dimunculkan akan membantu kita menentukan langkah pengelolaan yang tepat. Kesadaran ini menandakan pula bahwa kita merawat diri. Kita sadar akan hal yang menjadi pemicu dari kecemasan serta memperhatikan hal-hal apa yang membuat tertekan. Ketika kita mulai memperhatikan kondisi kesehatan mental, tidak hanya diri kita sendiri yang mendapatkan manfaatnya. Manfaat apalagi yang didapat melalui mindfulness? Menyadari kondisi psikologis atau kesehatan mental ini juga dapat membantu mengurangi stigma lingkungan yang buruk terhadap kesehatan mental. Beberapa contoh mindfulness ini adalah, menyadari penggunaan tata bahasa yang digunakan agar tidak menyakiti perasaan orang lain, mengedukasi diri terkait kesehatan mental yaitu dengan mengenali bahwa kesehatan mental memiliki perlakuan yang sama dengan masalah medis lainnya, dan mendengarkan kondisi orang lain tanpa interupsi, asumsi, maupun interpretasi di awal. Nah, beberapa hal tersebut dapat kita latih di kehidupan sehari-hari dan menjadi upaya bagi kita untuk lebih mindful terhadap diri maupun lingkungan sosial. Sudah saatnya kita aware terhadap kesehatan mental. Sesuai dengan kampanye yang dikeluarkan World Federation for Mental Health (WFMH), perayaan Hari Kesehatan Mental Dunia tahun 2020 mengusung tema “Mental Health for All: Greater Investment – Greater Access”, hal tersebut menandakan bahwa sehat mental itu hak setiap orang. Inilah saatnya bagi kita untuk berinvestasi dalam kesehatan mental. By: Rahmi Maya Fitri, M.Psi., Psikolog     “We would never tell someone with a broken leg that they should stop wallowing and get it together. We don’t consider taking medication for an ear infection something to be ashamed of.”  MICHELLE OBAMA     Sumber: https://www.verywellmind.com/improve-psychological-well-being-4177330; https://www.mentalhealth.org.uk/a-to-z/m/mindfulness; https://www.mindfulnessstudies.com/ending-mental-health-stigma-through-mindfulness/

image-popular
Info Kesehatan

Hari Hipertensi Sedunia, Kenali Faktor Risiko & Cara Pencegahannya Selasa, 17 Mei 2022 14:21 WIB 17 Mei setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Hipertensi Sedunia atau dikenal dengan World Hypertension Day. Momen peringatan ini ditujukan untuk menyadarkan masyarakat terkait dengan pentingnya mengenali gejala, faktor risiko serta cara pencegahan dari penyakit hipertensi. Gerakan Hari Hipertensi Sedunia ini juga bertujuan untuk memberitahukan kepada masyarakat dunia terkait komplikasi medis yang serius akibat hipertensi, informasi tentang pencegahannya, deteksi dini, serta tahapan pengobatannya. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi dimana tubuh mengalami tekanan darah di 130/80 mmHg atau lebih. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka dapat menimbulkan berbagai penyakit serius yang mengancam nyawa, seperti gagal jantung, penyakit ginjal, dan juga stroke. Meskipun gejalanya sering tidak terlihat jelas, namun hipertensi masih dapat dideteksi serta dikontrol dengan baik. Hal tersebut seperti mengetahui beberapa faktor risiko yang dapat memicu terjadinya hipertensi dalam tubuh, seperti : Usia Seiring bertambahnya usia, risiko tekanan darah tinggi juga akan meningkat. Selain itu risiko hipertensi juga akan lebih sering terjadi pada pria dewasa dibandingkan wanita.   Riwayat Keluarga Penyakit Hipertensi ini juga cenderung dapat diturunkan dalam silsilah keluarga, sehingga peran serta seluruh anggota keluarga dalam mencegah atau mendeteksi dini terjadinya hipertensi sangatlah penting.   Merokok Kebiasaan buruk merokok juga dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi serta merusak lapisan dinding arteri, jika dibiarkan dapat menyebabkan arteri menyempit serta meningkatkan risiko penyakit jantung.   Obesitas Orang yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas juga memiliki risiko tinggi akan terjadinya hipertensi. Hal ini terjadi akibat tubuh yang semakin berat dapat meningkatkan kebutuhan darah dalam memasok oksigen dan nutrisi dalam jaringan tubuh. Dengan meningkatnya aliran darah tersebut, maka dapat meningkatkan tekanan pada dinding arteri.   Konsumsi Garam Berlebih Serta Sedikit Mengkonsumsi Potasium Konsumsi garam (natrium) berlebih dapat menyebabkan tubuh menahan cairan yang berdampak pada meningkatnya tekanan darah. Selain itu, kurangnya konsumsi zat potasium dapat meningkatkan tumpukan kadar natrium dalam darah.   Disebabkan Oleh Kondisi Kesehatan Tertentu Kondisi kesehatan yang kronis juga dapat meningkatkan risiko hipertensi, hal ini termasuk pada penderita penyakit ginjal, diabetes, serta sleep apnea. Dalam mendeteksi dini penyakit hipertensi ini, perlu dilakukan pengecekan berkala dalam mengukur tingkat tekanan darah. Meski begitu, pengukuran tekanan darah harus tetap dilakukan sesuai dengan anjuran dokter. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, dr. Erwinanto. SpJP(K). dr. Erwinanto menjelaskan bahwa proses pengukuran tekanan darah di rumah sebaiknya dilakukan setiap hari, setidaknya hingga 3 sampai 4 hari berturut-turut. Kemudian pada saat pengukuran tensi, dilakukan sebanyak 2 kali pengukuran dengan jeda waktu 1 hingga 2 menit untuk memastikan nilai tensi yang didapat adalah valid. "Lebih baik 7 hari berturut-turut pada pagi dan sore hari. Tingkat tekanan darah ditentukan oleh nilai rata-rata semua pengukuran , kecuali pengukuran hari pertama. Jadi, hasil hari pertama jangan dimasukin ke perhitungan rata-rata, ya,"jelas dr. Erwinanto Hipertensi juga dapat diatasi dengan menjalankan pola hidup sehat, seperti melakukan olahraga terartur, mengkonsumsi makanan sehat, mengurangi konsumsi minuman berkafein hingga berhenti merokok. Namun jika kondisi tekanan darah sudah tinggi, perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ke dokter serta mengkonsumsi obat penurun tekanan darah.